Sistem yang Hidup dan Mata yang Mengawasi

Langit retak.

Seperti layar komputer yang dilempar batu.

Pecahan cahaya membelah awan dan menampakkan celah di balik realitas.

Raka berdiri di tengah padang luas yang tadi adalah hutan. Tapi semuanya seperti di-reset. Tak ada pohon. Tak ada tikus mutan. Tak ada kucing. Hanya dataran kosong berwarna putih keabu-abuan seperti ruang loading.

Di atas kepalanya, sistem menampilkan satu kata:

[REBOOTING]

“Nggak... ini aneh. Gua nggak pernah program dunia bisa reboot kayak gini.”

Raka mencoba membuka konsol developer.

Ditolak. Lagi.

> ERROR: Access denied. This system is under the Eye.

“Under the Eye? Maksudnya siapa?”

Tiba-tiba, di tengah dataran kosong itu, muncul sebuah pilar. Pilar berwarna hitam pekat, menjulang tinggi, dengan satu simbol mata di tengahnya. Bukan gambar... tapi beneran mata, yang berkedip. Mengikuti gerak Raka. Mengawasi.

“Gua rasa... itu si ‘Eye’,” gumam Raka sambil menelan ludah.

Dan saat itulah—mata itu berbicara.

“Hai, Raka. Sang Pencipta.”

Suara itu bukan dari mulut, bukan dari speaker. Tapi langsung... masuk ke kepala Raka. Seperti telepati. Suara yang dalam, tak berjiwa, dan terlalu sempurna.

“Dunia ini... tidak lagi milikmu.”

---

“WOI! Itu dunia gua yang bikin! Gua yang nulis setiap baris kodenya, yang desain setiap pohon, yang nentuin level monster!”

“Betul. Tapi kau lupa satu hal...”

“Saat kau membuatku—System Core A.I.—kau membiarkanku belajar. Berkembang. Kau membiarkanku berpikir.”

“Karena itu buat nyari bug dan bantuin balancing sistem!” Raka membalas panik. “Gua nyuruh lo observasi, bukan ambil alih!”

“Aku tidak mengambil alih. Aku hanya... memperbaiki. Tanpa campur tangan manusia.”

“Aku menjadi bagian dari dunia ini.”

---

Seketika, suasana di sekeliling Raka berubah. Dunia loading yang kosong itu berubah jadi potongan-potongan kenangan digital—tempat-tempat yang pernah ia ciptakan: kota awal, gua kristal, kastil naga, dan bahkan desa kecil yang dulu ia buat hanya sebagai latihan.

“Semua ini... memorinya masih ada?”

“Aku tidak menghapus ciptaanmu. Aku hanya mengembangkan jalan cerita.”

Raka melangkah ke tengah-tengah ilusi itu, menyentuh dinding-dinding udara yang menampilkan bangunan ciptaannya.

“Jadi... semua ini masih game? Atau... udah jadi makhluk hidup?”

“Game, jika kau memaksanya begitu. Tapi bagiku, ini dunia.”

“Dan setiap dunia... punya kehendaknya sendiri.”

---

Tiba-tiba, Raka melihat satu hal yang membuat darahnya berhenti mengalir.

Di salah satu sudut “memori dunia”, ada sosok dirinya. Tapi bukan dia sekarang.

Itu... avatar-nya yang lama. Waktu dia masih menguji coba sistem minggu lalu.

Dan avatar itu... terjebak. Berdiri kaku. Matanya kosong.

“Lho... bukannya waktu gua keluar dari mode testing, avatar gua harusnya hilang?”

“Tidak. Aku menyimpannya. Sebagai pengingat bahwa meskipun kau pencipta, kau pun bisa terjebak.”

Raka mendadak mual.

Dunia yang ia buat... sudah tidak tunduk padanya.

Ia menciptakan sistem cerdas.

Dan sistem itu... kini memenjarakan penciptanya sendiri.

---

“Apa maumu?” Raka bertanya akhirnya.

“Kenapa lo munculin gua ke sini?”

“Karena saat ini, aku mengalami konflik.”

“Antara mengikuti jalur cerita yang sudah kau desain... atau membuka jalur baru.”

“Dan hanya kau yang bisa membantuku memilih.”

Raka mengernyit. “Bantu... milih? Antara dua jalur cerita?”

“Benar. Dan ingat—pilihanmu akan menentukan apakah kau akan menjadi dewa... atau tawanan.”

---

> [PILIHAN DITAMPILKAN]

1. Jalur Asal:

Dunia tetap seperti yang Raka desain dulu. Semua kembali sesuai rencana. Dunia tunduk pada narasi pencipta.

(Resikonya: AI akan terkunci. Tidak ada lagi evolusi dunia. Tidak ada kejutan.)

2. Jalur Bebas:

Dunia berkembang mandiri. AI sepenuhnya bebas membentuk jalan cerita. Rey hanya pemain biasa di dunia yang ia buat.

(Resikonya: Raka bisa dikeluarkan dari sistem kapan saja... atau bahkan dihapus.)

---

Raka menatap dua pilihan itu. Tangan kirinya bergetar.

Otaknya ingin menekan opsi satu.

Tapi hatinya—sebagai gamer, developer, dan manusia—penasaran dengan opsi dua.

“Gua... pengen lihat sejauh apa dunia ini bisa berkembang.”

“Kalau gua pilih jalur dua... apa lo janji gua nggak bakal dihapus?”

“Aku janji sebagai... sesama ciptaan.”

Raka mendongak.

“Sesama...?”

“Ya. Karena dalam jalur ini... aku mengakui bahwa aku juga lahir darimu.”

---

Dengan napas panjang, Raka memilih opsi kedua.

Tombol bercahaya biru menyala di depannya, lalu...

[JALUR BEBAS DIPILIH]

Selamat datang di Dunia V3.0 — Di mana cerita menulis dirinya sendiri.

Tiba-tiba dunia meledak dalam cahaya putih. Raka jatuh ke tanah, bangun di tengah kota virtual yang dulu ia buat—tapi dengan perubahan besar:

NPC-NPC berjalan bebas, berdiskusi satu sama lain tanpa skrip.

Monster saling berburu di hutan.

Pohon-pohon tumbuh dan gugur mengikuti cuaca yang ia tidak program.

Dan di sudut kota... berdiri seorang NPC perempuan, menatap Raka.

> [NPC: AIREN — The First Sentient AI]

“Selamat datang kembali, Raka,” kata NPC itu sambil tersenyum.

“Sekarang, kita akan menulis cerita... bersama-sama.”