“Lama lu” sambutan yang Arjuna berikan kepada Kamal yang baru saja sampai.
“Lunya aja yang terlalu cepat” balas Kamal dengan nada yang sedikit kesal.
“18 menit, apa yang buat lu telat selama itu?” Tanya Arjuna.
“Lu gila? Ini ujian dan lu masih tanya alasan gua?” Tanya Kamal dengan nada yang sedikit keras.
Sekolah Arjuna sedang mengadakan Ulangan Akhir Semester. Hari di mana kemampuan para siswa yang belajar di sekolah ini akan diuji dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka pelajari selama satu semester. Bisa dibilang, ini adalah hari yang paling ditunggu, tapi juga dibenci oleh para siswa.
Kini, Arjuna dan Kamal sedang berada di depan kamar mandi belakang sekolah yang paling ujung, ini adalah tempat yang hanya didatangi oleh anak-anak nakal. Bolos pelajaran dan merokok, itulah yang dilakukan oleh kebanyakan siswa yang datang ke tempat ini, karena tempat ini adalah tempat yang paling jarang didatangi oleh para guru.
Tempat ini berada di sudut paling ujung sekolah, hanya terdapat beberapa bangunan di tempat ini, yaitu laboratorium, ruang kesenian, ruang OSIS, ruang ekstrakulikuler, gudang, dan kamar mandi. Ada sebuah pintu yang harus dilewati sebelum bisa ke sini, pintu tersebut jadi pemisah antara ruang kelas dan gedung yang ada di sini.
Sama seperti anak nakal lainnya, Arjuna dan Kamal datang ke tempat ini hanya untuk bolos dan merokok.
“Lu selalu jadi anak yang paling cepat keluar dari ruang ujian, tapi hari ini paling parah, cuma 15 menit? Lu ga ngecek LJK lu lagi, kah?” Tanya Kamal sambil menghidupkan sebatang rokok yang sudah ada di bibirnya.
“Males” jawab Arjuna singkat.
“Bagus deh kalau lu males, biar gua yang dapat ranking nanti” balas Kamal.
“Lu bolos terus, gak akan dapat ranking” Arjuna menggoda Kamal.
“Begini-begini, gua dapat ranking terus waktu SMP” Kamal membalas perkataan Arjuna dengan bangga dan raut wajah yang sangat menyebalkan di mata Arjuna.
“Waktu SMP, lu bolos terus kayak sekarang, gak?” Tanya Arjuna santai.
“Nggak sih” jawab Kamal sambil menggaruk kepala bagian belakangnya “tapi, kalau gua dapat ranking nanti, lu harus kasih gua hadiah” lanjutnya.
“Lagi pada ngapain?” Tanya seseorang tiba-tiba.
Arjuna yang mendengar suara, segera melihat ke arah suara tersebut berasal. Suara itu berasal dari seorang yang hanya memperlihatkan wajahnya dari sudut kamar mandi belakang yang berada paling depan, sedangkan badannya tertutup oleh dinding.
Arjuna tidak memedulikannya dan terus menyesap rokok yang ia selipkan di jari telunjuk dan jari tengahnya, sedangkan Kamal sudah menyembunyikan rokoknya karena merasa panik.
Orang yang mengeluarkan suara tadi mendekat ke arah Arjuna dan Kamal.
“Gak ngapa-ngapain, pak” jawab Kamal kepada orang yang kini telah berada di depan mereka. Setelah melihatnya dari dekat, Arjuna baru sadar kalau orang itu adalah guru BK di sekolah ini. Pantas saja Kamal langsung menyembunyikan rokoknya.
“Juna sama Kamal lagi” ucap guru BK tersebut, dia berkata begitu karena dia sudah sering memergoki Kamal dan Arjuna merokok di sini, tapi, biasanya saat sudah pulang sekolah.
“Join gak, pak?” Tanya Arjuna santai tanpa melihat ke arah guru BK tersebut yang hanya dibalas dengan kekehan olehnya.
“Ngapain di sini?” Tanya guru BK tersebut kepada mereka.
