Bahasa Isyarat dan Frustrasi

Eudora telah mengumpulkan banyak data tentang fauna dan flora Aetheria, tetapi satu teka-teki terbesar tetap tidak terpecahkan: komunikasi. Ia bisa mengamati, mencatat, dan membuat hipotesis, tetapi ia tidak bisa berbicara dengan siapa pun. Dinding bahasa adalah penghalang yang lebih tinggi daripada pohon-pohon tertinggi di hutan ini. Dan itu mulai menguji kesabarannya, yang biasanya setebal buku teks fisika.

"Oke, Eudora," gumamnya pada dirinya sendiri suatu pagi, menatap sekelompok wanita suku yang sedang menumbuk biji-bijian. "Mereka adalah manusia, atau setidaknya, sangat mirip manusia. Pasti ada cara untuk berkomunikasi. Bahasa adalah sistem. Sistem bisa dipecahkan."

Ia mengeluarkan jurnal daunnya dan pena gelnya yang semakin menipis. Ia telah mencoba beberapa metode. Pertama, ia mencoba mengulang kata-kata yang ia dengar, seperti "Balmond" atau "makan". Mereka akan tersenyum dan mengangguk, tetapi itu tidak menghasilkan percakapan yang berarti. Kedua, ia mencoba menunjuk objek dan mengucapkan namanya dalam bahasa Inggris. Mereka hanya akan menatapnya dengan bingung.

"Baiklah," ia memutuskan. "Kita kembali ke dasar. Gambar dan isyarat. Bahasa universal."

Ia melihat seorang wanita sedang menumbuk biji-bijian dengan alu besar. Eudora mendekat, tersenyum ramah. Wanita itu meliriknya, sedikit waspada, mungkin mengingat insiden rambut kepala suku.

Eudora menunjuk ke biji-bijian, lalu ke alu, dan membuat gerakan menumbuk di udara. "Menumbuk?" tanyanya, lalu membuat suara "pok-pok-pok".

Wanita itu menatapnya, lalu ke biji-bijian, dan kemudian ke alunya. Ia mengerutkan kening. Eudora mencoba lagi, lebih dramatis. Ia menunjuk ke biji-bijian, lalu ke mulutnya, lalu membuat gerakan mengunyah. "Makan. Makanan."

Wanita itu akhirnya tersenyum tipis, lalu mengangguk. Ia menunjuk ke biji-bijian, lalu ke mangkuk yang sudah berisi bubur. "Ma-kan," katanya, mengucapkan kata yang sama yang Eudora dengar sebelumnya.

"Aha!" Eudora berseru, merasa seperti Newton yang baru saja menemukan gravitasi. "Ma-kan! Itu berarti makan!" Ia menunjuk ke dirinya sendiri, lalu ke mulutnya. "Aku. Ma-kan."

Wanita itu tertawa kecil, lalu mengangguk. Ini adalah kemajuan. Sebuah kata. Satu kata.

Eudora merasa optimis. Ia mencoba menggunakan metode ini sepanjang hari. Ia menunjuk ke pohon. "Pohon!" Ia menunjuk ke air. "Air!" Ia menunjuk ke langit. "Langit!"

Tentu saja, tidak semua usahanya berhasil.

Suatu kali, ia mencoba menjelaskan konsep "dingin" kepada seorang anak kecil yang menggigil di dekat api unggun. Eudora menggosok-gosokkan tangannya, membuat gerakan seolah menggigil, dan mengucapkan "dingin". Anak itu menatapnya, lalu menunjuk ke arah Beastkin yang sedang disembelih di kejauhan, dan membuat suara menggeram.

Eudora mengerutkan kening. "Tidak, tidak, bukan Beastkin. Dingin. Brrr." Ia menggigil lebih dramatis.

Anak itu hanya menatapnya dengan bingung, lalu berlari kembali ke ibunya. Eudora menghela napas. Frustrasi.

Momen paling lucu terjadi saat ia mencoba menjelaskan konsep "waktu". Ia melihat seorang pria tua menunjuk ke posisi matahari di langit, seolah mengukur waktu. Eudora mendekat, mencoba menjelaskan konsep jam.

Ia menggambar lingkaran di tanah, lalu membuat garis-garis kecil di sekelilingnya, dan kemudian menggambar jarum jam yang bergerak. "Ini… jam," katanya, menunjuk ke gambar. "Waktu. Detik. Menit. Jam." Ia membuat gerakan seolah jarum jam berputar cepat.

Pria tua itu menatap gambar itu, lalu ke Eudora, lalu ke gambar itu lagi. Ia kemudian menunjuk ke gambar lingkaran, lalu ke matahari di langit, dan membuat gerakan seolah matahari bergerak.

"Ya!" Eudora berseru. "Matahari bergerak! Itu waktu! Tapi ini… ini lebih akurat! Ini… teknologi!" Ia menunjuk ke gambar jarum jam.

