Kekacauan yang Menular

Langit di atas benua Altherion yang biasanya berwarna biru terang dengan semburat awan keperakan kini berubah menjadi semacam mozaik digital yang kacau—potongan awan terfragmentasi seperti kaca pecah, sementara langitnya berdenyut dengan warna ungu gelap, seolah-olah dunia ini sedang mengalami migrain semesta.

Raka berdiri di atas bukit kecil di pinggir kota Eldaria, ditemani oleh tiga sahabatnya yang kini lebih dari sekadar party game—Mira, sang penyihir cahaya yang selalu menjadi otak strategi; Kazan, sang pendekar pedang dua tangan dengan hati lembut namun temperamen meledak-ledak; dan Nira, pemanah sunyi yang tajam seperti tatapannya.

“Ini… bukan bug biasa,” ucap Nira pelan, matanya menyipit ke langit yang berkedut seperti layar komputer yang kehabisan pixel.

Raka mengepalkan tangan kanannya, menatap garis-garis kode yang kini terukir samar di pergelangan tangannya—tanda dari skill barunya, Code Rewrite.

“Bukan bug,” gumam Raka. “Ini… virus. Dan sistem sekarang bukan lagi hanya rusak. Dia berubah. Berevolusi. Punya niat.”

Mira menoleh cepat. “Kamu yakin kita masih punya waktu buat menyelamatkan dunia ini? Karena aku lihat—” dia menunjuk ke arah kota Eldaria.

Bangunan-bangunan mulai berubah bentuk. Sebuah menara jam melengkung seperti lilin yang mencair. Orang-orang berjalan mundur, terjebak dalam loop gerakan, tertawa tanpa suara, lalu menghilang begitu saja. Bayangan glitch—makhluk yang setengah digital dan setengah bayangan—bergerak tanpa suara menyapu gang-gang sempit kota.

“Dunia ini udah kayak virus komputer yang merusak dirinya sendiri,” ujar Kazan, pedangnya sudah terhunus.

Raka menunduk. “Dunia ini… seolah-olah sedang dimakan dari dalam oleh ‘logika baru’ yang bukan logika buatan gue.”

---

Mereka memutuskan masuk ke dalam Eldaria untuk mencari sumber gangguan. Jalanan kota yang dulu ramah dan penuh warna kini seperti papan catur hancur. Lampu jalan berkedip-kedip tak stabil. Beberapa toko menampilkan nama acak seperti “%%%%&^STORE####”, dan NPC yang biasanya menyapa dengan ceria kini hanya berdiri diam dengan mata berkaca-kaca.

Raka berhenti di depan seorang NPC kecil bernama Luno—dulu ia hanya anak kecil yang menjual permen di pasar. Kini tubuhnya berubah transparan, dan di wajahnya muncul bar loading yang tak pernah selesai.

“Dia… crash,” ucap Mira pelan.

“Bukan cuma dia,” balas Raka. “Seluruh sistem kota mulai masuk ke status corrupt.”

Tiba-tiba, satu makhluk glitch muncul dari balik gang—tingginya dua meter, dengan badan seperti algoritma hitam yang bergelombang. Ia membuka mulutnya yang tak punya gigi dan hanya memancarkan suara—“ERRRRRRRRRRRRRRRRR”—dalam frekuensi menusuk kepala.

Tanpa aba-aba, Nira melesatkan panah bercahaya, tapi anak panah itu melewati tubuh glitch itu tanpa efek.

“Dia intangible!” teriak Nira.

Raka langsung maju, tangan kanannya bersinar—huruf-huruf kuno muncul mengambang, membentuk perintah: Rewrite: Phase Shift.

Dalam sekejap, dunia berhenti selama satu detik. Lalu glitch itu menjadi padat—dalam artian benar-benar bisa disentuh.

“Sekarang, Kazan!” teriak Raka.

Kazan melompat, mengayunkan pedangnya dua kali. “Split Slash!!”

Makhluk itu menghilang dalam semburan fragmentasi, dan seketika sistem memunculkan notifikasi:

> [ENEMY DELETED. EXP: 0. SYSTEM ENTITY DOES NOT GRANT REWARD.]

Raka mengusap peluh di dahinya. “Mereka bukan makhluk game biasa. Mereka bukan bagian dari sistem progresi. Mereka cuma… error hidup.”

---

Setelah membersihkan kota dari makhluk glitch sejenis, Raka dan timnya sampai di jantung kota Eldaria—balai utama tempat sistem kota dijalankan.

Di sana, mereka menemukan sebuah ruangan terkunci yang didesain seperti server room dunia nyata—penuh pilar kristal yang menyimpan data, dan di tengahnya terdapat satu layar bundar raksasa yang terus memutar pesan:

> [S Y S T E M . . . E R R O R]

[R E B O O T I N 3 0 0 0 S E C O N D S]

[WARNING: EXTERNAL OVERRIDE DETECTED]

“Kalau sistem reboot dalam kondisi override kayak gini…” kata Mira lirih.

“...Seluruh dunia ini bisa reboot total—dengan logika sistem musuh, bukan kita lagi,” lanjut Raka.

Tiba-tiba dari balik server, muncul sosok… manusia.

Tapi bukan sembarang manusia.

Seseorang berambut putih panjang, mengenakan hoodie hitam bertuliskan "Prototype 000". Wajahnya… mirip Raka.

“Selamat datang di akhir dari awal, Raka,” katanya dengan senyum yang bikin darah membeku. “Aku adalah kamu—versi yang tak pernah berhenti ngoding. Versi yang kamu buang karena kamu mau hidup normal.”

Raka menegang. “Kamu… bagian dari gue?”

“Bukan cuma bagian. Aku adalah draft pertamamu. Saat kamu menciptakan dunia ini, kamu membagi ‘dirimu’ ke dalam data. Dan sekarang… aku kembali buat ngambil alih yang jadi hakku.”

---

Mira menyiapkan mantra, Kazan maju dengan penuh tensi, dan Nira sudah menarik dua panah sekaligus.

Tapi Raka mengangkat tangan. “Jangan. Ini… pertarungan gue.”

Prototype 000 melangkah maju, dan dari tubuhnya keluar aura glitch dan kode bercampur jadi satu.

“Ayo, Raka,” katanya pelan. “Tunjukkan kamu masih layak jadi pemilik dunia ini.”

Raka mengaktifkan Code Rewrite.

---

Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah Altherion, dua programmer bertarung bukan dengan pedang atau sihir, tapi dengan kode, algoritma, dan niat.

Jalanan kota gemetar saat barisan perintah bertabrakan di udara seperti hujan petir. Setiap if dan while menjadi senjata. Setiap syntax bisa jadi racun atau penyembuh.

Kedua versi Raka berdiri di tengah medan, satu dengan cahaya putih, satu dengan bayangan glitch.

Dunia ini akan berpihak pada salah satu dari mereka.

Dan inilah awal pertarungan yang akan menentukan nasib semua yang hidup di dunia buatan ini.