## Bab 10: Cap Kelaparan dan Bangkitnya Murka
Suara itu bukan lagi alarm. Itu adalah **kiamat yang disuarakan**. Gemuruh penggilingan Mordrem yang tak henti-hentinya diselingi oleh jeritan logam yang robek, ledakan uap yang mencekik, dan teriakan panik yang memilukan yang menyusut dari atas, melalui terowongan yang baru digali. Distrik Gnome sedang dimakan hidup-hidup.
Kaito tergeletak di lantai gua yang panas, setiap tarikan napas seperti menghirup bara api. Kulitnya yang terbakar berdenyut sakit di bawah lapisan debu dan jelaga hitam. Cap Gluttony di dadanya terasa seperti besi panas yang membara di bawah kulit. Di sampingnya, Sloth terisak-isak, tubuhnya yang ramping menggigil, cap di dahinya berdenyut selaras dengan rasa lapar yang mengerikan yang datang dari atas dan dari dalam jiwa mereka. Grimoire of Eternal Repose terbaring di debu, cahaya ungu tuanya redup.
**“HP: 25/170! Status: Korosi (Sedang) - DEF -30%! Keracunan Udara (Sedang) - HP -5/detik! Cap Gluttony Aktif: Mordrem dapat melacakmu! Tuntutan: Temukan ‘Makanan Besar’!”**
Peringatan sistem berkedip dengan nada putus asa. Mereka sekarat. Perlahan, menyakitkan, di sarang yang ditinggalkan oleh bencana yang mereka lepaskan.
**“Tuan…”** rintih Sloth, suaranya serak dan penuh rasa sakit yang tidak biasa. **“Lapar… sakit… tidak… bisa… berpikir…”** Dia meraih Grimoire-nya, seolah mencari kenyamanan, tetapi buku itu hanya berdenyut lemah.
Kaito merasakan keputusasaan menggerogotinya. Dia melihat sekeliling gua yang hancur. Uap asam, batu yang mencair, genangan limbah korosif. Tidak ada makanan. Tidak ada jalan keluar yang mudah. Mordrem menuntut makanan besar, dan satu-satunya hal "besar" di sekitar adalah…
Matanya tertuju pada **mesin Gnome yang hancur** yang masih menempel di dinding gua tempat Mordrem sebelumnya terikat. Mesinnya cacat, percikan api masih berhamburan dari panel yang terbuka, tetapi inti mananya padam. Namun… logamnya masih ada. Logam berkualitas tinggi, tahan panas dan korosi. *Banyak* logam.
**“Logam…”** gumam Kaito, pikirannya yang terbakar berjuang untuk fokus. **“Sloth… kau bilang dia bisa makan logam… Mordrem…”**
Sloth mengangguk sangat pelan. **“Ya… tapi… ini… kecil… dia… mau… besar…”**
“Tapi ini *murni*!” desis Kaito, mencoba duduk. Rasa sakit menusuk dadanya. **“Sistem! Nilai materi mesin Gnome yang rusak ini! Apakah itu ‘Makanan’?”**
**“Menganalisis… Mesin Pengendali Abyssal Maw (Dinonaktifkan). Komposisi: Orichalcum-Tempered Adamantium, Mana-Infused Cogs, Void-Resistant Casing… Kelas Materi: Sangat Tinggi. Potensi Nilai Nutrisi untuk Entitas Konsumsi Materi: Signifikan. Perkiraan Kepuasan untuk Calon Gluttony: Rendah hingga Sedang (Tergantung Kelaparan Saat Ini).”**
Rendah hingga Sedang. Tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Dan mungkin cukup untuk menenangkannya sementara, atau setidaknya menunjukkan niat baik.