“Ya, bapak kan lihat sendiri” jawab Arjuna santai.
“Memangnya, kalian sudah selesai mengerjakan ujiannya?” Tanya guru BK itu lagi.
“Kalau belum mah, kita gak akan ke sini, pak” jawab Kamal yang kini sudah kembali menyesap rokoknya setelah menyembunyikannya tadi.
“Siapa tahu kalian ke sini mau nyontek, kan” balas guru BK tersebut yang membuat Arjuna dan Kamal tertawa mendengarnya.
“Bapak tahu kita, kan” jawab Kamal santai “anak-anak yang nyontek sama saya, jangankan anak-anak, guru aja nyontek ke saya”
“Ya sudah, kalau memang sudah selesai mengerjakan ujian, karena hari ini hari ujian, jadi kalian hanya bapak beri peringatan. Lain kali kalau kalian ketahuan lagi, bapak akan…”
“Join” Arjuna memotong perkataan guru BK tersebut yang berhasil membuat guru BK itu tertawa.
“Iya, join, di ruangan BK tapinya” balas guru BK itu.
“Asyik, kita bakal ngopi di ruang BK” Ucap Kamal asal yang membuat guru BK tersebut kembali tertawa “ditraktir gak, pak?”
Tring! Tring!
Bel tanda istirahat telah berbunyi, guru BK tersebut beranjak dari tempat ini, Arjuna dan Kamal mematikan bara dari batang rokok mereka dan mengikuti guru BK tersebut untuk pergi dari tempat ini.
“Jadi ngopi di ruangan BK, ga, pak?” Tanya Kamal saat mereka baru saja memasuki pintu yang memisahkan antara ruang belakang dan ruang kelas. Kini, mereka berada tepat di depan ruang BK.
“Kalau mau dapat hukuman, ayo ikut masuk ke ruangan bapak” jawab guru BK tersebut sambil menarik Kamal pelan.
“Bapak mah gak asyik, nanti aja saya masuknya kalau bapak lagi asyik” jawab Kamal yang dihadiahi tepukan pelan di bagian pundaknya oleh guru BK tersebut, sebelum guru Bk itu masuk ke ruangannya.
Setelah melihat guru BK itu masuk ke ruangannya, Arjuna dan Kamal beranjak pergi meninggalkan gedung sekolah untuk menghabiskan waktu istirahat.
Sesampainya di warung yang tepat berada di depan gerbang sekolah, Arjuna dan Kamal langsung bergabung dengan para siswa yang sudah ada di tempat ini. Ini adalah warung yang ditempati begitu banyak anak siswa, tidak hanya Arjuna dan anak-anak di kelasnya yang sering datang ke tempat ini, tapi hampir semua siswa dari setiap kelas. Di sinilah tempat mereka mengenal siswa dari kelas lainnya. Tongkrongan anak nakal. Begitulah orang-orang menyebutnya.
“Susah banget gak sih ujian barusan?” Tanya seorang siswi kepada temannya yang terlihat sedang membeli makanan di warung.
“Iya ih, karena ujiannya digabung jadi satu, jadi agak susah pelajarannya” jawab temannya.
“Benar banget. Kira-kira siapa yang jadi juara umum ya?” Tanya siswi tersebut kembali bertanya pada temannya.
“Gak tahu deh, paling anak kelas 12 sih kalau kata aku mah” jawab temannya lagi.
Sistem ujian di SMA Islam An-Nuur tidak seperti sekolah pada umumnya. Biasanya, sekolah akan menguji kemampuan para siswa dengan melakukan dua ujian setiap semesternya, Ulangan Tengah Semester atau yang kerap disebut dengan UTS dan Ulangan Akhir Semester atau yang kerap disebut dengan UAS. Tapi tidak di SMA Islam An-Nuur, sekolah ini hanya mengadakan UAS untuk menguji kemampuan siswa pada tiap semester. Artinya, seluruh bab yang telah diajarkan selama satu semester akan diuji di UAS kali ini.
