Hari Jumat, 15 menit sebelum presentasi tugas.
Hana udah duduk di kursi baris depan kelas, panik ngeluarin notes, ngecek slide, dan... lupa naruh USB-nya di mana.
“USB... USB... ASTAGA DI MANA USB-NYA?!” bisiknya panik sambil ngubek tas yang isinya kayak warung kelontong kecil.
Rei duduk di sebelahnya, masih santai buka laptop. Tanpa banyak omong, dia ulurin satu USB warna hitam.
“Ini, aku backup tadi pagi,” katanya tenang.
Hana bengong. “Hah? Serius? Kok bisa?”
“Feeling aja kamu bakal lupa,” jawab Rei dengan datar. Tapi ujung bibirnya agak naik dikit.
“Terima kasih ya...” Hana ngomong lirih, rada kaget campur malu.
Si anak ngeselin ini ternyata ada sisi bergunanya juga.
--
Presentasi berjalan lancar. Slide mulus, sistem jalan, dan bahkan dosen sempat bilang, “Kalian berdua cocok kerja bareng. Tim yang solid.”
Rei senyum kecil. Hana nyengir lebar.
Baru kali ini mereka setim dan gak saling nyebelin.
Tapi ya… jangan senang dulu.
Karena saat duduk di bangku kantin setelah presentasi, muncullah temen sekelas mereka yang kepo parah: Yani.
“Eh, Hana... kamu belakangan akrab banget sama Rei ya?” celetuk Yani sambil nyeruput es kopi.
“A...nggak juga. Cuma karena tugas aja,” jawab Hana cepat, buru-buru ngunyah risoles kayak buat nutup obrolan.
Yani malah makin semangat. “Padahal cocok loh kalian. Kayak streamer sama manajernya.”
Rei yang lagi minum langsung batuk.
Streamer dan manajer? Jangan-jangan dia tahu?
Tapi Yani cuman ketawa doang. “Eh ya, ngomong-ngomong kamu suka nonton VTuber nggak, Rei?”
Rei nutupin reaksi. “Nggak terlalu.”
Padahal setiap malam, dia gak pernah skip satu pun siaran Lumi.
---
Malamnya...
Hana online di Discord. Null juga online.
Lumi: “Kamu pernah nggak sih... kayak merasa kenal sama orang tapi nggak tahu dari mana?”
Null: “Pernah. Biasanya itu otak lagi connecting ke Wi-Fi kenangan.”
Lumi: “Haha, lucu juga istilahnya. