Tanganku gemetar, mataku berbinar haruskah bersyukur atau malah menganggap ini musibah ?
Semua orang disini menganggapku sedang hamil anak Asyam, tidak ada pembelaan dari kami berdua karena posisi kami sudah tersudut seperti ini tambah lagi keluarga ini malah sibuk membicarakan pernikahan kita.
Aku sama sekali belum mengenalnya, dan dia juga bukan yang aku incar melainkan adiknya. Jatuh cinta pada pandangan pertama, ku kira Allah mengabulkan permohonan do'aku agar menemukan dirinya menjadikanny6a berjodoh denganku tapi bukan dia malah orang lain.
Yang ini lebih beku dingin bahkan hanya bisa pasrah menerima perjodohan ini.
"Dimana rumah kamu nak ?" Tanya abah Ali, calon bapak mertuanya.
"Ada di daerah Tanjung, bah." Balasku ragu - ragu.
"Yasudah mari semuanya siap - siap ke rumah calon menantu kita ini." Semangat banget kayaknya Umma Nisa, kakak kandung dari Umi Aishwa.
Makin ketar - ketir nih aku lihat mereka yang mau menyerbu rumah kecil kakakku, bisa - bisa di amuk kakak dan keluarganya nih.
Baru teringat aku bawa handphone didalam saku daster, ku rogoh penuh harapan mengiba kepada keluarga kakak.
"Maaf semua, bolehkah Nana menelpon orang rumah terlebih dahulu ?"
"Boleh, silahkan."
Masya Allah senyuman calon ibu mertua ini bikin adem banget sih, mana cantik banget lagi pantesan anak - anaknya pada cakep - cakep gitu.
Aku memberanikan diri menelpon kakakku, berulang kali jemari memilin ujung hijab berharap tak ada amarah pada pertemuan nanti.
"Assalamu'alaikum kak Pita lagi dimana ?" Tanya ku basa basi.
"Wa'alaikumsalam. Ada dirumah, kenapa ?"
Sudah mulai judes ini, banyak konsekuensi yang harus aku hadapi nih jika tiba - tiba minta izin nikah.
"Apa ndul ?"
Sedikit membuat hatiku lega, akhirnya kakak memanggilku NDUL julukan kesayangan dari kakak tercinta.
"Kak, Nana mau minta restu. Nana mau menikah."
"Hah ? Nikah ? Emang ada yang mau sama kamu ? Kamu aja jelek kek gitu." Baru sebentar baikan sudah mengejek saja ini kakakku.
"Dengerin dulu, Nana mau dinikahin sama anak yang punya Pesantren itu loh."
Kakak mah langsung bisa nebak, "Gus Zayn ?"
Siapa lagi itu Gus Zayn, kayaknya aku baru dengar deh. Atau anak dari Umma ? Pikiranku kemana - mana.
"Bukan, namanya Asyam anak dari Abah Ali dan Umi Aishwa. Kakak kenal ?" Tanyaku semakin penasaran, kakak kan kerja di Pusat Bank Mandiri sudah pasti banyak orang - orang kaya yang dia kenal.
"Oh Asyam Muaffa." Celetuknya.
"Loh kok tahu nama lengkapnya ?"
"Iya kenal lah , orang tuanya kan sering nyuruh si Asyam itu buat ngurusin keuangan. Kok kamu bisa sih nikah sama dia ?"
"Bisalah kak, jadi ceritanya tuh dikira aku hamil sama Asyam. Aku aja baru kenal baru liat orangnya." Jawabku bisik - bisik celingukan kanan kiri takut ada yang mendengarnya.
"Serius ? Kamu hamil sama siapa ?" Kaget bukan main kak Pita ini menutupi mulutnya yang menganga.
"Aku ga hamil kak, tapi dikira hamil sama mereka semua. Tahu kan aku punya sakit magg, nanti deh aku ceritain. Ini kami mau otw kerumah buat lamar aku sekarang. Jadi kakak beres - beres rumah yang bersih ya. Sama ceritain ini semua ke keluarga kakak biar ga ada miskom, Oke ?"
"Oke, mau jadi menantu orang kaya nih adikku. Yaudah kakak siap - siap dulu."
Telepon dimatikan begitu saja, dari suaranya sih girang banget mau dapat adik ipar anak orang terpandang.
Saat Nana membalikkan badan, hampir saja dirinya menabrak Asyam.
Asyam memandang Nana sekilas lalu menundukkan pandangannya lagi "Kenapa sih nih orang ? Jangan - jangan denger pembicaraanku tadi ?" Batinku.
"Nama kamu siapa tadi ?"
Huft cuman mau nanya nama saja.
"Nana Zaufani, umur 22 tahun."
"Iya, nama saya Asyam Muaffa, 27 tahun."
Kaget, "Eh buset tua amat om." Celetukku tak sopan, menutup kedua bibir ini yang sering asal nyeplos.
"Ma-maaf ya, duh." Berulangkali memukul pelan mulut sendiri.
"Kalau sudah jadi istri saya, tolong ya agak dijaga mulutnya. Sama satu lagi, saya ngalah nikahin kamu karena tidak ingin memperpanjang masalah kamu yang sedang hamil entah sama siapa. Mungkin saya lagi apes aja duduk dekat kamu eh malah disuruhin nikahin. Tenang saya tidak akan membicarakan kepada orang lain bahwa saya bukanlah ayah kandung dari anakmu."