**“Sloth, bisakah kau… berkomunikasi dengannya? Lewat cap? Beri tahu dia kami punya… makanan pembuka? Murni, lezat, makanan Gnome jahat?”**
Sloth menutup matanya, wajahnya berkerut dengan konsentrasi yang menyakitkan. Dia menekan cap di dahinya. **“Mencoba… lapar…nya… sangat… kuat… seperti… badai…”** Dia diam sejenak, lalu mengerang. **“Dia… mendengar… tapi… tidak… berhenti… makan… distrik… dia… bilang… ‘BAWA… KESINI… ATAU… TIDAK… PERLU…’.”**
Mordrem tidak akan kembali. Mereka harus membawanya ke sana. Dengan mesin besar yang hancur ini. Kaito melihat mesin itu. Meskipun rusak, beratnya mungkin beberapa ton. Bagaimana caranya?
Lalu, pandangannya tertuju pada **konveyor ekor Mordrem yang terlepas**. Sebagian masih terpasang di tubuhnya yang raksasa, tetapi bagian ujungnya yang besar, seperti palung baja tebal, tergeletak di dekat parit limbah. Itu besar, berat, tetapi mungkin… bisa digunakan sebagai kereta luncur?
**“Sloth! Sisa tenaga untuk manipulasi kinetik? Kita perlu memindahkan mesin itu ke atas konveyor itu, lalu mendorongnya ke terowongan!”**
Sloth memandang mesin, lalu ke konveyor. Dia mengangguk, sangat lelah. **“Bisa… sedikit… dorong… tapi… perlu… bantu… dorong…”**
Itu semua yang Kaito butuhkan. Dengan erangan, dia berdiri, mengabaikan rasa sakit yang menusuk. Dia menyambar belati peraknya yang sudah tumpul dan merangkak ke mesin Gnome. Dia mencari titik sambungan yang lemah. **“Sistem, soroti titik sambungan yang rusak!”**
Beberapa baut besar dan sambungan las yang retak bersinar samar di visi sistemnya. Kaito menusuk, mencungkil, dan mendorong dengan belati dan tangan kosongnya yang terluka, memanfaatkan kekuatan Level 8-nya yang kecil. Logamnya panas dan keras, tetapi sudah dilemahkan oleh ledakan cairan limbah dan dinonaktifkan. Dengan usaha keras, dia berhasil melepaskan beberapa panel besar dan roda gigi utama yang sangat berat.
**“Sloth, sekarang! Angkat yang besar itu ke atas konveyor!”** teriaknya, menunjuk roda gigi seukuran meja.
Sloth mengerang, mengangkat kedua tangannya ke roda gigi. Grimoire-nya berdenyut. **“Minor… Kinetic… Lift…!”** Roda gigi logam besar itu bergetar, lalu terangkat beberapa sentimeter dari tanah, bergoyang-goyang seperti ditiup angin. Dengan usaha terakhir, Sloth mengarahkannya ke atas konveyor ekor yang tergeletak. *Bong!* Roda gigi itu mendarat di atas baja tebal.
Mereka mengulangi prosesnya untuk panel besar dan komponen inti lainnya, Kaito memaksa komponen yang lebih kecil. Setiap gerakan memperburuk luka bakar dan keracunannya (**HP: 15/170**). Sloth semakin pucat, napasnya tersengal-sengal, darah tipis mengalir dari hidungnya karena memaksakan kemampuannya.
Akhirnya, tumpukan logam mulia Gnome yang signifikan teronggok di atas konveyor baja. **“Cukup…!”** erang Sloth, jatuh berlutut. **“Tidak… bisa… lagi…”**
Sekarang, mendorong. Konveyor itu berat, dan dimuati logam. Kaitan ke tanah di gua yang tidak rata. Kaito mendorong dengan bahu dan punggungnya, otot-otot kecilnya yang terbakar menegang sampai hampir putus. **“DORONG, SLOTH! BANTU AKU!”**
Dengan erangan yang terdengar seperti kesakitan, Sloth merangkak, meletakkan tangannya yang gemetar di samping Kaito. **“Minor… Kinetic… Nudge…!”** Dorongan lemah tapi nyata menambah kekuatan Kaito. Konveyor bergerak! Perlahan, dengan bunyi berdecit logam di batu, mereka mendorong beban itu menuju mulut terowongan yang digali Mordrem.
