1. Permulaan Kegelisahan
Setelah Aetheryon terbuka dan manusia memilih untuk mengingat, dunia tidak langsung menemukan kedamaian. Kejujuran memang menyembuhkan, tapi juga melukai. Banyak yang merasa berat menghadapi kebenaran tentang masa lalu mereka. Ada pula yang mulai mempertanyakan: jika Aetheryon adalah tempat menyimpan semua kenangan, lalu apa yang terjadi jika tempat itu pecah?
Di seluruh penjuru dunia, masyarakat mulai mengalami fenomena baru. Cermin-cermin di rumah mulai menampilkan bayangan berbeda. Tidak menyeramkan, tetapi tidak sesuai. Saat seseorang tersenyum, pantulannya terlihat sedih. Ketika seseorang berjalan pergi, bayangannya tetap berdiri di tempat.
---
2. Munculnya Komunitas Cermin
Di tengah kekacauan, bermunculan kelompok bernama "Komunitas Cermin". Berpusat di kota Ambrasia, mereka menyebut diri sebagai penjaga refleksi sejati. Mereka percaya bahwa pantulan bukan hanya bayangan kita, melainkan versi alternatif dari realitas—dunia yang berjalan dengan pilihan yang tidak kita ambil.
Nael, pemimpin Komunitas Cermin, berkata:
> "Cermin tidak memantulkan masa kini. Ia menampilkan kemungkinan. Ia adalah suara dari keputusan yang kita tinggalkan."
Mereka mulai mengadakan ritual: duduk diam di hadapan cermin selama tiga jam setiap malam, mencatat gerakan yang berbeda, dan merekam bisikan yang terdengar samar.
---
3. Efek Lawan-Pantulan
Fenomena yang disebut Efek Lawan-Pantulan mulai menyebar. Arka menyaksikan langsung bagaimana Devi melihat pantulannya berkedip, padahal ia tidak. Leo menggambar pantulan-pantulan itu, dan lukisannya menunjukkan bentuk wajah yang retak dan tangan yang lebih panjang dari normal.
Di beberapa rumah sakit, pasien mulai mengaku diganggu oleh bayangan mereka sendiri:
> "Dia ingin keluar dari kaca... Dia bilang, dunia kalian terlalu indah untuk tidak dihuni kembali."
Arka mencatat kejadian itu dan menyadari satu hal: Aetheryon telah mengizinkan refleksi keluar. Tapi bukan sembarangan refleksi. Mereka adalah kenangan alternatif—kemungkinan hidup yang seharusnya tidak pernah terjadi.
---
4. Kota Tanpa Refleksi
Kota kecil Kramen menjadi episentrum keganjilan. Semua cermin berhenti berfungsi. Kamera tidak menangkap wajah. Air tidak memantulkan cahaya. Orang-orang di sana tetap hidup seperti biasa, tapi tidak ada satu pun yang mengenal diri mereka sendiri.
Saat Arka dan tim Terhubung datang, warga kota menyambut dengan ramah tapi aneh:
> "Kami telah melepaskan nama kami. Kami telah menolak wajah kami."
Leo menggambar kota itu dengan mata tertutup dan menunjukkan bahwa di atasnya, ada cermin besar menggantung di langit, tidak terlihat oleh mata telanjang, hanya oleh jiwa yang terhubung ke Aetheryon.
---
5. Serangan Refleksi
Pada malam ketujuh sejak kunjungan ke Kramen, kota Vesna menghilang dari peta. Sinyal mati, jalur udara terputus, dan semua siaran televisi menampilkan pesan:
> "Kami bukan kalian. Tapi kami tahu apa yang kalian buang. Dan kami akan mengambil kembali dunia ini."
Arka dan Devi menuju ke Vesna dan menemukan kota kosong, tetapi penuh cermin pecah. Di pusat kota, ada ukiran besar:
> "Dunia milik yang berani mengingat. Tapi kami lebih berani karena kami tidak takut menjadi yang dibuang."
Refleksi mulai bermunculan: sosok menyerupai manusia biasa, tapi wajahnya seperti digambar tangan anak kecil—tidak proporsional, namun tetap hidup.
---
6. Garda Penyatu Kenangan
Arka membentuk kelompok perlawanan bernama Garda Penyatu Kenangan. Bersama Leo, Devi, dan beberapa Terhubung lainnya, mereka membuat pos-pos perlindungan yang menolak masuknya pantulan ke dunia nyata.
