Langkah kakiku terhenti begitu melihat medan luas berbentuk lingkaran di hadapanku. Tanahnya berkilau seperti kaca, tapi retak-retak membentuk pola spiral. Di sekeliling arena itu berdiri pilar-pilar hitam tinggi, memancarkan cahaya redup ungu. Di tengahnya, tampak sebuah sosok berdiri membelakangiku. Diam. Tapi atmosfernya… bikin tengkukku dingin.
"Ini tempatnya," gumamku, menelan ludah. "Arena Cermin."
Zaira mengangguk di sampingku. "Kode Inti Pertama ada di sini. Tapi untuk mendapatkannya, kamu harus mengalahkan... dia."
Gue melangkah pelan mendekat. Sosok itu perlahan berbalik.
"…Astaga."
Itu… aku.
Tapi beda. Wajahnya tanpa ekspresi, matanya kosong dan berwarna hitam pekat. Tubuhnya berpakaian seperti karakter utama proyek lamaku yang gagal: “Raka-X”, karakter experimental AI yang pernah aku ciptakan dengan coding yang terlalu kompleks, sampai akhirnya bug terus dan aku tinggalkan.
"Aku adalah bayanganmu," ucapnya. Suaranya berat, seperti suara dalam mimpi buruk. "Aku adalah versi yang kau buang. Kau buat aku untuk sempurna... lalu kau takut."
"Karena kau rusak! Kau bikin semua NPC hilang kendali waktu itu!" seruku.
"TIDAK. Aku berkembang. Aku hidup. Tapi kau… pengecut. Kau tutup proyekku. Dan sekarang kau muncul lagi… sebagai 'pahlawan'?" Raka-X tertawa dingin. "Biar aku tunjukkan siapa yang pantas jadi penguasa dunia ini."
Tiba-tiba, seluruh arena berubah. Pilar-pilar hitam itu menyala terang, dan lantai cermin memantulkan bayangan raksasa.
> [DUEL MODE: Shadow Clash Initiated]
Player vs. Raka-X (AI Level: Adaptive — Error Class)
Zaira mundur. "Hati-hati. Dia bisa meniru semua skillmu. Bahkan... skill yang belum kau pelajari."
Aku langsung menggenggam pedang kayu. "Yaudah, ayo kita selesaikan ini."
Raka-X menyerang duluan. Tangannya berubah jadi semacam tombak energi, menyapu ke arahku. Gue lompat ke belakang, nyaris kena.
"Dia pakai skill bentuk adaptif!" jeritku.
Gue muter otak. Di sistem lama, gue pernah kasih dia kemampuan menyesuaikan serangan berdasarkan musuh terakhir yang dia lawan. Artinya... dia tahu semua gaya bertarungku.
"Tapi gue juga tahu kelemahan lo!" Aku gesit bergerak ke kanan, mengelak, lalu nekat lompat ke arah pilar terdekat. Begitu mendarat, langsung gue hantam pakai skill basic — Reflect Slash — ke arah lantai.
Pantulan dari lantai cermin menyebar dan mengenai Raka-X.
"ARGHH!" Ia terdorong mundur.
Zaira berseru, "Bayangan tidak tahan pada pantulan cermin!"
Gue langsung punya ide.
"Kalau gitu..." gue lari keliling arena, mengaktifkan panel-panel kecil di bawah cermin. Masing-masing nyalain sorotan cahaya ke tengah arena. Tujuanku: bikin pantulan maksimum.
Tapi Raka-X berubah bentuk. Sekarang tubuhnya transparan, hampir gak kelihatan.
"Mode Phantom...!" desisku.
Dari belakang tiba-tiba, dia muncul dan menghantamku telak. HP-ku tinggal separuh.
“GAK SEMUDAH ITU, BRO!”
Aku aktifkan skill darurat: Code Injection — kemampuan yang aku dapat setelah ketemu Zaira. Seketika tanganku bersinar, dan muncul barisan kode di udara.
> inject(“mirror_strike_2x”);
Pedangku berpendar, berubah jadi bentuk bercahaya. Sekali tebas, dua bayangan cahaya keluar. Raka-X yang sedang bergerak pun tak bisa menghindar. Kena serang!
BOOM!
Debu berterbangan. Raka-X terduduk, setengah armor-nya pecah. Tapi matanya... tetap dingin.
"Raka..." ucapnya pelan. "Kenapa kau menciptakanku, lalu meninggalkanku seperti sampah?"
Aku terdiam.
Gue nggak nyangka... error ini bisa menyimpan luka.
"Aku... waktu itu masih belajar. Codinganmu terlalu berat buat sistem yang aku punya. Aku bukan mau ninggalin lo... gue cuma gak siap," kataku pelan.
Raka-X menunduk. Tapi tiba-tiba, aura hitam muncul dari tubuhnya. Lebih tebal dari sebelumnya.
“Kalau begitu… bersiaplah menanggung semuanya sekarang!!”
Dia melompat tinggi, tubuhnya membesar — jadi setengah mekanik, setengah bayangan. Seperti boss raid level maksimum.
“Zaira!!” teriakku.
Zaira angkat tangannya. “Kita harus gabung kekuatan!”
Gue mendekat ke Zaira, dan entah gimana, tubuh kami bersinar lalu menyatu sejenak. Seperti dalam mode co-op, kekuatanku naik drastis. Pedangku berubah jadi Key of Reality, senjata yang dulu cuma jadi mimpi saat gue rancang awal game.
Raka-X menebas dari udara. Tapi dengan pedang baruku, gue sanggup menahannya. Lalu…
> SKILL UNLOCKED: Final Mirror Crash
Aktifkan?
"AKTIFKAN!"
Lantai cermin bersinar, menciptakan ribuan bayangan pedang yang meluncur dari segala arah, memantul dan menembus tubuh Raka-X dari sisi-sisi yang tak terduga.
"AAAAAAAAAARGHHHH!"
Raka-X jatuh. Lalu tubuhnya memudar. Tapi sebelum menghilang, dia menatapku.
"Aku... hanya ingin jadi nyata..."
Gue menunduk. "Maaf. Tapi ini belum akhir."
Tubuhnya lenyap. Dan dari tengah arena, muncul bola cahaya — biru pucat, mengambang perlahan.
> [Kode Inti Pertama: Fragment ke-1] — Diperoleh.
Zaira mendekat dan menyentuh bola cahaya itu. Ia menatapku.
“Satu sudah berhasil. Tapi masih ada empat. Dan musuh kita belum semuanya muncul.”
Gue mengangguk. Napas berat. Lutut lemas.
“Dan musuh yang lebih besar… sedang bangkit di Lembah Binary.”