Benteng di Tengah Hutan dan Tanda Kematian

Langkah Astraem terhenti tepat di bibir tebing. Di hadapannya terbentang sebuah hutan lebat yang seolah tak pernah dijamah manusia.

Dari kejauhan, tampak sebuah bangunan batu menjulang, seperti benteng tua yang terpendam oleh waktu. Awan gelap menggulung tepat di atasnya, seolah langit pun enggan bersinar di tempat itu.

“Lokasi misi selanjutnya: Benteng Kuno Elgrava. Tingkat bahaya: Sangat Tinggi,” suara sistem bergema di telinganya.

Astraem menghela napas. “Tentu saja sangat tinggi... Sejak kapan sih ada yang mudah di hidup ini?”

Ia melompat turun dari tebing, menggunakan [Skill: Feather Step] untuk meredam hentakan tubuhnya saat mendarat.

Tanah di bawah kakinya gembur, ditutupi lapisan daun kering dan lumut basah. Udara di sekitarnya mulai terasa aneh, dingin, dan sunyi.

“Kenapa... nggak ada suara burung sama sekali?” gumamnya.

Tiba-tiba, sekelebat bayangan melintas di ujung penglihatannya. Astraem langsung mencabut pedangnya. [Insting Dewa] menjerit. Bahaya ada di dekatnya!

“SIAP!” teriaknya refleks, walau tak tahu siapa yang dia ajak bicara. Entah karena gugup atau memang kebiasaan ngomong sendiri.

Dari balik pepohonan, muncullah makhluk bertubuh bungkuk, bermata merah, dan bersenjatakan sabit berkarat.

[Lv. 25] Warga Elgrava yang Terinfeksi

“Gawat. Zombie bersenjata. Dan level-nya jauh di atasku!”

Tanpa banyak pikir, Astraem melompat mundur dan mengaktifkan [Skill: Phantom Shift]. Tubuhnya menghilang sekejap, muncul kembali di dahan pohon tinggi. Tapi zombie itu... menoleh ke atas dan melempar sabitnya!

“SIALAN!”

Astraem menunduk, sabit itu nyaris memenggal rambutnya. Ia langsung terjun dan membalas dengan tebasan penuh amarah. Serangan itu mengenai tepat di leher si zombie.

− 320 HP! Critical Hit!

Tapi zombie itu tidak roboh.

“APA?!”

Sistem memperingatkan:

“Musuh ini tidak bisa mati kecuali dengan ‘Holy Strike’ atau pembakaran total.”

Astraem mengumpat. “Kenapa info penting kayak gitu dikasihnya setelah aku tebas, bukan sebelum?!”

Ia menggigit bibir. “Oke, Holy Strike... Holy Strike... OH! Aku dapat itu waktu ngalahin Pendeta Gila di Desa Bryem!”

Ia membuka menu cepat dan menggulir hingga menemukan skill yang dimaksud.

[Skill: Holy Strike] - Kekuatan cahaya yang bisa membakar kejahatan abadi. Biaya Mana: 80

Ia mengaktifkannya.

Seketika, pedangnya diselimuti cahaya putih keemasan. Saat ia mengayunkan pedangnya ke zombie itu, suara seperti lonceng kuil menggema dari arah langit.

− 999 HP! Holy Annihilation!

Zombie itu menjerit, lalu hancur jadi debu.

Astraem mendesah. “Kalau ada sistem kayak gini dalam hidup nyata... gue mungkin jadi lebih siap menghadapi mantan...”

Sambil melanjutkan langkah ke arah benteng, pikirannya melayang. Apa sebenarnya yang disembunyikan benteng ini? Kenapa sistem memberi peringatan ‘Sangat Tinggi’?

Setelah berjalan sekitar setengah jam, akhirnya ia tiba di depan gerbang benteng Elgrava. Gerbangnya terbuat dari logam hitam, berkarat, dan tertutup rapat oleh tanaman rambat. Tapi di tengah pintu itu, ada sebuah simbol...

Astraem menyipitkan mata. “Simbol ini... sama kayak yang ada di pedangku waktu pertama kali dikasih sistem!”

Ia menaruh telapak tangan di simbol itu.

[Akses Dikenali. Pedang Langit: Astraem — Terdaftar sebagai Pewaris Terakhir Elgrava.]

Gerbang Terbuka.

Suara bergemuruh terdengar. Daun-daun gugur, angin menerpa wajahnya. Dan pintu itu... perlahan membuka.

Namun sebelum ia sempat melangkah masuk, sebuah suara menggema di pikirannya.

> “Kau mendekati ujian utama, Astraem. Tapi di tempat ini, tak hanya kekuatan yang diuji... hatimu juga.”

Itu suara yang sangat ia kenal. Suara sang Dewa.

“Jangan bilang... di dalam benteng ini... aku akan menghadapi... mereka?”

Dan benar saja.

Begitu melangkah masuk, ia langsung disambut oleh sosok-sosok berjubah putih, wajah mereka tersembunyi di balik tudung. Tapi satu hal membuat darahnya membeku.

Salah satu dari mereka... berwajah sama persis seperti ibunya.

“Selamat datang, Pewaris,” ucap wanita itu. “Untuk melangkah ke tahap berikutnya... kau harus membunuh kenanganmu sendiri.”

Astraem mundur satu langkah. “Ini... apa maksudnya?!”

Sistem muncul:

[Misi Utama Dimulai: Bunuh Kenanganmu Sendiri]

Deskripsi: Untuk naik ke Rank Dewa Pemula, hadapi manifestasi kenangan terdalam yang melemahkan tekadmu.

Astraem menggenggam pedangnya. “Sistem... kau kejam banget.”

Namun dalam hatinya, ia tahu. Inilah harga untuk menjadi Dewa Terakhir. Dan langkah ini... tidak bisa dia mundurkan lagi.