Suara penggilingan dan kehancuran dari atas semakin keras, semakin dekat. Mordrem sedang menuju ke arah mereka? Atau menjauh? Mereka tidak tahu. Mereka hanya mendorong.
Mereka mencapai tanjakan curam terowongan. Keringat bercampur darah dan debu mengalir di wajah Kaito. **“Sekarang… atau… tidak sama sekali!”** Dia mengerahkan seluruh tenaga terakhirnya. Sloth bersandar, mengerang, memberikan dorongan kinetik terakhirnya.
*Krrreeeek… GRIND!*
Konveyor yang dimuati logam meluncur ke atas tanjakan terowongan, masuk ke kegelapan yang berdebu dan berasap, menyusur dinding batu yang kasar. Mereka mendorongnya sejauh yang mereka bisa, lalu terjatuh, kehabisan tenaga.
**“MORDREM!”** teriak Kaito sekuat paru-parunya yang sakit. **“MAKANAN! MURNI! GNOME!”**
Dia tidak tahu apakah suaranya terdengar di atas keributan. Dia dan Sloth tergeletak di mulut terowongan, menunggu, berharap, ketakutan.
Lalu, suara penggilingan yang mendahului berhenti. Sepi yang mencekam, hanya diselingi gemerincing logam kecil dari konveyor yang bergerak dan jeritan jauh. Kemudian, suara yang mengerikan, penuh rasa ingin tahu yang rakus: **“MURNI…? GNOME…?”**
Suara langkah piston yang berat mendekat dengan cepat dari dalam terowongan. Mata tungku Mordrem yang berpijar muncul dari kegelapan, menyapu konveyor dan muatannya. **“HMMM… ORICHALCUM… ADAMANTIUM…!”** Suara geretan logam terdengar puas. **“MAKANAN… PEMBUKA… BAIK…!”**
Moncong penghancurnya yang berputar-putar menjulur ke depan. Pisau penghancur, bor, dan penghancur bola berputar dengan gembira. *CRUNCH-GRIND-SCREAM!* Konveyor baja dan tumpukan logam mulia Gnome lenyap dalam hitungan detik, ditelan oleh rahang penggiling yang berputar. Mordrem mengeluarkan raungan kepuasan yang dalam, seperti kucing raksasa yang memurn. **“LEBIH…! TAPI… BAIK… UNTUK… SEKARANG…!”**
Kaito menarik napas lega, hampir pingsan. Dia memenuhi tuntutan. Untuk saat ini. Mordrem memandang mereka, magma di matanya berkilauan. **“KAU… BERGUNA…, IMPKU… CARI… LEBIH… BESAR…! AKU… PERGI… MAKAN… GNOME… KOTA…!”** Tanpa basa-basi lagi, dia berbalik, tubuhnya yang perkasa bergemuruh kembali ke dalam terowongan menuju distrik Gnome yang malang, suara penggilingannya yang haus kembali bergema.
**“Tuntutan ‘Makanan Besar’ Sementara Terpenuhi! Cap Gluttony Stabil (Sementara). Loyalitas Mordrem (Gluttony) Meningkat ke Tingkat 2: Puas Sementara & Mengharapkan Lebih.”**
**“EXP Besar Diberikan untuk Mengatasi Krisis Langsung dan Memenuhi Tuntutan Calon Bawahan! Kaito Kurogane mencapai Level 9! Sloth mencapai Level ??? (Kemampuan Terkunci Sebagian)! Stat Meningkat!”**
Energi hangat yang jauh lebih kuat dari sebelumnya mengalir melalui Kaito. Luka bakar di kulitnya mereda sedikit, rasa sesak di dadanya berkurang (**HP: 70/180! Status Korosi & Keracunan Berkurang ke Minor**). Di sampingnya, Sloth mendesah, warna sedikit kembali ke wajahnya yang pucat. Cap di dahi dan dada mereka masih terasa hangat, tetapi tidak lagi membara dengan rasa lapar yang mengancam.
