Langit malam terasa berat saat Li Zhen dan Yue Xian melangkah keluar dari Hutan Ranting Hitam.
Bintang-bintang tak bersinar. Angin dingin membawa suara tangis yang hanya bisa didengar oleh mereka yang pernah kehilangan segalanya.
Mereka menatap gunung di hadapan mereka—Gunung Yulan, tempat akar Dunia Langit mengakar ke bawah bumi.
Di sanalah, menurut fragmen memori ibunya, terkubur makam keluarganya.
Dan… kebenaran yang telah dikubur oleh para suci.
---
Perjalanan yang Berdarah
Jalan menuju kaki Gunung Yulan bukan jalur biasa.
Itu adalah wilayah yang dilindungi oleh Penjaga Jiwa-Tanah, makhluk roh yang membunuh siapa pun yang membawa niat balas dendam.
Li Zhen tak menutupi niatnya.
Ketika makhluk pertama muncul—seekor ular tanah berwajah manusia—Yue Xian bersiap menghunus pedangnya.
Tapi Li Zhen mengangkat tangan.
“Aku akan melawannya… sendiri.”
Ular itu menyusup ke bawah tanah, lalu muncul tiba-tiba di belakang Li Zhen dengan taring beracun.
Namun Li Zhen tidak bergerak.
“Kutukan Jiwa Terbalik: Teknik Keheningan Kedua.”
Saat taring ular menyentuh kulitnya, seluruh tubuh makhluk itu terhenti. Tak bisa bergerak. Tak bisa berpikir.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Yue Xian terkejut.
“Aku memberinya kutukan rasa bersalah. Ia membeku… karena pikirannya sendiri menciptakan kehancuran.”
Dan Li Zhen menginjak kepalanya.
Makhluk itu hancur dalam sekejap.
---
Makam yang Dilupakan Dunia
Setelah tiga hari mendaki, mereka sampai pada dataran tinggi yang tak tercatat dalam peta mana pun.
Di sana, di tengah akar-akar hitam yang mencuat dari tanah seperti tangan raksasa mati, terdapat sebuah nisan batu berlumut.
Li Zhen mendekatinya. Suaranya pecah.
“...Ibu. Ayah. Aku kembali.”
Yue Xian menunduk dalam diam.
Namun tiba-tiba—tanah bergetar.
Akar-akar pohon membuka, memperlihatkan sebuah ruang bawah tanah. Suaranya berat, seperti rintihan bumi itu sendiri.
“Masuklah, anakku…”
Suara itu adalah gema roh ibunya.
Li Zhen menuruni tangga akar, dan menemukan peti batu di tengah ruangan.
Di dalamnya: gulungan kutukan terakhir milik ibunya, serta sebuah liontin rusak yang pernah dikenakan ayahnya.
---
Kutukan Ketiga: Tangan dari Neraka
Gulungan itu berjudul:
“Tangan Ketiga dari Neraka – Kutukan Pemutus Takdir.”
“Zhen, jika kau membaca ini… maka waktunya telah tiba.
Kutukan ini hanya dapat digunakan oleh mereka yang tak lagi memiliki masa depan… dan tak takut kehilangan jiwanya.”
“Dengan kutukan ini… kau bisa menghapus satu hukum dunia. Tapi sebagai gantinya, kau akan kehilangan sesuatu yang tak bisa dikembalikan.”
---
Pengungkapan Mengejutkan: Ayah Masih Hidup
Li Zhen mengepalkan liontin di tangannya. Tapi saat ia menyentuhnya… sebuah bayangan muncul dari dalamnya—seorang pria tua, berjubah hitam, matanya setengah terbakar, tapi karismanya menggetarkan ruangan.
“Zhen… aku ayahmu. Aku masih hidup. Tapi aku bukan pria yang sama lagi.”
“Aku terperangkap di dalam Penjara Langit Ke-9, dipenjara oleh Huang Tianyu karena aku tahu rencana mereka yang sebenarnya: Mereka ingin membangkitkan entitas kuno di balik Dunia Langit… dan tubuhmu adalah kuncinya.”
“Larilah jika kau ingin hidup. Tapi jika kau memilih untuk melawan… datanglah ke Penjara Langit.”
“Dan… bunuh aku… jika aku sudah kehilangan jiwaku.”
---
Li Zhen membeku.
Yue Xian menatapnya dari kejauhan, air mata mengalir tanpa suara.
---
“Mereka membunuh ibuku.”
“Mereka menjadikan ayahku tawanan.”
“Dan mereka ingin mengubahku menjadi alat kebangkitan.”
“Kalau begitu… aku akan mengubah dunia ini menjadi neraka sebelum mereka berhasil.”
“Tunggu aku, Huang Tianyu. Tunggu aku, Ayah.”