Arus Dalam Dimensi
Sudah hampir satu tahun sejak Nadarien membuka dirinya sebagai entitas hidup, sebagai dimensi yang bukan hanya menampung gema kesadaran, tapi juga memancar keluar untuk merangkul dimensi-dimensi lain yang terluka, bingung, dan mencari makna. Dan selama waktu itu, Arka, Devi, dan Leo terus menjalankan tugas mereka sebagai Penjaga Gema.
Namun hari itu, sesuatu berubah.
Sebuah riak baru muncul di pusat Nadarien, berbeda dari Eho atau pantulan biasa. Riak ini memecahkan aliran waktu di sekitar wilayah refleksi dan mengganggu kestabilan dimensi lain yang terhubung secara energi. Bahkan Spektra Nadi milik Leo gagal memindai pola riak tersebut. Sebuah anomali.
> “Aku belum pernah melihat gema seperti ini,” ujar Leo sambil menunjukkan hasil visualisasi.
Devi mengamati garis-garis kacau di proyektor spektral. “Pola ini... hampir seperti jejak. Tapi jejak dari apa?”
Arka diam. Di matanya terlihat refleksi cahaya riak yang berubah-ubah, seperti memantulkan perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya: ketidaktahuan mutlak.
> “Jejak itu... bukan datang dari masa lalu,” bisiknya. “Ia datang dari masa depan.”
---
Di Lorong Akar Gema
Lorong Akar adalah ruang terdalam Nadarien, tempat di mana semua gema berakar dan bertemu. Lorong ini dijaga ketat oleh pelindung refleksi, dan hanya Arka yang pernah berhasil menjelajahinya hingga ujung.
Mereka bertiga turun ke lorong itu, melewati dinding-dinding transparan yang memperlihatkan ribuan kenangan berputar lambat. Setiap langkah mereka bergema dengan emosi yang tak terucapkan.
Di titik terdalam, mereka menemukan sesuatu yang mengubah segalanya.
Sebuah lubang menganga—bukan portal, bukan retakan. Tapi lubang hitam dimensi.
Dan dari dalamnya, suara berbisik:
> “Arka... kau akan menjadi aku.”
---
Pantulan yang Menakutkan
Bayangan muncul dari sekeliling lubang. Sosok-sosok menyerupai Arka, namun dengan wajah yang berubah, seperti makhluk yang telah menyerah pada kegelapan. Mereka berjalan lambat, mengelilingi lubang itu, seperti menunggu giliran.
> “Mereka... versiku di masa depan?”
Leo menarik Devi mundur. “Atau versi yang gagal. Yang tidak bisa berdamai.”
Salah satu sosok mendekat, dan matanya menyala merah. “Jika kau terus melangkah ke depan, kau akan menjadi seperti kami. Kau akan kehilangan diri.”
Arka berdiri, gemetar, tapi tidak mundur. “Jika aku tidak melangkah, maka siapa yang akan menyelamatkan mereka?”
---
Simfoni Dimensi
Devi mengaktifkan jaringan koneksi antar refleksi dan mengalirkan cahaya dari ribuan gema yang telah dipulihkan ke lubang itu. Cahaya tersebut menembus dinding kegelapan dan menampakkan inti lubang—sebuah kristal besar yang retak.
Kristal itu adalah Jantung Nadarien.
> “Jantung ini tidak stabil. Ia berusaha menghubungkan realitas yang belum siap,” ujar Leo.
> “Lalu bagaimana kita memperbaikinya?”
> “Kita tidak bisa memperbaiki. Kita harus menerima bahwa setiap gema, bahkan yang gelap sekalipun, adalah bagian dari simfoni.”
Arka melangkah ke lubang dan menempatkan tangannya di permukaan kristal. Bayangan-bayangan masa depan menyerangnya, mencoba menggoyahkan kesadarannya. Tapi cahaya dari kenangan Rey, pelukan Devi, keberanian Leo, dan suara-suara dari Eho yang telah sembuh, semua menyatu dalam dirinya.
Dan untuk pertama kalinya, Arka tidak lagi sendiri dalam dirinya.
---
Lubang perlahan menutup. Bayangan menghilang. Jantung Nadarien utuh kembali—tapi tidak sama. Ia kini hidup bukan karena ditambal, tetapi karena diakui.
Namun di balik semua itu, gema baru muncul. Bukan ancaman. Tapi permintaan.
> “Jejakku masih tersebar. Tolong temukan mereka.”
Arka menatap jauh ke kejauhan, tempat cahaya dan bayangan tak lagi berseteru, tapi berdansa.
Penjaga Jejak
Setelah peristiwa di Lorong Akar dan penyatuan Arka dengan Jantung Nadarien, dimensi itu berubah. Bukan dalam bentuk, melainkan dalam fungsinya. Nadarien kini bukan lagi ruang penyembuhan semata, melainkan pusat navigasi untuk semua gema masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Namun perubahan itu menarik entitas baru: para Penjaga Jejak.