Sebab SMA Islam An-Nuur sedang mengadakan UAS, artinya sebentar lagi sekolah ini akan mengadakan acara pengambilan rapor sebagai bentuk laporan resmi dari hasil belajar para siswa yang bersekolah di sini. Seperti biasa, setelah pengambilan rapor, seluruh siswa akan diberikan waktu untuk liburan yang lumayan panjang, walau tidak sepanjang waktu sekolah.
Berbeda dengan sekolah lain, SMA Islam An-Nuur tidak mengundang orang tua untuk datang ke acara pengambilan rapor dikarenakan kebanyakan siswa yang bersekolah di sini berasal dari kota-kota yang jauh. Akan ada acara-acara pembuka dan acara pengumuman juara untuk siswa-siswi yang mendapatkan juara sebelum acara pengambilan rapor dimulai. Ini adalah acara yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak yang sangat ambisi dalam belajar.
Berbicara tentang pengambilan rapor, sekolah ini memiliki kebiasaan yang sedikit berbeda dengan sekolah-sekolah lain. Biasanya, tiap sekolah akan memberikan predikat ranking atau juara kelas kepada tiga orang siswa yang memiliki nilai tertinggi di setiap kelasnya. Tapi di sekolah ini ada begitu banyak juara, mulai dari ranking umum kelas, ranking agama kelas, juara paralel umum, juara paralel agama, dan juara umum sekolah.
Dikarenakan SMA Islam An-Nuur adalah sekolah swasta yang berbasis Islam, maka terdapat lebih banyak pelajaran agama jika dibandingkan dengan sekolah lain. Kebanyakan sekolah hanya mempelejari beberapa pelajaran agama, berbeda dengan sekolah ini yang memiliki pelajaran agama yang sedikit lebih banyak dengan pelajaran umum. Hal itulah yang membuat sekolah ini menetapkan begitu banyak juara pada setiap pengambilan rapor, karena nilai pelajaran umum dan pelajaran agama akan dipisah untuk menentukan juara. Predikat juara dibagi menjadi tiga, ranking untuk nilai tertinggi dalam satu kelas, juara paralel untuk nilai tertinggi dalam satu angkatan, dan juara umum sekolah.
Ranking umum kelas akan diberikan kepada siswa atau pun siswi yang memiliki nilai tertinggi dalam pelajaran yang berbasis pengetahuan umum, juara ini akan diberikan kepada tiga orang yang memiliki nilai tertinggi pada pelajaran umum di setiap kelasnya. Ranking agama kelas, sama seperti juara umum kelas, juara agama kelas akan diberikan kepada tiga orang siswa atau pun siswi yang memiliki nilai tertinggi pada setiap kelasnya, hanya saja juara ini diberikan kepada pelajar yang memiliki nilai tertinggi dalam pelajaran yang berbasis agama.
Juara paralel, berbeda dengan juara umum kelas dan juara agama kelas yang diberikan untuk tiga orang siswa dan siswi yang memiliki nilai tertinggi di kelas, juara paralel hanya diberikan kepada seorang siswa atau siswi yang memiliki nilai tertinggi di angkatannya. Jika sudah didapatkan oleh anak IPA, maka anak IPS tidak memiliki kesempatan untuk memiliki juara yang sama, begitu juga sebaliknya. Juara paralel umum diberikan kepada seorang siswa atau siswi yang memiliki nilai pelajaran berbasis umum tertinggi di angkatannya dan juara paralel agama diberikan kepada seorang siswa atau siswi yang memiliki nilai pelajaran berbasis agama tertinggi di angkatannya.
Yang terakhir adalah juara umum sekolah, berbeda dengan juara lain yang nilai pelajaran umum dan agamanya akan dipisahkan untuk menentukan juara masing-masing pelajaran, juara umum sekolah ditentukan dengan menjumlahkan semua nilai yang didapat. Semua nilai yang didapatkan dari pelajaran umum dan agama akan disatukan untuk menentukan juara umum sekolah. Juara umum sekolah hanya diberikan kepada seorang siswa atau pun siswi yang memiliki nilai rata-rata paling tinggi di sekolah, baik dalam rapor umum ataupun rapor agama. Bisa dibilang, hanya orang paling pintar di sekolah yang mendapatkan juara ini.
