Bab 20. Dimensi Para Pengingat

1. Dunia yang Retak oleh Kenangan

Tiga minggu telah berlalu sejak nama Rey ditulis ulang oleh Arka, dan dunia kembali mengingat. Tapi mengingat bukanlah kebangkitan. Ia adalah pembuka luka, dan perlahan dunia mulai retak oleh beban kesadaran.

Setiap malam, orang-orang bermimpi tempat yang sama: lorong gelap penuh rak-rak kosong, di tengahnya berdiri sosok tinggi mengenakan tudung abu-abu. Tak ada wajah, tak ada suara, hanya gema dalam pikiran:

> "Kau memilih untuk mengingat. Maka bersiaplah untuk dihukum oleh apa yang telah kau buang."

Jam-jam digital mulai menunjukkan waktu mundur, radio memutar siaran yang tak pernah direkam, dan orang-orang mulai menyebut nama yang seharusnya hilang: Rey, Elharon, Vhar-Temon. Kota-kota kecil mulai mencatat fenomena aneh: anak-anak menggambar sosok dengan mata kosong dan pena di tangan. Wajah yang tak pernah mereka lihat, tapi mereka sebut sebagai "yang pernah ada".

---

2. Aetheryon: Dunia Ingatan Terlarang

Arka dipanggil lewat mimpi yang bukan lagi mimpi. Suatu malam ia terbangun dalam ruang putih tak berujung, lantainya seperti halaman buku yang tak tertulis. Di depannya, sosok berjubah berdiri.

> "Selamat datang di Aetheryon. Di sinilah kami menyimpan semua yang manusia pilih untuk lupakan."

Sosok itu memperkenalkan diri sebagai "Pengingat Tertua". Ia bukan makhluk, bukan roh. Ia adalah manifestasi dari setiap kenangan yang pernah dibuang. Ia memperlihatkan pada Arka dunia dalam bentuk lain: gedung-gedung tersusun dari kertas berisi nama-nama tak dikenal, pohon-pohon dengan daun berupa potongan masa lalu, dan angin yang berbisikkan kata-kata dari cinta yang dikhianati.

Arka diberi perintah: dunia telah terbuka kembali, dan Aetheryon tidak bisa lagi menyembunyikan dirinya. Manusia harus menghadapi semua yang pernah mereka buang. Jika tidak, Aetheryon akan menelan kenyataan.

---

3. Kota yang Terinfeksi Memori

Di kota tempat Arka tinggal, mimpi menjadi nyata. Orang-orang mulai melihat sosok-sosok yang dulu hanya ada dalam mimpi kolektif:

Pria dengan pena berdarah di tangannya.

Anak-anak tanpa wajah menyanyikan lagu yang tak berujung.

Cermin yang memantulkan dunia yang terbakar.

Seorang wanita bernama Devi mulai menulis puisi-puisi tentang kejadian yang belum pernah ia alami. Seorang guru matematika mendadak bisa bicara dalam bahasa kuno dari kitab Elharon. Para tokoh ini—disebut sebagai Terhubung—adalah mereka yang otaknya selaras dengan Aetheryon.

Arka sadar ia tidak sendirian. Rey mungkin telah menjadi bayangan, tapi ingatannya hidup dalam orang-orang ini. Aetheryon sedang mencoba menanam kembali kenangan ke dunia.

---

4. Gerbang Penghakiman: Pohon Kesadaran

Di tengah kota, tiba-tiba tumbuh sebuah pohon raksasa tanpa akar—melayang di udara, batangnya dari huruf-huruf, daunnya berpendar seperti data yang jatuh.

> "Pohon ini bernama Veyra," kata Pengingat Tertua. "Ia menyerap kejujuran. Setiap kebohongan akan terbakar di daunnya."

Warga dipaksa berdiri di bawahnya. Jika mereka menyembunyikan ingatan, daun pohon akan rontok dan membakar tanah. Beberapa orang meleleh di tempat karena menolak mengakui trauma masa lalu mereka.

Arka naik ke pohon itu dan memperlihatkan seluruh kenangannya tentang Rey—tanpa ditutupi. Saat itu, pohon mengeluarkan cahaya putih, dan suara Rey terdengar samar:

> "Jika kamu masih ingat aku... maka aku belum sepenuhnya hilang."

