Cahaya kebiruan yang masuk dari jendela kecil pod memantul pada permukaan logam, menandai awal hari yang tidak pernah benar-benar ia inginkan. Leon West membuka mata. Tubuhnya pegal karena tidur dalam posisi duduk, helmnya masih tergantung di samping kursi. Ia mendengus pelan, mengusap wajahnya.
> “Status energi: tujuh puluh enam persen. Oksigen tersedia untuk empat hari. Suhu internal: stabil.”
Suara itu lagi. Tenang, netral, seakan mengingatkan bahwa meskipun dunia di luar begitu asing, ada satu hal yang konsisten—gelang di pergelangannya.
Leon menggerakkan bahu, merasa ototnya kaku. “Empat hari… tidak buruk, tapi tidak bagus juga,” gumamnya. Ia melirik jendela. Batu‑batu hijau di luar berkilau lembut diterpa cahaya bintang yang berwarna kebiruan, membuat seluruh lanskap tampak seperti lautan zamrud yang berpendar samar. Di sela retakan batu, akar-akar biru berkilau seperti urat nadi planet.
Ia berdiri, sedikit sempoyongan, lalu memeriksa kotak-kotak penyimpanan. Panel surya lipat masih tergeletak rapi di kotak Power. Leon mengambilnya, menghela napas pelan, lalu mengenakan kembali baju luar angkasa dan helmnya. “Baiklah, modul panel surya dulu. Kalau energinya habis, habis juga semua harapanku.”
Pintu pod terbuka perlahan, desisan gas tipis menyambutnya. Udara luar masih berwarna kehijauan pucat, tapi sistem filternya bekerja dengan baik. Ia melangkah hati-hati, memasang modul surya di permukaan batuan hijau yang agak datar. Sinar bintang memantul pada panel itu, indikator energi berbunyi pelan menandakan daya mulai mengalir kembali.
> “Pengisian daya dimulai. Perkiraan waktu pengisian penuh: delapan jam.”
Leon berdiri memandangi lanskap yang kini terlihat lebih jelas. Flora biru yang melingkar seperti kabel serat optik tampak melambai pelan diterpa angin tipis. Semak kantung transparan memantulkan cahaya ungu samar, seolah berisi cairan yang hidup. Semuanya seperti lukisan aneh dari dunia lain.
Ia kembali masuk, mengambil scanner genggam dari kotak Tools, lalu memasukkannya ke slot di pergelangan tangan baju luar angkasanya. Cahaya scanner berpendar hijau, menunggu perintah.
“Baik, ayo kita lihat apa yang bisa kau ceritakan, benda kecil.” Leon menatap gelangnya. “Bagaimana kalau kita mulai eksplorasi kecil?”
> “Disarankan melakukan survei lingkungan lokal dalam radius aman. Sediakan penanda jalur untuk meminimalkan risiko tersesat.”
“Ya, ya, aku tahu,” gumam Leon sambil mengaktifkan printer 3D mini. Ia mencetak beberapa paku logam kecil dengan kepala bercahaya, cukup untuk menjadi penanda jalur.
Beberapa menit kemudian, ia melangkah lagi keluar. Udara asing menyambutnya. Ia menanam penanda pertama di dekat pod. Cahaya birunya berkedip pelan.
“Penanda satu… siap,” bisiknya.
Ia berjalan perlahan, mata waspada, scanner di tangan. Flora pertama yang ia dekati adalah batang biru berpendar dengan daun pipih yang mengeluarkan cahaya lembut.
Bip.
Data muncul di visornya.
> “Flora asing Dianalisis....
Nama: Tak Terindentifikasi
Komposisi utamanya silikon dan unsur organik. Tidak beracun. Tahan suhu ekstrem.”
Leon mengangkat alis. “Silikon? Di tumbuhan? Itu… tidak masuk akal. Atau mungkin aku saja yang belum tahu apa-apa tentang planet ini.” Ia mencatat hasilnya di konsol gelang dengan gerakan cepat.
