Chap 6 - Replika

06:13 AM — Bunker Distrik 6, Vireon

Matahari belum naik.

Tapi kota Vireon tak pernah gelap.

Lampu neon berkedip dari balik kisi-kisi ventilasi bunker, memberi siluet samar di wajah Aven yang masih menatap sisa-sisa tablet terbakar.

Lira bersandar di dinding, luka di bahunya sudah dibalut seadanya.

"Kalau ada Aven Kuro lain di luar sana…" gumamnya.

"Lo gak takut? Ketemu versi lo yang beda?"

Aven menjawab pelan, “Gue gak takut sama diri gue. Tapi kalau Zeraphis bikin versi yang lebih… tunduk? Dunia bakal lebih kacau dari yang kita kira.”

---

Di luar sana... sistem mulai bergerak.

Di markas bawah tanah Zeraphis, sebuah ruang penuh tabung kriogenik menyala biru.

Salah satu tabung terbuka.

Isinya: seorang pria, identik dengan Aven, namun dengan tato hitam menyala di sepanjang lehernya.

"Unit R₀ aktif."

"Instruksi: identifikasi target asli. Eliminasi. Gantikan."

---

Kembali ke Aven

Lira membuka laptop lama miliknya. Ia mencoba menelusuri kode REPLIKA_0.

Namun tiap pencarian malah membuat sistemnya crash.

“Ini kayak virus hantu,” katanya. “Gak bisa diakses, tapi selalu ninggalin jejak.”

Aven mengangguk. “Berarti ini bukan cuma tentang gue. Bisa jadi... banyak replika di luar sana.”

“Berarti selama ini Zeraphis bukan cuma organisasi,” Lira menarik napas, “...tapi pabrik manusia?”

---

Tiba-tiba, bunker bergetar.

Bukan gempa. Tapi ledakan elektromagnetik kecil—cukup untuk membuat semua perangkat digital mereka mati.

Klik…

Suara pintu rahasia terbuka.

Aven berdiri cepat. Senjatanya sudah di tangan.

Dari balik kegelapan, masuk satu sosok pria... mengenakan jaket hitam panjang, wajahnya tertutup helm digital.

Tapi suara langkahnya…

...terlalu familiar.

“Gue tau lo ada di sini, Aven,” kata suara itu.

“Zeraphis ngirimin gue buat gantiin lo. Tapi sebelum itu… gue pengen tau kenapa lo gak nurut.”

Aven melirik Lira.

“Siap keluar lewat pintu bawah?”

Lira mengangguk.

Aven melangkah maju, senjatanya terarah ke sosok di pintu.

“Gue bukan lo,” kata Aven dingin.

“Dan lo gak akan pernah bisa jadi gue.”

Helm digital itu terbuka perlahan…

Dan untuk pertama kalinya, Aven melihat dirinya sendiri—dengan mata yang penuh kebencian, tanpa emosi.

---

Pertarungan antar dua Aven pun dimulai.

Namun ini bukan sekadar duel fisik.

Ini pertempuran antara identitas dan imitasi.

---

“Kalau dia bisa menirukan semua gerakan gue... maka gue harus jadi sesuatu yang bahkan gue sendiri gak kenal.”

– Aven Kuro