**“Kita… hidup…”** bisik Sloth, melemah.
**“Untuk saat ini,”** balas Kaito, suaranya serak. Dia melihat ke atas terowongan. Suara kehancuran masih bergema, tapi sekarang diselingi suara baru: **suara sirene perang Gnome yang berbeda, lebih dalam, lebih berbahaya, dan suara langkah kaki logam yang sangat berat yang menggema di bawah tanah.**
**“Peringatan: Ancaman Level Tinggi Terdeteksi! Aktivitas Gnome Mekanis Meningkat Secara Drastis! Sinyal Energi Boss Tier Terdeteksi: Kemungkinan Gnome Juggernaut atau Penghancur Kota diaktifkan!”**
Gnome tidak akan menyerah begitu saja. Mereka mengirim senjata pamungkas mereka untuk menghentikan Mordrem. Perang antara Gluttony dan Gnome Mekanis pecah di atas, dan mereka terjebak di zona berbahaya.
**“Kita harus keluar dari sini,”** kata Kaito, berusaha berdiri. **“Sebelum reruntuhan menimpa kita, atau Gnome menemukan kita dan menyalahkan kita atas ini.”**
Tapi jalan keluar melalui terowongan Mordrem berarti menuju langsung ke medan perang. Pintu masuk utama dijaga ketat. Mereka membutuhkan jalan lain.
Sloth mengangkat tangannya yang gemetar, menunjuk ke arah dinding gua yang berlawanan dengan terowongan Mordrem. **“Di… sana… ada… jalan… lama… tertutup… batu… tapi… Sloth… merasakan… angin… dan… kemarahan… baru…”**
Kemarahan baru? Kaito mengikuti arahnya. Dia melihat hanya dinding batu padat. Tapi sistemnya bereaksi:
**“Pemindaian Lingkungan: Struktur Batu Tidak Stabil Terdeteksi. Di Baliknya: Lorong Buatan Tua. Resonansi Energi Terdeteksi: Unholy Rage (Tinggi) & Suffering (Extreme). Peringatan: Entitas Berbahaya Kemungkinan Terkunci!”**
Lorong tua? Entitas penuh amarah? Itu terdengar seperti masalah baru. Tapi mungkin juga jalan keluar. Dan resonansi "amarah" itu… membuat lonceng alarm berbunyi di benak Kaito. Sistem Sin Lord-nya berkedip:
**“Calon Bawahan Wrath Terdeteksi di Proximitas Dekat! Lokasi: Di Balik Dinding Batu. Resonansi Dosa: Sangat Tinggi! Peringatan: Sangat Berbahaya & Kemungkinan Terkurung! Biaya Pemanggilan: Tidak Dapat Diperkirakan (Kondisi Tidak Stabil).”**
Wrath! Dosa ketiga! Terkunci di balik dinding, penuh amarah dan penderitaan. Sempurna untuk situasi mereka yang putus asa? Atau bencana yang lebih besar?
Sebelum Kaito bisa memproses, dinding batu yang dimaksud *bergetar*. Retakan kecil muncul di permukaannya. Suara dari baliknya menjadi lebih keras: **dentingan rantai yang ditarik dengan keras, raungan kemarahan yang teredam, dan pukulan dahsyat pada batu!**
*BOOM! BOOM! BOOM!*
**“KELUARKAN AKU…! KELUARKAN AKUUU…! AKU AKAN MENGGOYANG DUNIA INI SAMPAI HANCUR…! AKU AKAN MERENDAMNYA DALAM DARAH DAN PENDERITAAN…!”** Suara itu menggelegar, penuh kegilaan dan kekuatan yang mengerikan, membuat seluruh gua bergetar lebih keras daripada langkah kaki Mordrem.