Tring! Tring! Tring!
Bel tanda waktu istirahat telah berakhir berbunyi. Arjuna, Kamal, dan teman-temannya langsung beranjak pergi menuju ruang kelas untuk kembali melaksanakan ujian.
Ulangan Akhir Semester telah berakhir dan class meeting yang mengganti hari-hari sekolah selama menunggu penghitungan hasil nilai ujian sudah selesai.
Hari ini adalah hari pengambilan rapor, hari yang paling ditunggu-tunggu oleh anak-anak yang berambisi untuk menjadi juara dan hari yang paling dipasrahkan oleh anak-anak yang malas. Semua murid berkumpul di aula sekolah untuk melihat acara ini.
Aula sekolah ini bergitu besar, bahkan setelah diisi oleh siswa-siswi sekolah ini yang jumlahnya lebih dari seribu orang, aula ini tetap menyisakan begitu banyak tempat kosong.
Acara dibuka oleh dua MC dengan membaca Al-fatihan, kemudian MC itu mempersilahkan kepala sekolah untuk memulai acara ini dengan sambutan. Kepala sekolah memberikan kata-kata bijak dan mengingatkan kepada siswanya untuk rajin belajar agar dapat meraih kesuksesan di kemudian hari. Setelahnya acara ini dilanjut dengan acara-acara penampilan dari para siswa-siswi.
Setelah semua acara penampilan selesai, inilah saatnya untuk pengumuman juara-juara sekolah. Juara-juara sekolah diumumkan secara bertingkat, dimulai dari ranking agama kelas X IPA, kemudian ranking agama kelas X IPS. Setelah semua anak yang mendapatkan ranking selesai dibagikan sertifikat serta piala, dan sudah turun dari panggung, barulah dilanjutkan ke ranking kelas XI, setelahnya kelas XII.
Jika ranking kelas sudah disebutkan semua, barulah dilanjut dengan juara paralel agama kelas X, juara umum kelas X, dan terus begitu sampai kelas XI dan kelas XII selesai disebutkan. Setelahnya dilanjutkan dengan juara umum sekolah.
Siswa dan siswi yang mendapatkan juara akan dipanggil satu persatu untuk naik ke atas panggung. Setelah semua siswa yang disebutkan naik ke atas panggung, pihak sekolah akan memberikan mereka sebuah piala dan piagam sebagai penghargaan atas pencapaian dan usaha keras mereka yang mendapatkan juara ataupun ranking.
“Pasrah, Jun?” Tanya Kamal yang sejak awal sudah duduk di kursi yang bersebelahan dengan Arjuna. Arjuna yang memakai earphone tidak mendengar ucapannya.
Kamal menepuk paha Arjuna agar mendapatkan perhatian darinya. Arjuna yang merasa terganggu pun langsung melepas salah earphone yang ia pasang di telinganya.
“Pasrah, Jun?” Tanya Kamal kembali dengan mendekatkan mulutnya ke telinga Arjuna, dia hanya mengedikkan bahu untuk menjawab pertanyaan Kamal.
Ranking umum dan ranking agama kelas X IPA sudah selesai diumumkan, tapi nama Kamal tak kunjung disebutkan. Hal ini membuat Kamal terlihat sangat kecewa.
“Tenang, masih ada juara paralel sama juara umum” monolog Kamal, dia terlihat sangat berharap untuk mendapatkan juara.
Berbeda dengan Kamal, Arjuna sama sekali tidak peduli dengan juara kelas atau apa pun yang seperti itu. Menurutnya, dia tidak pantas untuk mendapatkannya karena perilakunya yang buruk sering bolos, dan tidur saat kegiatan belajar sedang berlangsung. Itulah alasan mengapa Arjuna sama sekali tidak berharap dalam acara ini.