---

5. Pertemuan Para Terhubung

Arka mengumpulkan orang-orang yang mengalami fenomena Terhubung. Ada Devi, guru matematika tua bernama Pak Rehman, dan anak kecil bernama Leo yang bisa melukis isi Aetheryon dengan presisi menakutkan.

Mereka menyadari satu hal: setiap kali mereka saling menyentuh, mereka melihat kilasan dunia lain—dunia yang ditinggalkan Rey. Dunia itu seperti Aetheryon, tapi lebih liar, lebih kacau.

> "Aetheryon bukan tempat penyimpanan," kata Leo. "Ia adalah penjara. Dan kini... para tahanannya lepas."

---

6. Pelarian Bayangan

Sosok-sosok dari Aetheryon mulai muncul secara fisik. Disebut sebagai Bayangan-Tanpa-Nama, mereka adalah kenangan yang terlalu kuat untuk dibuang, tapi terlalu menyakitkan untuk diingat:

Seorang ibu yang membunuh anaknya karena lupa siapa dirinya.

Tentara yang terus menembak tanpa tahu perang apa yang ia jalani.

Kekasih yang mencium seseorang yang tidak mengenalnya.

Bayangan ini bisa merasuki tubuh manusia dan menciptakan "penggandaan jiwa"—membuat manusia hidup di dua waktu yang berbeda dalam satu tubuh.

---

7. Arka di Pintu Tak Bernama

Di tengah kekacauan, Arka dipandu Leo ke sebuah lokasi: Pintu Tak Bernama di tengah laut. Ia adalah batas antara dunia nyata dan Aetheryon. Dibuat oleh Rey sebelum ia dilupakan sepenuhnya.

> "Jika kau masuk, kau bisa bicara padanya. Tapi hanya jika kau siap untuk tidak kembali dengan nama yang sama," kata Leo.

Arka menatap pintu itu. Laut di sekelilingnya diam, tapi airnya seperti tinta yang hidup. Pintu itu tidak punya gagang, tidak punya celah. Tapi begitu Arka menyebut namanya sendiri, pintu itu terbuka.

---

8. Dialog dengan Sang Bayangan

Di dalam, Arka bertemu Rey.

Tapi Rey tidak seperti dulu. Wajahnya kabur, tubuhnya setengah transparan, dan suaranya seperti gema dari masa lalu.

> "Kau menulis aku kembali, tapi tidak seutuhnya. Aku hanya bentuk dari ingatan, bukan kesadaran. Tapi aku masih bisa memperingatkanmu."

> "Aetheryon sedang mencari tuan baru. Dan jika manusia tidak siap, ia akan memilih pemimpin dari bayangan. Dari yang paling kelam."

Arka menangis. Ia bertanya: "Apa yang harus aku lakukan?"

Rey menjawab, "Jangan lindungi dunia dari kebenaran. Biarkan mereka sakit. Biarkan mereka hancur. Hanya dari kehancuran, mereka bisa membangun ulang... dengan jujur."

---

9. Kembali dan Menulis

Arka kembali dari Pintu Tak Bernama. Ia disambut para Terhubung. Mereka tahu, Arka telah menerima amanah.

Di tengah kota, Arka mulai menulis. Bukan cerita fiksi. Tapi catatan sejarah. Ia menulis ulang seluruh perjalanan Rey, Elharon, dan Aetheryon ke dalam kitab yang diberi nama:

> "Kitab Para Pengingat"

Saat kata terakhir ditulis, seluruh dunia berhenti selama satu detik. Lalu dunia mulai bergerak lagi, tapi dengan ritme yang berbeda. Orang-orang mulai bicara tentang trauma mereka. Sekolah mulai mengajarkan tentang Vhar-Temon. Dan malam tidak lagi dipenuhi mimpi, tapi pemahaman.

Aetheryon tetap terbuka. Tapi kini ia menjadi cermin, bukan penjara.

---

10. Epilog: Dunia Baru

Di tahun berikutnya, dunia tidak sempurna. Tapi ia jujur. Orang-orang bisa menangis tanpa malu. Anak-anak bisa menyebut nama yang dulu dilarang. Dan di tengah kota, pohon Veyra kini mekar dengan daun-daun kenangan yang tak lagi menakutkan.

Arka menatap langit dan berkata:

> "Kau benar, Rey. Kadang untuk menyembuhkan dunia... kita harus membuatnya sakit dulu."

Dan untuk pertama kalinya, suara dari Aetheryon menjawab:

> "Dan kau telah menyembuhkannya... dengan mengingat."