JLEB !
Asyam tidak tahu bahwa aku sebenarnya tidak hamil, pacar saja tidak punya. Tapi lumayanlah cepet dapet jawaban jodoh jalur langit sama Allah. Ini lebih dari cukup hehe.
---
Singkat cerita serombongan kami telah sampai di rumah sederhana milik kakakku.
Benar diluar ekspetasiku, ternyata keluarga kakak menyambutnya dengan baik, banyak sekali jamuan di rumah ini. Mereka baik banget sih ya ampun, semoga tidak ada udang dibalik bakwan.
"Maaf ya seadanya, dadakan sih soalnya hehe." Ucap kak Pita sok basa basi busuk.
"Eh kak Pita ? yang kerja di Mandiri ?" Tanya Umi Aisyah memegang tangan kak Pita.
"Iya bu, ini saya Pita kakak kandung dari Nana. Maafkan adik saya ya bu, pak semuanya maklum dia tuh masih anak kecil tapi aduh luar biasa nakalnya."
Nana hanya beristighfar terus menerus hari ini dirinya dipojokkan, rasanya pengen ngilang deh.
"Oh iya gapapa, ini bapak ibunya kemana ?" Timpal Umma Nisa , yang lain juga ikut celingukan mencari keberadaan orang tuaku.
"Maaf kami sudah tidak punya orang tua, dan Nana dari kecil saya yang ngasuh sambil sekolah." Balas kak Pita berkaca - kaca terlihat menahan air mata yang ingin keluar.
Asyam terlihat kaget, mungkin ini alasan perempuan ini menjadi anak liar kurang tata krama sebab terbawa arus pergaulan bebas tanpa bimbingan orang tuanya. Apalagi tadi mendengarkan penuturan Nana jika dirinya tinggal disebuah kosan tidak jauh dari rumahnya.
Aku sebagai adik yang baik langsung memberinya selembar tisu, "Kak usap air matamu, jelek tauk kalau nangis."
Baru aja mau berbuat baik mau ditinju gemas sama kakak sendiri, "Eits ga kena." Wajahku condong ke kanan sedikit menghindari kepalan gemoy tangan gendut kakakku.
Semua para tamu tertawa melihat tingkah laku kakak beradik tom and jerry ini, tatapan berbeda dari Attar terasa sangat dingin atmosfernya saat manik mata kami saling menangkap.
Otomatis aku langsung diam membeku, mata elangnya membuatku jadi kehilangan mood bahagia. Aku menundukkan pandanganku dan duduk dengan baik disebelah kakakku.
Jadi acara pernikahan agama ini dihadiri oleh Abah Ali, Umi Aishwa, Umma Nisa dan Abi Khalid selaku tante dan omnya Asyam dan Attar.
Sedangkan dari pihak keluargaku hanya kak Pita , suaminya dan kedua mertuanya yang sudah tua, tak lupa Pak RT serta bapak wali penghulu yang menikahkanku karena aku tidak mempunyai wali kandung lagi.
"Mohon maaf, alangkah baiknya ditunggu sebentar ya. Saya mau mempersiapkan adik saya terlebih dahulu. Maaf masa nikah pake daster hehe." Ucap Kak Pita menarikku memberi kode untuk kebelakang terlebih dahulu.
"Iya bener, gih ganti gamis dulu ya. Kalau ada sih gamis putih biar serasi." Balas Umi Aishwa, senyumannya sudah menandakan ikhlas ridho' anaknya akan mempersunting perempuan pilihannya.
Tidak masalah dengan apa yang mereka perbuat, hanya harus bersabar menghadapi ujian ini. Umi Aishwa telah salah sangka jika Nana sedang berbadan dua mengandung cucu pertama dari keluarga besar ini.
"Sementara adik saya didandanin, mari kita langsungkan ijab qobul pada sore ini. Bismillah silahkan pak penghulu." Ucap Abangku.
Asyam mengeluarkan sebuah cincin kawin , kalung 10 gram dan seperangkat alat sholat untuk mahar.
Part ijab qobul diskip hehe biar engga kepanjangan di bab ini
---
Dengan secepat kilat kak Pita mendandani ku, kebetulan hasil make up dia tak jauh berbeda dengan hasil mak upku. Jadi terlihat cantik apalagi memakai baju kurung putih bekas almarhumah ibu kami dulu pas menikah dengan almarhum ayah.
Serasi sekali dengan baju koko melayu dipadukan dengan sarung putih yang Asyam kenakan. 20 menit berlalu mereka tak sabar menungguku, hingga akhirnya aku keluar dipapah oleh kak Pita.
Semua hadirin memandangku dengan mata berbinar bahkan sepertinya mereka ingin menangis. Hanya dalam 20 menit saja aku tampil menawan bak pesta pernikahan besar dan meriah, apalagi kalau benar didandanin MUA terbaik dikota ini.
"Masya Allah cantik sekali menantu kita." Umma Nisa memegang erat tangan adiknya yang berkeringat dan terasa dingin.
Umi Aishwa terlihat menitikkan air mata, melihat anak sulungnya pada akhirnya menikah melepas masa lajangnya dengan cara seperti ini. Tangis haru kebahagiaan menyertai pernikahan sederhana ini.
Semoga sakinah mawadah dan warahmah untuk kedua mempelai yang berbahagia ini.