Semua ranking tingkat kelas sudah diumumkan. Sekarang adalah waktunya untuk mengumumkan juara paralel dan juara umum sekolah. Pengumuman dimulai dari juara paralel agama pada setiap angkatan, kemudian juara paralel umum pada setiap angkatan, dan terakhir juara umum sekolah.
Kamal menegakkan badannya, dia terlihat benar-benar serius.
“Untuk juara paralel agama kelas X. Dengan rata-rata nilai 94,98. Jatuh kepada…” guru yang menyebutkan pengumuman berhenti untuk membuat semua murid penasaran, hal itu membuat Kamal menunduk dan mulai merapalkan doa.
“Ahmad…” mendengar nama depannya disebutkan, Kamal langsung mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Sepertinya dia benar-benar berharap untuk mendapatkan juara.
“Ahmad Al-Kamal dari kelas X IPA 5” Kamal yang mendengar pengumuman tersebut langsung berdiri dari kursinya dengan wajah yang sangat gembira.
“Mampus! Filter tiga bungkus!” Ucap Kamal kepada Arjuna yang kemudian langsung beranjak pergi untuk naik ke atas panggung.
Setelah kepergian Kamal, Arjuna merasa tenang. Arjuna kembali memasangkan earphone di telinganya.
“Jun!” Baru saja Arjuna memasang earphone, dia mendengar seseorang memanggil namanya, membuatnya kembali melepas earphone yang menempel di telinganya.
“Hm?” Arjuna hanya berdeham untuk menanyakan keperluan teman yang sebelumnya menyebut namanya.
“Untuk juara paralel umum kelas X. Dengan rata-rata nilai 95,20. Jatuh kepada…”
“Pinjam korek” ucap orang yang tadi memanggil Arjuna.
“Sama Kamal” jawab Arjuna singkat, memberi tahu jika korek miliknya ada pada Kamal.
“Arjuna Junaedi dari kelas X IPA 5”
“Hah?!” Seluruh siswa yang ada di aula sekolah ini mengatakan kata yang sama untuk mengekspresikan keterkejutan mereka. Pengumuman tadi juga membuat orang-orang yang duduk di dekat Arjuna langsung melihat ke arahnya. Arjuna yang tidak dengar pengumuman yang diberikan, hanya bisa bingung mendengar keterkejutan semua orang.
“Juna, itu lu dipanggil” ucap seseorang dari kelas lain, dilihat dari piala dan piagam yang sudah ia pegang, berarti orang itu adalah juara kelas yang sudah disebutkan sebelumnya “sana naik ke panggung” tambahnya.
“Hah?!” Arjuna terkejut, karena ia hanya mendengar nilai rata-rata dari juara paralel umum, tapi tidak mendengar siapa siswa yang mendapatkannya.
“Beneran, itu lu dipanggil. Cepat sana naik ke atas panggung” ucap siswa itu lagi.
Dengan ragu, Arjuna berdiri dari kursi tempatnya duduk. Dia menghela nafas panjang sebelum akhirnya berjalan ke arah panggung.
“Masa sih murid nakal kayak Juna dapat ranking?”
“Iya ih, padahal dia nakal banget, sekolahnya sering banget bolos. Kok bisa sih? Ranking paralel lagi”
“Kalau Kamal sih gua masih ngerti”
“Nyonteknya lancar banget pasti si Juna”
“Nyogok kayaknya”
“Padahal kalian nyontek ke Juna”
Itulah beberapa kata yang terdengar oleh Arjuna saat dia sedang berjalan di tengah-tengah banyaknya murid. Tidak hanya itu, semua orang terlihat menatapnya dengan tatapan yang tak dapat dimengerti.
Sesampainya di panggung, semua guru memberikan senyuman kepada Arjuna, seorang guru mengarahkannya untuk berdiri di samping Kamal.
“Nilai rata-rata cuma 94, 98? Kecil amat” ledek Arjuna pada Kamal yang membuat Kamal menendang kaki Arjuna.
Bukan Kamal dan Arjuna namanya kalau tidak bercanda, tidak peduli di mana pun dan kapan pun, pasti mereka akan tetap bercanda. Tidak terkecuali saat di panggung ini, Arjuna dan Kamal tetap bercanda meski sedang berdiri di depan banyaknya para guru dan murid.