Sloth menyentuh cap Gluttony di dahinya, lalu menunjuk ke dinding yang bergetar, matanya lebar. **“Kemarahan…nya… seperti… lautan… api… tapi… juga… ada… besi… tua… dan… darah… kering…”**
Gnome tidak hanya mengeksploitasi Gluttony. Mereka juga memenjarakan Wrath. Dan entitas yang marah itu merasakan kekacauan di atas, merasakan kelemahan pada penjaranya, dan sekarang berusaha membebaskan diri.
Keputusan ada di tangan Kaito. Melarikan diri melalui perang di atas bersama Mordrem yang rakus? Atau menghadapi amukan Wrath yang terkunci di sini dan sekarang? Keduanya mengerikan. Keduanya berpotensi menjadi bencana.
Lalu, sebuah pesan muncul dari Sistem Sin Lord, berbeda kali ini. Tidak hanya peringatan, tapi sebuah **Quest** dengan imbalan yang sangat menggoda:
**“Quest: ‘Rantai yang Berdarah’**
* **Tujuan:** Hadapi sumber Amarah di balik dinding. Selidiki kemungkinan pemanggilan/penjinakan Calon Wrath.
* **Peringatan:** Tingkat Kematian: Ekstrem. Entitas sangat tidak stabil dan penuh kebencian.
* **Reward:** Jalur Evakuasi Potensial, Informasi tentang Penjara Gnome, EXP Besar, Item Kunci untuk Pemanggilan Wrath (jika berhasil), **Peningkatan Cap Gluttony (Sementara Kekuatan Tambahan vs Gnome)**.
* **Kegagalan:** Kematian atau membebaskan Amarah tak terkendali ke dunia.”
Reward-nya… Peningkatan Cap Gluttony? Kekuatan tambahan melawan Gnome? Itu bisa menjadi keuntungan besar untuk bertahan dari kekacauan di atas. Dan Item Kunci untuk Wrath… dosa ketiga.
Tapi risikonya sangat besar. Kaito melihat Sloth, yang tampak sedikit pulih tapi masih sangat lemah. Dia melihat dirinya sendiri, masih terluka. Mereka bukan dalam kondisi menghadapi bencana lain.
*BOOM! BOOM! CRACK!*
Bagian dinding batu itu retak besar! Seberkas cahaya merah tua yang suram dan berdarah menyembul keluar dari celahnya, bersama dengan hembusan udara yang penuh kebencian dan bau besi tua serta daging busuk. Suara tertawa histeris bergema.
**“AKU… TAHU… KAU… DI SANA…! IMP… KECIL…! BEBASKAN… AKU…! ATAU… AKU… KELUAR… DAN… MULAI… DENGANMU…!”**
Ancaman itu nyata. Wrath akan keluar, cepat atau lambat. Dan jika dia keluar sendiri, tanpa ikatan Sistem Sin Lord, dia mungkin akan menghancurkan segalanya – termasuk Kaito dan Sloth – dalam kemarahan butanya.
Dengan hati yang berdebar kencang, menatap celah yang menganga di dinding tempat cahaya neraka merah dan teriakan kebencian menyembur, Kaito Kurogane mengambil keputusannya. Dia mengencangkan genggamannya pada belati peraknya yang tumpul dan tongkat rusaknya yang hampir hancur.
**“Sloth,”** katanya, suaranya tegang tapi penuh tekad yang baru ditemukan. **“Sepertinya kita punya janji dengan Amarah.”**
Dia melangkah menuju retakan, menuju raungan Wrath yang terkekang, meninggalkan gemuruh perang Gluttony di belakangnya. Pertarungan untuk dosa ketiga – dan mungkin kunci untuk bertahan dari kekacauan yang mereka ciptakan – baru saja dimulai di ruang bawah tanah yang berdarah. Cap Gluttony di dadanya berdenyup hangat, seolah menyetujui, siap menerima kekuatan apa pun yang bisa direnggut dari konfrontasi yang akan datang.