Mereka meneliti bahwa pantulan hanya bisa masuk melalui kenangan yang masih disangkal. Setiap manusia yang belum jujur pada masa lalunya menjadi portal terbuka.
Solusinya: Penyembuhan Kolektif. Mereka menyelenggarakan Festival Kesadaran, tempat setiap orang membagikan kenangan tergelap mereka. Tangisan pecah. Tawa getir terdengar. Tapi setiap pengakuan menutup satu celah.
---
7. Nael dan Ritual Cermin Agung
Nael dari Komunitas Cermin merancang Ritual Cermin Agung—pemanggilan massal terhadap refleksi yang diyakini sebagai bagian dari evolusi jiwa. Ia percaya bahwa dengan menyatu dengan refleksi, manusia akan menjadi versi yang lebih lengkap.
> "Kita lahir separuh. Refleksi kita adalah separuh lainnya. Bukankah waktu telah tiba untuk menjadi utuh?"
Arka menentang keras. Ia tahu refleksi bukan bagian dari manusia, tapi representasi dari luka yang tak diselesaikan. Ritual itu bukan penyatuan, tapi pengambilalihan.
Namun ribuan orang mengikuti Nael. Di dataran tinggi Azarah, mereka berkumpul di depan cermin raksasa yang dibangun dari kepingan kaca Aetheryon yang dibekukan.
---
8. Kiamat Cermin
Saat ritual dimulai, langit pecah. Retakan dimensi menganga dari balik cakrawala. Dari sana keluar makhluk-makhluk yang disebut Penantang Identitas:
Satu menyerupai ibu yang memeluk dengan kuku berduri.
Satu menyerupai guru yang berbisik agar muridnya melupakan mimpi.
Satu menyerupai sahabat yang menjerit tanpa suara.
Nael hilang. Ribuan orang lenyap, digantikan oleh pantulan yang mengenakan tubuh mereka seperti pakaian baru. Dunia menjadi dua versi: yang asli dan yang dipantulkan.
---
9. Kembalinya Suara Rey
Dalam keheningan setelah ritual gagal, Arka duduk di depan kolam tua di kota kelahirannya. Airnya tenang. Tapi kali ini, tidak ada pantulan.
Lalu suara muncul—bukan dari luar, tapi dari dalam kepalanya:
> "Arka... dunia telah memilih untuk mengingat. Tapi kini, mereka harus memilih untuk menerima."
> "Penerimaan bukan pengampunan. Ia adalah pengakuan bahwa luka adalah bagian dari kita."
> "Kau harus menulis ulang satu kebenaran terakhir. Tapi tulisan itu bukan untuk dunia. Itu untuk cermin terakhir."
---
10. Cermin Terakhir
Leo menunjuk ke dada Arka dan berkata:
> "Cermin terakhir bukan benda. Itu adalah kamu. Dirimu yang tak ingin kau lihat."
Arka akhirnya mengerti. Untuk mengakhiri semua ini, ia harus menghadapi versi dirinya yang ia buang—ketakutannya, kebohongannya, kepengecutannya.
Dalam meditasi terdalam, Arka masuk ke dalam dirinya sendiri dan melihat sosok bayangan berdiri. Sosok itu menyerupai dirinya, tapi lebih muda, lebih marah, lebih rapuh.
> "Kau menulis semua tentang Rey. Tapi kau tak pernah menulis tentang kesalahanmu sendiri."
Arka menulis.
Kali ini bukan tentang Rey, bukan tentang Aetheryon. Tapi tentang malam ia meninggalkan Rey sendirian. Tentang rasa takutnya. Tentang keputusasaannya. Tentang harapan yang ia tinggalkan.
Dan setelah kata terakhir ditulis, bayangan itu memeluknya.
---
11. Penutupan Dimensi Pantulan
Retakan-retakan mulai menyatu. Pantulan kembali ke tempatnya. Cermin-cermin menjadi diam. Dunia menjadi tenang, tidak karena lupa, tetapi karena berdamai.
Komunitas Cermin bubar. Beberapa memilih menjadi penyembuh, yang lain menghilang bersama refleksi mereka.
Leo mulai melukis dunia baru. Devi menjadi penulis buku anak tentang kejujuran terhadap emosi. Arka menyusun kitab terakhir: "Keseluruhan: Ketika Manusia dan Bayangannya Berdamai."