Episode 6: Flame and Foolishness

Langit kemerahan menyelimuti planet berpasir hitam bernama Volkra-7, salah satu dari sedikit dunia yang tidak sepenuhnya dikuasai oleh TGoE—tapi juga bukan tempat yang aman. Di tengah gurun yang bergolak oleh semburan magma dan badai panas, Rex berjalan sendirian, mengenakan jaket putihnya yang sedikit robek karena pertarungan sebelumnya. Frozz menurunkan dirinya dan menunggunya di luar atmosfer

“Frozz bilang ada pengguna Destiny kuat di sini…” gumamnya sambil menyesap botol air mineral. “Tapi dia lupa bilang bahwa tempat ini secara harfiah neraka terbuka.”

Tanah di bawahnya tiba-tiba bergetar. Gumpalan magma menyembur dari celah bebatuan. Rex meloncat mundur, waspada.

Lalu dari arah berlawanan, sebuah sosok meloncat dari kawah—terbungkus api. Ia mendarat dengan gaya yang terlalu dramatis, diiringi ledakan kecil dan hembusan angin panas.

“KAU YANG MENCARI PENGGUNA DESTINY API, KAN?” suaranya menggelegar.

Rex berkedip. “Iya, tapi… bisa lebih pelan dikit? Suara kau kayak speaker yang kepanasan.”

Sosok itu berdiri tegak—seorang pria muda, sekitar usia Rex, rambutnya merah menyala bagai lidah api, dengan jaket api yang menyala perlahan di punggungnya.

Nama pria itu adalah Pyro.

“AKU PYRO! MASTER OF FLAMES!”

Rex menahan napas. “Master of—oh no. Sudah kebayang level drama orang ini.”

Pyro menunjuk Rex dengan satu jari, yang tiba-tiba terbakar.

“Aku dengar kau menantang para pengguna Destiny kuat… Maka, rasakan jurusku yang paling baru: Fire Fire Bang Bang!”

“...Maaf, apa?”

“FIRE FIRE BANG BANG!!” teriak Pyro.

Tiba-tiba dua bola api meluncur ke arah Rex, meledak di udara seperti kembang api super panas. Rex meloncat ke samping, terguling, lalu berdiri sambil menepuk-nepuk rambutnya yang nyaris terbakar.

“Bro, itu jurusnya serius namanya Fire Fire Bang Bang? Serius?”

Pyro mengacungkan tangan tinggi-tinggi. “Aku sedang eksplorasi kreativitas!”

“Boleh coba eksplorasi kosakata juga?” komentar Rex sambil tertawa.

Pertarungan pun dimulai.

Pertarungan Dimulai

Pyro melompat ke udara, menciptakan pusaran api besar. “Siap-siap! Ini teknik baruku: That Big Burny Spin Thing!”

Rex mengangkat satu alis. “...Kau bahkan ngasih nama jurusmu pakai kata ‘thing’? Kau kreatif atau putus asa?”

“Serangaaaan!” teriak Pyro.

Pusaran api berputar seperti topan, menyapu lapisan batuan tempat Rex berdiri. Rex terpaksa mundur cepat, lalu blink dalam kecepatan tinggi—meluncur seperti cahaya ke sisi Pyro.

“Sekarang giliranku!” Rex bersiap meluncurkan pukulan, tapi Pyro berbalik dan meneriakkan, “Hotter Than Hot Kick Combo!”

Rex terbang terbanting oleh tendangan api beruntun. Tubuhnya meluncur dan menghantam batu besar, membuat kawah kecil.

“Ugh… Ow… siapa yang ngajarin dia nama jurus? Kucingnya waktu kecil?” gumam Rex sambil bangkit.

Pyro berdiri dengan penuh percaya diri. “Kau belum lihat apa-apa. Aku akan tunjukkan teknik ultimate-ku…”

Rex langsung angkat tangan. “Tunggu, tunggu. Sebelum kau ngomong, boleh tebak? Namanya pasti sesuatu kayak ‘Mega Fire Ultra Ultra Something Thing Boom’, kan?”

Pyro mengangkat tangan tinggi. “SALAH!”

“Astaga...”

“Ini dia! Teknik pamungkasku: My Ultimate Super Fire Something!”

Rex langsung menepuk wajahnya sendiri. “Dia bilang ‘something’! aku ragu untuk menjadikannya anggota” Batinnya

Tapi jurus itu serius. Ledakan api dari tangan Pyro membentuk naga raksasa yang meluncur ke langit lalu menukik ke arah Rex. Panasnya membakar atmosfer lokal—pasir berubah jadi kaca.

Namun di detik terakhir, tubuh Rex menghilang dalam ledakan cahaya—bergerak secepat kilat.

Ia muncul di belakang Pyro, tangannya mengepal, memancarkan cahaya samar misterius.

“Giliranku.”

BRUAK!

Satu pukulan telak menghantam Pyro. Pria api itu terlempar jauh, menghancurkan tiga bukit lava kecil. Tapi ia bangkit, terbakar… dan tertawa.

“Kau cepat. Sangat cepat. Tapi api… tidak padam semudah itu.”

Pertarungan berlangsung lama. Mereka saling menghantam, mengejek, dan tertawa—meski dalam luka dan kelelahan.

Akhirnya, keduanya berdiri saling menatap, saling terengah, tanah di sekitar mereka sudah hancur total. Langit Volkra-7 berubah jingga gelap.

Pyro akhirnya menurunkan lengannya. “Kau kuat, Rex.”

Rex menatapnya. “Kau juga… walau jurusmu itu—seriously—nama-namanya perlu ditinjau ulang.”

“Hei, itu style-ku!” balas Pyro.

“Terserah. Tapi tetap lucu.”

Setelah jeda sejenak, Rex menawarkan tangannya.

“Aku sedang mengumpulkan pengguna Destiny untuk menghadapi TGoE. Pasukan kecil. Namanya Mighty Force. Tertarik?”

Pyro menatap tangan Rex… lalu menjabatnya dengan senyum membara.

“Kalau aku bisa menamai pasukan api dalam timmu nanti... maka, ayo.”

Rex terkekeh. “Selama nama pasukannya bukan Fire Bros 3000, aku rasa nggak apa-apa.”

Di langit Volkra-7, dua sosok muda berdiri di atas batu besar yang membara, saling tertawa dalam persahabatan baru. Mereka berbeda—satu misterius tanpa Destiny, satu lagi pengendali api yang terlalu kreatif untuk kebaikannya sendiri.

Tapi keduanya punya satu kesamaan: tekad untuk melawan kegelapan yang telah merenggut banyak semesta.

Dan begitulah, Mighty Force bertambah satu lagi.