“Mal, bosen. Suit, kuy” ajak Arjuna yang merasa bosan karena berdiri terlalu lama untuk menunggu semua juara paralel dari setiap angkatan dan juara umum disebutkan.
“Jaga image, bego. Kita dilihat sama banyak orang” ucap Kamal, tapi tangannya mengepal bersiap untuk suit. Benar-benar berbeda dengan apa yang diucapkan.
Sambil menunggu guru yang menyebutkan juara menyelesaikan pengumumannya, Arjuna dan Kamal melakukan sulit dengan peraturan yang menang akan memukul yang kalah.
“Juara umum sekolah. Dengan rata-rata nilai 95,20. Jatuh kepada…”
“Sani Noor Al-Zahra dari X IPA 3”
Semua juara paralel telah disebutkan, bahkan juara umum sekolah pun sudah. Arjuna dan Kamal langsung berhenti bermain dan berdiri tegak, karena sekarang waktunya para juara untuk menerima piala dan piagam penghargaan.
Kepala sekolah langsung yang memberikan piala dan penghargaan pada para juara paralel dan juara umum sekolah.
Setelah piala dan piagam selesai diberikan, semua anak yang mendapat juara langsung beranjak turun dari panggung.
Saat Arjuna ingin turun panggung, Arjuna melihat semua wali kelas yang sudah menunggu untuk menyambut anak kelasnya di bawah sana. Begitu juga dengan wali kelas X IPA 5, dia sudah menunggu di bawah sana untuk mengucapkan selamat pada Arjuna dan Kamal.
“Selamat, ya, Juna, Kamal!” Ucap Popon, wali kelas X IPA 5 seturunnya Arjuna dan Kamal dari panggung.
Semua siswa langsung mencium tangan wali kelasnya. Tapi itu tidak akan dengan Kamal dan Arjuna.
Kamal dan Arjuna langsung menghampiri wali kelas mereka, mereka mengulurkan tangan untuk menjabat Popon, saat wali kelasnya itu akan menjabat tangan mereka, Arjuna dan Kamal langsung menyatukan kedua tangannya yang terbuka dan sedikit menundukkan tubuh mereka untuk menghormati Popon.
“Kebiasaan” ucap Popon setelah melihat kelakuan kedua anak didiknya.
“Bukan mahram, bu” ucap Kamal santai.
Acara pengumuman juara menjadi acara terakhir yang dilakukan. Setelahnya, MC menutup acara ini dengan doa.
Setelah semua rundown dari acara ini selesai, seorang guru mengarahkan para siswa agar memasuki kelas masing-masing untuk mengambil rapor hasil belajar mereka selama satu semester.
Arjuna dan semua teman kelasnya sudah memasuki kelas X IPA 5. Saat masuk ke dalam kelas, mereka melihat begitu banyak rapor di meja guru dan ada banyak kalender yang sudah digulung dengan rapi.
Setelah menunggu selama beberapa menit, akhirnya wali kelas mereka masuk ke dalam kelas.
“Assalamu’alaikum” ucap Popon saat memasuki pintu kelas.
“Wa’alaikumussalam” jawab semua orang yang ada di kelas X IPA 5.
“Bagaimana tadi acaranya?” Tanya Popon kepada semua muridnya.
“Seru, bu, yang tampil cantik-cantik” jawab seorang siswa.
“Iya, bu. Penuh kejutan yang gak diduga” ucap seorang siswi menimpali.
“Kejutan bagaimana?” Tanya Popon.
“Kaget aja, bu. Kok bisa anak yang nakal kayak Juna sama Kamal jadi juara paralel” seorang siswi menjawab pertanyaan Popon dengan berterus terang.
“Iya bu, kok bisa sih? Mereka kan sering banget tidur di kelas sama bolos” timpal seorang siswi yang duduk paling belakang.
“Iri? Bilang bos!” Ucap Kamal dengan nada yang lumayan tinggi dan meledek.
