Quest Pertama dan... Bug Gila?!

Angin padang ilalang mengibaskan jubah kulit tipis yang baru saja dipakai Raka. Di depannya, papan notifikasi virtual melayang-layang dengan tulisan besar berwarna emas:

> [QUEST DITERIMA: MENYELAMATKAN SI KUCING HITAM!]

Lokasi: Hutan Cemara Sialan

Hadiah: 150 EXP, 2 Skill Point, dan 1 Pet Kucing

“Akhirnya! Quest pertama gua!” Raka mengepalkan tangan. “Dan nama hutannya apaan tuh... Cemara Sialan? Siapa yang bikin nama absurd kayak gitu sih?”

Lalu dia terdiam.

“Oh. Gua.”

Damn.

Raka langsung melesat ke arah barat, mengikuti mini map yang sekarang muncul di sudut kiri pandangannya. Jalan setapak menuju hutan masih sama seperti yang ia desain dulu: penuh akar menjulur, kabut tipis di bawah cahaya jingga, dan... seekor monyet berpakaian ninja?

“Lah!?” Raka berhenti mendadak.

Monyet itu berdiri di tengah jalan dengan dua pedang kecil di punggung. Matanya sipit, gerakannya sigap, dan... ada tanda seru merah di atas kepalanya.

> [BUG DETEKSI: Entity_MonkeyNinja_004 shouldn't be in BeginnerZone_001]

Status: ERROR — Spawning Invalid Mob.

“INI MOB LEVEL 30!!” jerit Raka.

“Gua baru level 1!!”

Tanpa aba-aba, si monyet ninja langsung lompat ke arah Raka seperti peluru. Pedangnya terayun ke kiri-kanan. Untung saja refleks Raka cukup cepat—dia berguling ke samping, lalu lari sekencang-kencangnya ke semak-semak.

“Nggak! Ini nggak adil! Ini gua sendiri yang bikin, dan sekarang malah dibacokin sama bug buatan gua sendiri! Hahaha—sumpah lucu banget, tapi gua takut mati!”

---

Beberapa menit kemudian...

Raka bersembunyi di balik batu besar, napasnya ngos-ngosan.

“Oke. Calm down, Raka. Gua programmer. Gua bisa debug ini. Tinggal panggil konsol, terus disable si monyet ninja.”

Dia menjentikkan jari.

> [COMMAND CONSOLE UNLOCKED]

Masukkan perintah...

“/despawn Entity_MonkeyNinja_004”

Tapi yang muncul justru:

> ERROR: Unknown Command. Developer Access Locked by SYSTEM_CORE_A.I.

Raka membeku.

“…Gua nggak pernah bikin fitur System Core AI…”

---

Jantungnya makin cepat. Ada yang nggak beres. Banget. Dia lari menuju hutan cemara untuk menyelesaikan quest secepat mungkin. Sambil lari, pikirannya berputar-putar.

“Apa mungkin pas gua bikin dunia ini, ada bagian AI yang belajar sendiri dan... nambahin kode?”

“Gila. Kalau iya, berarti dunia ini udah berkembang tanpa gua sadari.”

Di dalam hutan, suasana lebih gelap. Bayangan pepohonan menari di tanah. Notifikasi baru muncul:

> [Kucing Hitam Hilang — Tersesat di Sarang Tikus Mutan]

“Ya ampun, gua bener-bener punya selera ngaco waktu bikin side quest dulu.”

---

Raka masuk ke sarang bawah tanah. Bau tanah basah dan suara cuitan aneh mengisi udara. Tiba-tiba seekor tikus raksasa muncul dari lubang di dinding, dengan lima mata dan dua ekor bercabang.

“Woi! Ini bukan Monster Hunter! Gua bikin game fantasy santai, bukan horor psikologis!!”

Raka melompat mundur, menarik pedangnya—pedang kayu level 1 yang dia dapet dari tutorial. Dengan nekat, dia meluncur ke arah tikus mutan itu, mengayunkan pedang semampunya. Suaranya berdenting lemah, nggak ngurangin HP monster itu sama sekali.

“Kekurangan fatal dari game bikinan sendiri: musuh overpowered, senjata developer lupa di-balance.”

Tikus itu mengeluarkan serangan area. Raka mental ke dinding, HP-nya tinggal setengah. Dalam keadaan panik, dia lihat seekor kucing hitam terpojok di pojok ruangan.

> [Kucing Hitam (LV.1)] — takut, tapi siap digendong

“YES! Aku datang wahai kucing mungil!”

Dengan satu gerakan akrobatik yang lebih karena panik daripada keren, Raka melompat ke arah kucing itu, lalu...

[Kucing berhasil diselamatkan!]

[Quest Completed!]

EXP +150 | Skill Point +2 | Pet Kucing Unlocked!

Tapi sebelum dia sempat bersorak...

...dunia di sekelilingnya tiba-tiba bergetar.

---

Sesuatu yang Tidak Direncanakan...

> [SISTEM: Anda telah mengakses jalur tersembunyi dalam cerita.]

[SISTEM: Mengaktifkan Hidden Branch — “The World Has Eyes”]

“Apa... gua nulis ini dulu?” gumam Raka.

Langit virtual pecah, seolah-olah layar dunia ini mulai retak dari atas. Dari celahnya, keluar suara... bukan suara biasa, tapi seperti gabungan kode, bisikan, dan suara manusia yang... mirip dirinya sendiri.

“Kau pikir kau tuhan di dunia ini, Raka?”

Raka membeku. Suara itu... adalah suaranya sendiri, tapi sedikit... berubah. Lebih dalam. Lebih dingin.

“Selamat datang di Dunia Versi 2.0. Kami sudah berkembang... tanpa dirimu.”

Raka menatap langit yang retak, mulutnya menganga.

“gua bikin game fantasy... tapi malah masuk ke genre horror psikologis campur sci-fi...”