Ruangan terasa sunyi.
Yonami Ritsu masih terpaku di tempatnya, otaknya berusaha memproses apa yang baru saja terjadi. Retakan di udara. Cahaya keunguan. Sebuah celah yang tidak seharusnya ada.
Seumur hidupnya, ia hanya bisa membayangkan dimensi keempat melalui teori. Tapi tadi, ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
"Bagaimana caranya…?" Ritsu akhirnya bersuara, suaranya lebih lirih dari yang ia harapkan.
Touma menyandarkan diri ke meja, ekspresinya tetap datar. "Aku punya kemampuan untuk membelah dimensi. Sederhananya, aku bisa membuka jalan ke ruang yang lebih tinggi."
Ritsu mengepalkan tangannya. "Itu bukan jawaban. Itu hanya mengulang apa yang sudah kulihat. Aku ingin tahu bagaimana kau melakukannya. Apakah ada mekanisme tertentu? Hukum fisika yang berlaku?"
Touma menatapnya dalam-dalam sebelum menghela napas pelan. "Kau memang seperti yang kudengar. Obsesi yang hampir menyedihkan."
Ritsu mengabaikan perkataan itu. "Buktikan sekali lagi," katanya tegas. "Tapi kali ini, aku ingin melihat lebih dalam."
Touma tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Ritsu beberapa detik, seakan menimbang sesuatu. Lalu, tanpa peringatan, ia mengulurkan tangannya ke udara dan menggeseknya sekali lagi.
Crrk.
Udara terkoyak. Celah keunguan itu muncul kembali, sedikit lebih besar dari sebelumnya.
Namun kali ini, Ritsu tidak hanya melihatnya dari kejauhan. Ia berdiri dan melangkah mendekat, pupil matanya membesar saat menatap ke dalam celah tersebut.
Yang ia lihat bukanlah dunia mereka.
Bentuk-bentuk geometris yang tak mungkin ada di dunia tiga dimensi berputar di dalamnya. Kubus yang melengkung, bayangan yang bergerak sendiri, serta ruang yang tampak melipat dan berputar dalam arah yang tak bisa dijelaskan.
Jantungnya berpacu. "Ini…"
Sebelum ia sempat menyentuh celah itu, Touma tiba-tiba menutupnya.
Ritsu menoleh tajam. "Kenapa kau menutupnya?!"
"Karena kau belum siap," jawab Touma tenang.
Ritsu menggeram. "Aku sudah mempelajari ini hampir sepanjang hidupku! Jika ada yang siap, maka itu aku!"
Touma menyilangkan tangan. "Melihat dan masuk adalah dua hal yang berbeda. Kau mungkin bisa memahami teorinya, tapi tubuhmu belum tentu bisa menyesuaikan diri dengan realitas di sana. Jika masuk tanpa persiapan, kau bisa mengalami dimensional collapse—tubuhmu akan kehilangan bentuk karena tidak bisa beradaptasi dengan hukum fisika di dimensi keempat."
Ritsu terdiam. Ia benci mengakuinya, tapi ucapan Touma masuk akal.
Setelah beberapa saat hening, ia akhirnya berkata, "Lalu bagaimana caranya aku bisa siap?"
Senyum tipis muncul di wajah Touma. "Itu yang akan kita cari tahu. Tapi sebelum itu…"
Ia menatap Ritsu dengan tajam.
"Apa kau benar-benar siap meninggalkan dunia ini, meski hanya sesaat?"
Ritsu menahan napas.
Pertanyaan itu menggantung di udara, seolah menguji dirinya.
Dan dalam hatinya, ia tahu—jawabannya sudah jelas sejak awal.