Kejutan Listrik Statis Pertama

Pagi keempat Eudora di Aetheria dimulai dengan rutinitas yang mulai terasa familiar: bangun dengan punggung pegal, mengenakan pakaian kulit yang masih terasa sedikit aneh, dan keluar dari gubuk untuk menghirup udara pagi yang dingin. Matahari kembar sudah tinggi di langit, memandikan pemukiman dengan cahaya keemasan dan keperakan yang aneh. Eudora sudah mulai terbiasa dengan pemandangan itu, bahkan mulai menghargai keindahan surealistiknya. Otaknya, bagaimanapun juga, adalah mesin adaptasi.

Setelah sarapan bubur biji-bijian yang hambar namun mengenyangkan, Eudora memutuskan untuk mencoba berinteraksi lebih aktif dengan suku. Ia tidak bisa hanya menjadi pengamat pasif. Ia perlu membangun jembatan komunikasi, bahkan jika itu harus dilakukan tanpa kata-kata. Ia melihat seorang pria tua sedang menganyam keranjang di dekat api unggun. Pria itu memiliki tangan yang cekatan dan ekspresi wajah yang tenang. Eudora memutuskan untuk mendekatinya.

"Selamat pagi," kata Eudora, meskipun ia tahu kata-katanya akan sia-sia. Ia tersenyum, mencoba menunjukkan niat baik. "Keranjang yang indah. Terbuat dari apa ini?" Ia menunjuk ke serat tanaman yang dianyam.

Pria itu mendongak, matanya yang keriput menatap Eudora. Ia tidak tersenyum, tetapi juga tidak menunjukkan permusuhan. Ia hanya mengangguk perlahan, lalu kembali ke anyamannya. Eudora merasa sedikit kecewa. Komunikasi non-verbal pun terasa sulit.

Ia duduk di samping pria itu, mengamati tangannya yang bergerak cepat. Ada pola tertentu dalam anyamannya, sebuah algoritma yang rumit namun intuitif. Sebagai seorang fisikawan, Eudora menghargai efisiensi dan keindahan dalam sistem, bahkan dalam anyaman keranjang. Ia mencoba meniru gerakan pria itu dengan sehelai serat yang ia temukan di tanah. Tentu saja, hasilnya adalah kekacauan yang kusut. Pria itu meliriknya, dan Eudora bisa melihat sedikit geli di matanya.

"Ya, ya, aku tahu," kata Eudora, mengangkat bahu. "Tidak semua orang bisa menjadi seniman anyaman. Aku lebih jago dengan persamaan diferensial parsial, percayalah."

Pria itu tiba-tiba mengulurkan tangannya, menunjuk ke salah satu helai serat yang dipegang Eudora. Ia sepertinya menawarkan bantuan. Eudora merasa senang. Ini adalah kesempatan untuk koneksi.

"Oh, terima kasih!" seru Eudora, meraih tangan pria itu. "Aku sangat menghargai—"

Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, sebuah percikan biru kecil melompat dari ujung jari Eudora ke tangan pria itu. Suara "tzzt!" yang renyah terdengar, diikuti oleh jeritan kaget dari pria tua itu. Rambutnya, yang tadinya terikat rapi, kini berdiri tegak, setiap helainya menunjuk ke segala arah seperti landak yang ketakutan. Matanya membelalak, dan ia menarik tangannya dengan cepat, seolah baru saja menyentuh api.

Eudora menatap tangannya, lalu ke rambut pria itu yang berdiri tegak, lalu ke ekspresi panik di wajahnya. "Oh, tidak. Tidak lagi."

Beberapa orang suku yang berada di dekatnya segera menoleh, melihat pria tua itu dengan rambut berdiri dan Eudora dengan ekspresi terkejut. Bisikan-bisikan segera menyebar, diikuti oleh tatapan-tatapan curiga. Seorang wanita muda yang sedang menumbuk biji-bijian di dekatnya menjatuhkan alunya, matanya lebar karena ketakutan.

Pria tua itu, setelah pulih dari keterkejutannya, mulai berbicara dengan cepat dalam bahasa mereka, menunjuk ke Eudora dengan jari gemetar. Kata-kata "wanita petir" atau semacamnya, Eudora menduga. Ia adalah seorang ilmuwan, bukan seorang ahli bahasa, tetapi ia bisa merasakan ketakutan dan kebingungan dalam nada suaranya.

"Tunggu, tunggu!" Eudora mencoba menjelaskan, mengangkat kedua tangannya. "Ini… ini bukan sihir! Ini fisika! Listrik statis! Seperti… seperti menggosok balon ke rambutmu! Hanya saja… lebih kuat. Dan tidak terkontrol."

