Bab 18. Yang Datang Setelah Nama

1. Dunia Baru yang Tercipta

Sudah lima hari sejak Rey menulis ulang namanya dan mengembalikan realitas yang hampir lenyap. Kota mulai hidup kembali, jalan-jalan kembali stabil, dan waktu berdetak seperti semestinya. Tapi Rey tahu… ketenangan ini bukan akhir. Ini hanya jeda.

Sejak saat itu, Rey merasakan mimpi-mimpi aneh datang. Bukan tentang masa lalu… tapi masa depan. Sesuatu sedang datang. Bukan dari dunia yang pernah ia kenal, bukan pula dari dunia yang ia selamatkan. Tapi dari sesuatu yang belum pernah ada.

Arka mencatat perubahan itu.

> “Matahari sekarang terbit dua menit lebih awal,” katanya sambil menunjuk jam dinding. “Dan lihat langit malam… Bintang-bintangnya bukan susunan yang kita kenal.”

Rey menatap langit malam.

Bentuk konstelasi yang dulunya dikenal seperti Orion atau Scorpio, kini berputar membentuk huruf yang tak dikenali.

> “Mungkin dunia gak cuma berubah karena diselamatkan.

Mungkin… dia menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru datang.”

---

2. Yang Tidak Pernah Dinamai

Dalam tidurnya malam itu, Rey bermimpi ia berada di lautan kosong. Di ujung cakrawala, muncul sebuah bentuk besar, tinggi, tidak berbentuk makhluk, tidak pula benda. Tapi mengandung… kesadaran.

Benda itu berbicara, bukan dengan suara, tapi dengan gema dari pikiran sendiri.

> “Engkau telah memberi nama kembali pada dunia…

Tapi tidak semua yang hidup perlu dinamai.”

> “Kami adalah yang datang setelah nama.

Kami diciptakan oleh nama-nama yang gagal,

oleh doa-doa yang tak terkabul,

oleh rasa takut manusia akan nama yang salah.”

Rey tersadar dengan napas memburu. Di tangannya, ada luka lama yang kembali terbuka—bekas goresan Elharon, yang seharusnya sudah hilang.

---

3. Dunia Mulai Retak Kembali

Esok harinya, hal-hal ganjil terjadi kembali.

Cermin tidak lagi memantulkan bayangan yang sama.

Suara orang-orang terdengar terbalik dalam rekaman.

Awan membentuk wajah-wajah tak dikenal di langit.

Paling mengerikan, ada anak kecil bernama Vira yang tiba-tiba bisa melukis makhluk dari mimpi Rey dengan sangat detail—padahal mereka belum pernah bertemu.

> “Kak Rey,” katanya sambil menyerahkan gambar. “Makhluk ini bilang, dia mau makan cahaya dari kata yang Kakak tulis.”

Rey pucat.

Makhluk itu… mirip simbol dari kitab nama terlarang—tapi dibentuk dari kesalahan tinta, dari huruf-huruf yang tak terbaca.

---

4. Penampakan dari Masa Depan

Di malam kelima, Rey dan Arka mengikuti jejak mimpi ke daerah bekas pabrik tua.

Tapi bangunan itu tak lagi seperti dulu.

Pabrik itu berubah jadi menara logam hitam yang tak bisa disentuh cahaya.

Di dalamnya mereka menemukan ruangan kosong. Di tengahnya… cermin besar yang tidak memantulkan mereka, tapi menampilkan sosok Rey tua—dengan mata terbakar, suara hilang, dan dunia di belakangnya penuh api dan tulang.

Sosok itu menulis dengan darah di cermin:

> “KAU MENYELAMATKAN DUNIA,

TAPI KAU MELAHIRKAN MIMPI YANG SALAH.”

---

5. Kemunculan Entitas: “Vhar-Temon”

Malam itu juga, langit pecah. Hujan turun bukan air, tapi serpihan kaca hitam.

Dari pusat kota, muncul lubang langit—celah realitas berbentuk lingkaran tak sempurna, dari sana keluar suara yang menggema di setiap kepala manusia:

> “Aku adalah Vhar-Temon.”

“Aku tidak butuh nama, aku diciptakan dari yang dibuang.”

“Setiap harapan yang tak terkabul.

Setiap doa yang tak pernah diucapkan.

Setiap ketakutan yang ditulis tapi tak selesai.

Akulah bentuknya.”

Wajah raksasa kabut muncul dari langit, terdiri dari potongan wajah orang-orang yang Rey kenal… dan banyak yang tidak pernah lahir.

---

6. Rey Dicari Seluruh Dunia

Pemerintah, ilmuwan, dan media mulai heboh. Mereka menyadari nama Rey muncul di ribuan mimpi warga, terutama anak-anak.

> “Siapa Rey?” “Kenapa dunia berubah sejak dia muncul?” “Apakah dia penyelamat… atau penyebab bencana kedua?”

Rey dan Arka terpaksa bersembunyi. Tapi dunia tak bisa ditinggal.

