[Isi Email Misterius – 06:15 AM]
Subjek: Untuk Laila – Sebelum Kamu Terlambat
Dari: akun anonim
Terlampir: 3 dokumen, 2 rekaman audio
> *“Laila, aku tahu kamu mungkin nggak akan percaya isi email ini. Tapi kamu berhak tahu siapa yang benar-benar berada di sekitarmu. Yang kamu anggap teman, atau bahkan cinta, mungkin sedang memainkan peran.
File pertama adalah rekaman pertemuan Reza dengan dewan lama Ilham Group. Ia menawarkan akses legal dan pendekatan personal dengan kamu — sebagai ‘senjata’ untuk menjatuhkan Arka.
File kedua adalah transkrip kontrak kerja sama antara vendor yang terkait keluarganya dengan perusahaan proyek saat ini.
Dan file ketiga... akan memberitahu kamu kenapa Arka pernah batal menikah dengan Alya dulu — dan siapa yang ada di balik pembatalan itu.”*
**
Laila membaca ulang email itu tiga kali. Matanya terpaku pada file audio bernama:
“REZA_MEETING_COMMISSIONERS_22.wav”
Ia memutar rekaman itu pelan, dan terdengar suara yang sangat ia kenal — tenang, percaya diri, lembut... namun kini terasa seperti pisau.
> "Saya bisa mendekati Laila. Saya tahu dia rentan terhadap tekanan keluarga, dan Arka belum terlalu dekat dengannya. Jika saya bisa membawanya ke pihak saya, setidaknya secara emosi, maka sistem Arka akan goyah. Dia terlalu mengandalkan stabilitas hubungan untuk mempertahankan posisinya di proyek ini..."
Laila menutup laptopnya perlahan. Tangannya gemetar.
**
Beberapa jam kemudian, ia berdiri di lobi kantor Ilham Group, menunggu Arka. Kali ini, bukan sebagai wanita yang bingung, tapi sebagai seseorang yang ingin tahu segala kebenaran — meski itu akan menghancurkan segalanya.
Arka menemuinya di ruang rapat pribadi. Wajahnya lelah, tapi ia tahu — Laila bukan datang untuk basa-basi.
“Aku udah tahu tentang Reza,” kata Laila datar.
Arka tidak terkejut. “Akhirnya kamu tahu juga.”
“Tapi bukan itu yang paling menyakitkan. Aku juga dapat file ketiga.”
Arka menatapnya. Diam.
Laila melempar satu pertanyaan yang ia pendam bertahun-tahun:
> “Kenapa kamu batal menikah sama Alya dulu? Apa ada hubungannya sama... ayahku?”
Arka menghela napas. Perlahan. Dalam.
> “Ya. Ada hubungannya.”
**
FLASHBACK – Tiga Tahun Lalu
Alya, mantan tunangan Arka, adalah gadis cerdas, kalem, dan sangat mencintai Arka. Pernikahan mereka sudah direncanakan, bahkan cincin sudah dibuat.
Namun beberapa bulan sebelum hari itu, ayah Laila — Pak Haris — datang ke kantor Ilham Group.
> “Kalau kamu menikah sama Alya sekarang, maka kamu akan kehilangan warisan saham perusahaan. Karena aku punya perjanjian dengan ayahmu. Kita ingin kamu jaga garis waris bisnis lewat jalur yang sudah disepakati — lewat Laila.”
Arka waktu itu marah. Tapi ia tidak punya cukup kekuatan untuk melawan dua dewan keluarga.
> Ia tidak pernah memberi tahu Alya alasan sebenarnya. Ia hanya memutuskan segalanya... demi warisan yang saat itu ia pikir akan menyelamatkan ratusan karyawan dari PHK akibat krisis ekonomi.
> Ia mengorbankan cinta. Demi tanggung jawab.
---
Kini, Arka menatap Laila. Wajahnya seperti pria yang sudah terlalu lama memikul luka.
“Aku nggak pernah setuju dengan perjanjian itu. Tapi aku juga nggak tahu harus gimana.”
Laila berdiri. Pandangannya kosong.
“Jadi... semua ini... kamu, aku, Reza, bahkan Alya... cuma pion di papan catur orang tua kita?”
Arka tak menjawab.
Laila menggeleng pelan.
> “Aku lelah jadi ‘garis keturunan’ yang diperjualbelikan demi saham.”
**
Malam itu, Laila kembali ke apartemen. Ia tak menangis. Ia hanya duduk dalam diam, menatap foto lamanya bersama Salma dan Reza — dua orang yang ia percaya dulu... yang kini jadi bagian dari kebohongan besar.
Ponselnya berbunyi.
> Reza: “Laila, aku bisa jelasin—”
Laila: “Jangan telepon aku lagi.”
Ia mematikan ponselnya.
Di luar, hujan kembali turun. Tapi kali ini, Laila tak lagi merasa dingin.
Ia tahu... badai baru saja dimulai.
---
> Bab 6 selesai
"Terima kasih telah membaca sampai akhir"