Tentu saja, tidak ada yang mengerti. Mereka hanya saling pandang, lalu ke Eudora, lalu ke pria tua yang rambutnya masih berdiri tegak. Beberapa anak kecil mulai menangis, bersembunyi di balik orang tua mereka.

Balmond, yang sedang mengasah tombak di dekatnya, segera mendekat. Ekspresinya serius, matanya menatap Eudora dengan campuran rasa ingin tahu dan kekhawatiran. Ia menunjuk ke tangan Eudora, lalu ke pria tua itu, lalu membuat gerakan seolah ada sesuatu yang tidak terlihat melompat di antara mereka.

"Aku… aku tidak sengaja," Eudora mencoba menjelaskan lagi, merasa frustrasi. "Ini adalah… efek samping. Dari… insiden portal. Kekuatanku… entah bagaimana… berubah." Ia menunjuk ke kepalanya, mencoba menyampaikan gagasan tentang "perubahan".

Balmond mengerutkan kening. Ia mendekat, dan Eudora tanpa sadar mundur selangkah. Ia tidak ingin menyetrum Balmond juga. Itu akan menjadi bencana diplomatik yang lebih besar.

Balmond mengulurkan tangannya, perlahan, seolah mencoba menyentuh Eudora. Eudora ragu, tetapi ia tahu ia harus menunjukkan bahwa ia tidak berbahaya. Ia mengulurkan tangannya juga, sangat, sangat perlahan.

Ketika jari-jari mereka bersentuhan, tidak ada percikan. Eudora menghela napas lega. Mungkin ia sudah kehilangan muatan listriknya.

Namun, Balmond tidak melepaskan tangannya. Ia memegang tangan Eudora, lalu menunjuk ke rambut pria tua itu yang masih berdiri tegak, dan membuat gerakan seolah mencoba merapikannya. Eudora mengerti. Balmond mencoba membantunya.

"Oh, itu… itu akan kembali normal sendiri," kata Eudora. "Listrik statis tidak bertahan lama. Ini hanya… efek sementara."

Balmond hanya menatapnya, lalu melepaskan tangannya. Ia berbalik ke arah suku, mengucapkan beberapa kata dalam bahasa mereka. Nada suaranya menenangkan, dan perlahan, ketegangan di pemukiman mulai mereda. Beberapa orang tua mulai tertawa kecil, menunjuk ke rambut pria tua itu yang masih berdiri tegak. Pria tua itu sendiri mencoba merapikan rambutnya, tetapi hanya membuatnya semakin berantakan.

Eudora merasa campur aduk. Ia senang Balmond berhasil menenangkan situasi, tetapi ia juga merasa malu dan frustrasi. Kekuatannya, yang seharusnya menjadi alat untuk memahami alam semesta, kini menjadi sumber kekacauan dan kesalahpahaman.

Ia menyentuh jaket labnya yang robek. Di salah satu saku yang masih utuh, ia menemukan sebuah pena dan buku catatan kecil yang selalu ia bawa. Ini adalah satu-satunya koneksi yang ia miliki dengan kehidupannya yang lama, satu-satunya alat yang ia miliki untuk memahami dunia ini.

Ia duduk di sudut yang sepi, jauh dari keramaian suku, dan mulai menulis.

Jurnal Observasi Aetheria, Hari Keempat:

Insiden listrik statis pertama yang signifikan. Menyebabkan kepanikan di antara suku. Hipotesis awal: kekuatan petir yang bermanifestasi sebagai listrik statis yang tidak terkontrol. Mekanisme belum jelas. Mungkin ada hubungan dengan Aether, energi misterius yang tampaknya mengisi atmosfer di sini. Perlu melakukan eksperimen terkontrol untuk memahami sifat dan batasannya. Bagaimana cara mengukur muatan? Bagaimana cara menyalurkannya? Ini adalah masalah fisika yang mendesak.

Ia berhenti sejenak, menatap halaman kosong. Ia adalah seorang ilmuwan. Ini adalah masalah yang perlu dipecahkan. Bahkan jika itu berarti harus menyetrum beberapa orang suku di sepanjang jalan. Tentu saja, ia harus menemukan cara untuk melakukan eksperimen ini tanpa menyebabkan lebih banyak kepanikan. Itu akan menjadi tantangan tersendiri.

Ia menutup buku catatannya, merasa sedikit lebih tenang. Setidaknya ia memiliki tujuan. Ia tidak hanya terjebak di dunia asing; ia memiliki misi ilmiah. Dan misi itu dimulai dengan memahami kekuatan aneh yang kini bermanifestasi dari tubuhnya. Ini adalah langkah pertama menuju kendali, dan mungkin, hanya mungkin, langkah pertama menuju jalan pulang.