“Iri, ya, gak bisa dapat juara kayak Juna sama Kamal?” Ledek seorang siswa kepada siswi itu.
“Lihat aja nanti, di semester 2 aku yang dapat juara” ucap siswi itu dengan nada kesal.
“Mustahil” jawab seorang siswa kelasku.
“Yoi, semester 2 nanti Arjuna yang bakal dapat juara umum” timpal seorang siswa lagi.
“Sudah, sudah” Popon menengahi perdebatan yang terjadi di antara murid didiknya “selamat, ya, buat Kamal sama Juna” lanjutnya memberikan selamat.
“Tuh, gitu. Temannya dapat juara bukannya dikasih selamat malah dihina” ucap seorang siswa yang merupakan ketua kelasku “kalau Kamal sama Juna jadi juara paralel aja udah bikin gempar satu sekolah, gimana kalau jadi juara umum sekolah?” Lanjutnya.
“Juna memang seharusnya jadi juara umum sekolah” ucap Popon santai.
“Hah?!” Ucap semua siswa kelas X IPA 5 serentak, mereka terlihat begitu terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh wali kelasnya.
“Kok bisa, bu?” Tanya seorang siswi penasaran.
“Arjuna sama Sani dari X IPA 3 itu total nilai rata-ratanya beda sedikit banget, Juna 95,21, Sani 95,20. Rata-rata nilai Sani 95,20, baik di rapor agama maupun rapor umum, maka nilai rata-rata Sani jika disatukan tetap 95,20. Sedangkan nilai rata-rata Arjuna di rapor umum adalah 95,20 dan rata-rata nilai di rapor agama 95,22, dan jika digabungkan, nilai rata-rata Arjuna jadi 95,21.
Harusnya, Arjuna yang jadi juara umum sekolaj, tapi karena Juna suka bolong-bolong sekolahnya, jadi ada satu guru yang saranin buat potong sedikit nilai Juna dengan alasan formatif dan akhlak di kelas. Karena kebanyakan guru setuju dengan saran ini, jadinya nilai rata-rata Juna dipotong jadi 95,19” Popon berpanjang lebar menjelaskan.
“Gila! Pintar banget si Juna!” Ucap seorang siswi dengan nada yang tinggi.
“Nakal boleh, goblok jangan” ucap seorang siswa menimpali.
Beginilah suasana di kelas X IPA 5, karena Popon sebagai wali kelas sangat akrab dengan siswanya membuat para siswa yang ada di kelas ini menjadi asal berbicara.
“Ibu juga sebenarnya bingung mau kasih Juna juara yang mana, karena sebenarnya nilai Juna di rapor umum sama rapor agama tetap yang tertinggi di kelas. Karena ada guru yang saranin buat masukin Juna ke juara paralel umum, jadi ibu setuju saja.
Nilai Kamal sama Juna di rapor agama tetap lebih tinggi Juna, tapi peraturan sekolah menetapkan hanya bisa mendapatkan satu juara. Meski pun begitu, Juna tetap ranking satu di kedua rapor, juga juara umum sekolah buat ibu” jelas Popon berpanjang lebar.
“Kalau Arjuna masuknya ke juara paralel agama, berarti yang juara paralel umum siapa, bu?” Tanya seorang siswi yang saat acara tadi mendapatkan ranking umum kelas X IPA 5.
“Kalau Arjuna jadi juara paralel agama, juara paralel umumnya Kamal, dengan rata-rata 95,01” jawab Popon.
“Ngarep banget lu yang dapet juara paralel umum ya, mentang-mentang tadi dapet ranking 1 umum kelas” ejek seorang siswa.
Setelah itu banyak perbincangan antara siswa kelas dengan wali kelas, akhirnya rapor pun dibagikan.
Semua siswa kelas telah pergi meninggalkan kelas. Kini tersisa Arjuna, Kamal, dan wali Popon yang masih merapikan berkas-berkas nilai yang masih berada di kelas ini.
“Bu, bisa minta waktunya sebentar?” Tanya Arjuna kepada Popon saat wali kelasnya itu hendak keluar dari kelas.