Pria tua itu hanya mengangguk perlahan, lalu mengambil tongkat dan menghapus gambar jam Eudora. Ia kemudian menggambar lingkaran yang lebih besar di tanah, lalu membuat garis melengkung yang menunjukkan jalur matahari dari terbit hingga terbenam. Ia menunjuk ke gambar itu, lalu ke matahari, dan tersenyum.

Eudora menatap gambar itu, lalu ke pria tua itu. Ia mengerti. Pria itu mengatakan bahwa mereka tidak membutuhkan jam yang rumit. Mereka memiliki matahari. Itu adalah sistem waktu yang sederhana dan efektif. Eudora merasa sedikit malu. Ia telah mencoba menjelaskan teknologi tinggi kepada orang-orang yang sudah memiliki sistem yang berfungsi dengan baik.

"Oke, oke," Eudora menyerah, mengangkat tangannya. "Matahari. Aku mengerti. Matahari adalah jammu. Sangat… organik."

Pria tua itu tertawa kecil, dan Eudora bisa melihat sedikit geli di matanya. Ia menyadari bahwa humor bisa menjadi jembatan komunikasi, bahkan jika itu adalah humor yang tidak disengaja.

Ia mulai mencatat semua kegagalannya dalam komunikasi di jurnalnya:

Jurnal Aetheria: Percikan Ilmiah

Entri 4: Hari ke-9 (perkiraan) setelah insiden portal.

Subjek Penelitian: Komunikasi Antarbudaya. Metode: Gambar dan Isyarat. Hasil: Sangat bervariasi. Beberapa konsep dasar (makan, pohon, air) dapat dipahami. Konsep abstrak (waktu, teknologi, dingin) sangat sulit. Seringkali memicu kesalahpahaman lucu atau kebingungan.

Analisis Kegagalan: * Perbedaan kerangka referensi: Mereka tidak memiliki konsep "jam" atau "listrik statis". * Interpretasi isyarat yang berbeda: Gerakan menggigil untuk "dingin" dapat diinterpretasikan sebagai "ketakutan". * Keterbatasan bahasa gambar: Sulit untuk menyampaikan nuansa atau konsep kompleks hanya dengan visual.

Hipotesis Baru: Belajar bahasa mereka adalah prioritas. Metode: Observasi mendalam, pengulangan kata, dan asosiasi dengan objek atau tindakan. Mungkin ada individu yang lebih cepat belajar atau lebih terbuka untuk belajar bahasa baru.

Eudora memutuskan untuk mencoba pendekatan yang berbeda. Daripada mencoba menjelaskan, ia akan mencoba meniru. Ia akan mendengarkan kata-kata yang mereka gunakan, mengasosiasikannya dengan tindakan atau objek, dan mencoba mengulanginya. Ini akan menjadi proses yang lambat, tetapi mungkin lebih efektif.

Ia mulai mengamati anak-anak suku. Mereka adalah pembelajar bahasa yang alami. Ia melihat mereka menunjuk ke sesuatu, dan orang tua mereka akan mengucapkan sebuah kata. Eudora akan mencatat kata itu dan objeknya.

"Ini seperti menjadi bayi lagi," gumamnya. "Belajar dari nol. Siapa sangka seorang fisikawan teoretis akan kembali ke tahap perkembangan bahasa prasekolah?"

Meskipun frustrasi, Eudora tidak menyerah. Setiap kesalahpahaman adalah data. Setiap tawa adalah respons. Ia tahu bahwa komunikasi adalah kunci untuk integrasi, untuk mendapatkan kepercayaan, dan pada akhirnya, untuk mendapatkan bantuan dalam memahami Aether dan menemukan jalan pulang.

Ia melihat Balmond sedang mengasah tombaknya di dekatnya. Eudora memutuskan untuk mencoba lagi. Ia menunjuk ke tombak. "Tom-bak?" tanyanya, mencoba mengucapkan kata itu dengan jelas.

Balmond menatapnya, lalu ke tombak, dan mengangguk. "Tombak," katanya, mengulang kata itu dengan pengucapan yang lebih tepat.

Eudora tersenyum lebar. "Tombak!" Ia mengulanginya. Itu adalah kemenangan kecil, tetapi itu adalah kemenangan.

Malam itu, saat ia berbaring di gubuknya, Eudora merasa lelah tetapi puas. Ia telah belajar satu kata baru. Itu adalah awal. Ia tahu bahwa jalan masih panjang, tetapi ia adalah seorang ilmuwan. Dan seorang ilmuwan tidak akan menyerah hanya karena ada beberapa hambatan komunikasi. Ia akan terus mencoba, terus belajar, dan terus membuat dirinya malu dalam prosesnya. Ini adalah bagian dari petualangan ilmiahnya di Aetheria.