Hujan makin deras.
Asap dari ledakan masih menempel di jaket hitam Aven, menyatu dengan darah yang menetes dari pelipisnya.
Visor-nya retak. Tablet komunikasinya mati.
Satu-satunya yang tersisa… adalah insting.
Langkah kaki dari tangga darurat makin dekat.
Aven memutar pistol di tangan kanannya, lalu berlari menuju sisi utara gedung.
Dia melompat.
Tubuhnya jatuh menembus atap kaca garasi bawah — berguling ke lantai dengan punggung menghantam keras. Tapi dia tidak punya waktu untuk mengeluh.
Satu drone hitam kembali melintas di atasnya, menyapu dengan laser pelacak.
Aven melempar pisau kecil—tepat ke kamera drone.
CRASH. Drone jatuh, meledak kecil di pojok garasi.
“Tidak biasa,” gumamnya pelan.
Serangan ini terlalu rapi. Terlalu cepat.
Ini bukan pembunuh bayaran biasa…
Ini operasi.
---
Aven membuka kompartemen tersembunyi di jaketnya, mengaktifkan alat darurat: EMP pocket bomb.
Ia lempar ke lift lantai bawah.
“Klik.”
BZZZT— Semua sistem elektronik dalam radius 30 meter mati.
Lampu padam. Drone berhenti. Pencari panas jadi buta.
Waktu: 22:59
Masih lima menit dari tenggat waktu yang awalnya ditentukan untuk target. Sekarang semuanya berubah.
Aven keluar dari garasi, menyusup ke gang-gang belakang Distrik 3.
Tempat ini bukan asing untuknya. Justru di sinilah dia dibentuk.
Tapi kali ini, dia tidak sedang mengejar. Dia dikejar.
---
Di tengah lorong gelap, tablet cadangannya tiba-tiba aktif — nyala biru.
[Sinyal Darurat Masuk]
Pengirim: UNKNOWN
Pesan hanya satu baris:
“Kalau kau bisa membaca ini, artinya mereka gagal membunuhmu. Temui aku di bawah dermaga Distrik 5. Sendirian. Sekarang.”
Aven menyipitkan mata.
"Siapa pun ini... dia tahu aku masih hidup. Dan tahu aku akan mengecek backup sinyal."
Tapi pertanyaannya — "mereka" itu siapa?
Dan kenapa seseorang ingin dia mati… pada malam yang seharusnya cuma pekerjaan rutin?
---
Aven menyimpan kembali tablet cadangan, lalu menarik tudung jaketnya.
Tubuhnya menyatu dengan gelap malam.
Dan hanya satu pikiran yang kini menguasainya:
Jika seseorang cukup berani menargetkan dirinya… maka orang itu harus siap menghadapi kemarahan Aven Kuro.
---
"Mereka pikir aku alat. Tapi alat pun bisa berbalik arah jika dipukul terlalu keras."
– Aven Kuro