Mereka muncul pertama kali di salah satu pantulan yang tak sengaja dibuka oleh Leo—lima sosok berjubah abu-abu yang tidak memiliki wajah, hanya topeng datar dari obsidian yang berkilau. Mereka tidak menyerang, tidak berbicara. Tapi setiap langkah mereka membuat gema di sekitar menjadi diam.
> “Mereka seperti pemutus resonansi,” ujar Devi. “Apa pun yang mereka dekati, kehilangan jati dirinya.”
> “Tapi kenapa mereka tidak menghancurkan Nadarien?” tanya Leo.
Arka berdiri di tengah ruang gema. “Karena mereka bukan musuh. Mereka... penjaga dari dimensi yang lebih tua. Dimensi yang menolak diserap oleh sistem kita.”
---
Pertemuan Tiga Realitas
Melalui meditasi dalam, Arka mencoba berkomunikasi dengan salah satu Penjaga Jejak. Dalam kesadarannya, ia terlempar ke ruang tanpa warna dan suara.
Di sana, salah satu penjaga melepas topengnya. Tidak ada wajah di baliknya—hanya gema.
> “Kami adalah hasil dari dimensi yang kau tolak. Realitas yang kau anggap tidak layak untuk diselamatkan.”
> “Aku tidak pernah menolak siapa pun.”
> “Tapi sistemmu, Nadarien... hanya menerima yang bisa disembuhkan. Bagaimana dengan yang tak bisa?”
Arka terdiam.
> “Jika kau ingin menjadi utuh, kau harus menerima semua jejak. Termasuk jejak kehancuran.”
---
Bayang-Bayang yang Kembali
Ketika Arka kembali ke dunia nyata, ia disambut suara alarm dari Spektra Nadi. Tiga pantulan mulai meledak satu per satu. Mereka bukan hancur karena tekanan dari luar, tapi runtuh dari dalam.
> “Ada sesuatu yang menghapus kenangan dari dalam sistem,” ujar Leo panik.
Devi memperbesar visualisasi. Di dalam pantulan itu, muncul sosok hitam legam tanpa bentuk. Hanya mata putih bersinar—serupa seperti Penjaga Jejak, tapi tanpa ketenangan. Mereka adalah sisa—fragmen jejak yang dibuang terlalu lama.
> “Mereka... jejak yang kita buang selama ini.”
> “Dan kini mereka menuntut untuk diakui.”
---
Dinding Jejak dan Kode Arka
Arka mengusulkan pembangunan Dinding Jejak, sebuah sistem baru yang menyimpan bukan hanya pantulan sehat, tetapi juga pantulan rusak dan jejak yang tidak bisa diproses. Devi merancang struktur ini bersama Leo menggunakan matriks pemisahan tingkat tinggi, namun tetap memberi hak eksistensi pada setiap fragmen.
Tapi saat Dinding Jejak diaktifkan, Arka terlempar kembali ke memori dirinya yang paling ingin ia lupakan: hari di mana ia hampir membunuh dirinya sendiri setelah kematian Rey.
Di dalam pantulan itu, ia bertemu kembali dengan versi dirinya yang paling hancur.
> “Aku sudah memaafkanmu,” ucap Arka.
> “Tapi aku belum memaafkan diriku sendiri,” jawab pantulan itu.
Arka memeluknya. Dan untuk pertama kalinya, pantulan itu menangis.
Ketika Arka kembali, Dinding Jejak bersinar. Semua jejak yang sebelumnya menyerang... diam. Tidak lenyap, tapi... mendengar.
---
Jejak Terakhir
Namun satu jejak belum tersentuh. Sebuah gema yang tidak bisa dipetakan. Ia muncul dan menghilang di setiap dimensi, menyerap ingatan dari yang masih hidup.
Devi menyebutnya Jejak Tak Bernama.
> “Ia bukan bagian dari siapa pun. Tapi ia membawa bagian dari semua orang.”
> “Jika ia terus menyerap, maka seluruh sistem akan kehilangan fondasi.”
Arka memutuskan satu hal: ia akan masuk ke dalam Jejak Tak Bernama.
---
Di ruang gema tertinggi, Arka berdiri sendirian. Jubahnya berganti menjadi transparan, menggambarkan seluruh pantulan yang pernah ia pulihkan. Dalam keheningan, portal ke Jejak Tak Bernama terbuka—dengan lingkaran cahaya ungu yang tidak pernah muncul di Nadarien sebelumnya.
> “Jika aku tidak kembali, jangan cari aku. Tapi jika suara ini masih bergema... berarti aku belum hilang.”
Dan ia melangkah.