"Aku akan menamainya Blue Pendant, cukup berharga." Gumam Leon.
>"Penyimpanan data diperbarui.
Blue Pendant: Flora berbasis silikon.
Ia bergerak lagi, mendekati kantung transparan yang memantulkan ungu-biru. Ia mengarahkan scanner, berjaga-jaga.
Bip.
> “Flora asing dianalisis....
Nama: Sneezwort
Cairan internal bersifat korosif ringan. Hindari kontak langsung.”
Leon segera mundur setengah langkah.
“Aku hampir saja mengira itu buah eksotik. Untung aku punya kau,” katanya, lebih pada gelang daripada pada dirinya sendiri.
> “Konfirmasi. Sentuhan dengan cairan dapat merusak perlengkapan.”
Ia melangkah hati-hati, menemukan tanaman rendah berdaun spiral yang bergerak sedikit ketika ia mendekat. Scanner berbunyi.
> “Flora asing dianalisis....
Nama: Thermal spiral
Reaksi gerak cepat terhadap panas. Tidak mematikan, namun hindari pijakan langsung.”
Leon berjongkok, mengamati daun spiral itu bergetar seolah merasakan kehadirannya.
“Kau… tumbuhan yang sensitif, ya?” Ia tersenyum tipis, untuk pertama kalinya sejak mendarat. Rasanya seperti mengamati makhluk hidup yang malu-malu.
Langkahnya terus membawanya lebih jauh dari pod. Penanda kedua ia tanam di celah batuan hijau. Cahaya scanner tiba-tiba berubah, menunjukkan anomali energi.
> “Potensi artefak atau serpihan terdeteksi. Jarak: lima ratus dua belas meter.”
Leon memicingkan mata. Di kejauhan, di balik kabut kehijauan, ia melihat sesuatu yang berkilau samar—mungkin logam. “Itu bisa jadi bagian dari kapal… atau hanya batu aneh.” Ia mempertimbangkan untuk mendekat, tapi memutuskan tidak terlalu jauh untuk kali pertama. Ia hanya berjalan mendekati sejauh batas aman, memeriksa dari jauh. Kilauan logam itu tampak seperti potongan sayap kecil atau penutup mesin.
Leon mencatat koordinatnya, menandai di peta hologram gelang. “Baiklah, aku tahu kau di sana. Aku akan kembali untukmu nanti.”
Perjalanan pulang terasa lebih ringan. Tidak ada tanda-tanda makhluk hidup lain, hanya suara gemerisik lembut dari flora yang bergoyang, dan desisan gas di permukaan. Leon menoleh beberapa kali, tapi tak ada apa pun selain kabut hijau dan pancaran biru flora.
Penanda ketiga ia tanam, lalu keempat, hingga akhirnya ia kembali melihat pod di kejauhan. Ia menghela napas lega. Pintu pod terbuka, ia masuk dengan cepat, melepaskan helm dan duduk. Udara oksigen pod memenuhi paru-parunya.
> “Pemetaan awal selesai. Aktivitas lingkungan: normal. Tidak ada ancaman langsung terdeteksi.”
Leon menatap gelangnya. Cahaya biru itu masih berpendar lembut, denyutnya seolah menenangkan. Ia melirik ke luar jendela. Di bawah sinar bintang asing, batuan hijau dan flora biru itu seperti sebuah dunia yang bernafas perlahan.
“Aku sendirian di sini… tapi syukurlah aku setidaknya tahu beberapa hal disini,” gumamnya. Untuk pertama kalinya sejak jatuh, kata-kata itu terasa seperti penghiburan kecil.
Ia menyandarkan tubuh di kursi, membiarkan pikirannya bekerja: apa langkah berikutnya?
Di luar sana, dunia baru itu menunggu—penuh misteri, bahaya, dan mungkin juga harapan.