Langit di atas Hutan Ranting Hitam menggelap tak wajar, seolah tahu bahwa darah akan tumpah hari ini.
Angin berhembus seperti bisikan roh-roh terbuang, menyambut tamu-tamu pembunuh.
Kelima murid Sekte Langit Suci berdiri di depan gua, wajah mereka tertutup topeng perak, jubah putih mereka mengalir dengan simbol matahari suci.
“Li Zhen,” ucap salah satu dari mereka. Suaranya datar, dingin, dan tanpa belas kasihan.
“Ramalan itu benar. Kau hidup. Maka tugasku jelas: membunuhmu sebelum kutukanmu tumbuh.”
---
Li Zhen Melangkah Keluar
Tak ada ketakutan di wajahnya.
Hanya luka. Hanya diam.
Dan tubuh penuh tato darah yang kini menyala merah kelam.
“Lima orang,” gumamnya. “Cukup untuk pemanasan.”
Yue Xian memandang dari balik bayangan, bibirnya bergetar. “Jangan… kau belum cukup kuat…”
Li Zhen menoleh sedikit. Matanya tajam.
“Jika aku tak bisa membunuh mereka sekarang, maka tak ada gunanya aku hidup.”
---
Pertempuran Dimulai
Murid pertama menyerang dengan Pedang Cahaya Langit, memotong udara dan menciptakan ledakan suci.
Li Zhen melompat ke depan, tubuhnya menghilang dalam kabut darah. Saat muncul kembali—ia ada tepat di belakang sang penyerang.
"Kutukan Darah: Pencuri Luka!"
Tangan Li Zhen menembus tubuh lawannya, dan luka yang pernah ia derita berpindah ke tubuh musuhnya. Tulang patah. Kulit terbakar. Jiwa terguncang.
Murid pertama langsung ambruk, tubuhnya menggeliat dalam siksaan.
---
Tiga murid menyerang bersamaan, menciptakan Formasi Cahaya Empat Pilar, teknik penyegel jiwa.
Namun Li Zhen hanya tertawa lirih.
“Kalian ingin menyegel jiwa kutukan? Terlambat. Jiwaku… sudah mati sejak sembilan tahun lalu.”
Darah di sekitarnya membentuk mata raksasa di udara, dan dari matanya, tali-tali kutukan keluar menyambungkan dirinya ke tubuh para murid.
“Teknik Kedua: Kutukan Jiwa Terbalik.”
Tali-tali itu mencuri teknik lawan dan mengembalikannya dalam bentuk yang rusak dan membusuk.
Formasi yang mereka bangun berbalik menyerang tubuh mereka sendiri.
Tulang-tulang mereka melengkung. Mata mereka meleleh. Jiwa mereka menangis.
---
Murid Kelima: Pengkhianatan Masa Lalu
Tersisa satu.
Seorang pemuda yang tak ikut menyerang, hanya berdiri dengan tangan gemetar.
Li Zhen mendekatinya perlahan. “Kenapa kau diam?”
Murid itu membuka topengnya.
Wajahnya familiar.
“Namaku… Han Ye. Aku dulu murid senior di Sekte Merah Selatan… tempat keluargamu meminta perlindungan sebelum mereka dibantai.”
Li Zhen berhenti. Napasnya menegang.
“Aku tahu. Aku melihat saat mereka dibunuh. Tapi aku tak berani melawan. Aku… pengecut. Dan aku datang bukan untuk membunuhmu. Aku hanya ingin kau tahu…”
“…bahwa tak semua orang melupakan keluargamu.”
---
Li Zhen Guncang… Tapi Tak Melemah
Li Zhen berjalan mendekat. Han Ye jatuh berlutut.
“Jika kau mau membunuhku… aku tak akan melawan.”
Namun Li Zhen… tak bergerak.
“Pergilah. Tapi bawa pesan ini…”
Ia menatap Han Ye lurus.
“Katakan pada Huang Tianyu… bahwa anak kutukan telah bangkit. Dan hari penghakiman akan datang seperti darah yang tak pernah mengering.”
---
Yue Xian keluar dari persembunyian, memandang tubuh-tubuh yang terkapar.
“...Apa yang akan kau lakukan sekarang?”
Li Zhen berdiri di tengah kabut darah.
Mata dan tubuhnya terbakar.
Tapi sorot matanya tak goyah.
“Aku akan pergi ke bawah akar Dunia Langit. Ke makam keluargaku.
Di sanalah perang sesungguhnya dimulai.”