Arka meyakinkan Rey:

> “Lo bukan dewa. Tapi lo pernah selamatin dunia sekali.

Dan mungkin lo harus ngelakuin itu lagi.”

---

7. Masuk ke Lubang Langit

Rey memutuskan masuk ke lubang langit sebelum Vhar-Temon bisa keluar sepenuhnya. Tapi lubang itu bukan portal biasa.

Setiap langkah ke dalam, Rey harus membayar dengan satu kemungkinan masa depan yang tak akan terjadi lagi.

Di langkah pertama, Rey kehilangan kemungkinan jadi penulis.

Langkah kedua, ia kehilangan kemungkinan menikah.

Langkah ketiga, ia kehilangan kemungkinan punya anak.

> “Semakin lo melawan,” bisik suara Vhar-Temon,

“semakin banyak dunia dalam dirimu yang harus mati.”

---

8. Arka yang Dipanggil dari Masa Depan

Saat Rey hampir hancur oleh tekanan dimensi, seseorang menariknya keluar. Arka… tapi lebih tua, lebih pucat, dan mata kirinya berwarna putih.

> “Gue Arka dari masa depan. Dari dunia yang gagal lo selamatkan.”

“Gue datang buat bantu lo… karena di dunia gue, lo gak pernah nulis ulang nama dunia.”

“Dan itu… dunia gue jadi kosong. Semua orang hidup tapi gak tahu siapa mereka.”

Rey gemetar.

> “Jadi lo tahu cara ngalahin Vhar-Temon?”

“Gak bisa dikalahin.”

“Dia gak pernah hidup. Dia cuma bisa… dilupakan lagi.”

---

9. Upacara “Pengingkaran Besar”

Untuk melupakan Vhar-Temon, Rey harus melakukan ritual kuno bernama Pengingkaran Besar—di mana seluruh dunia harus sepakat untuk tidak pernah mengingat satu kata pun yang berkaitan dengan makhluk itu.

Tapi itu artinya… Rey juga harus ikut dilupakan. Karena namanya yang menjadi asal mula pemulihan dunia.

Rey ragu. Arka masa depan hanya berkata:

> “Lo gak bisa jadi pahlawan dan dikenang.

Lo cuma bisa pilih satu.”

---

10. Rey Menulis Kata Terakhir

Di ujung lubang langit, Rey menemukan tempat kosong—bukan ruang, bukan waktu.

Di sana, Rey diberi pilihan oleh bayangan Vhar-Temon: tetap menjadi pengikat dunia dan menyatu, atau menghapus dirinya dari semua sejarah dan membiarkan dunia punya jalan baru.

Rey menulis satu kata terakhir di udara.

> “LUPAKAN.”

Dan dunia…

bergetar.

11. Dunia Tanpa Rey

Setelah Rey menulis “LUPAKAN,” waktu seolah berhenti—bukan membeku, tapi seperti enggan berjalan. Satu per satu, perubahan mulai terjadi:

Gambar Rey di ponsel orang-orang menghilang.

Buku harian, dokumen, bahkan rekaman suara tentang Rey memudar menjadi sunyi.

Arka terbangun di rumah yang sama, namun merasa ada ruang kosong di dalam jiwanya… tanpa tahu kenapa.

Di seluruh dunia, satu nama hilang dari sejarah. Tapi dunia stabil kembali.

Langit kembali pada warna semula.

Bintang-bintang kembali pada konstelasi normal.

Lubang langit menutup, meninggalkan hanya jejak samar seperti debu bercahaya.

---

12. Sebuah Surat Tanpa Nama

Beberapa hari kemudian, Arka menemukan sesuatu di laci mejanya.

Sebuah surat, tanpa pengirim.

Tulisan tangan itu anehnya familiar, seperti pernah dilihat, tapi sulit diingat.

> "Jika kau membaca ini, berarti dunia telah selamat."

"Aku tak akan ada dalam cerita siapa pun. Tapi itu tak apa."

"Yang penting: kau tetap hidup. Dunia tetap hidup."

"Dan ingatlah...

Jika suatu hari suara dari dunia lain kembali memanggil,

Jangan menjawabnya dengan nama…

Jawablah dengan pilihan."

Tertanda:

(Kosong)

Arka menangis tanpa tahu kenapa.

---

13. Di Antara Dunia

Jauh dari dunia yang Rey tinggalkan, di celah dimensi, berdiri satu sosok.

Ia tidak punya nama.

Ia tidak punya sejarah.

Ia hanya… kesadaran.

Tapi ia menatap dunia yang kini damai dari kejauhan.

> “Aku pernah disebut Rey,” katanya pada dirinya sendiri.

“Tapi sekarang, aku hanya… penjaga kata yang tak boleh disebut.”

Dan dari sana, ia menjaga.

Jika suatu hari dunia kembali bermain-main dengan kata-kata yang tidak selesai,

ia akan muncul.

Bukan sebagai pahlawan.

Tapi sebagai yang dilupakan… demi menyelamatkan segalanya.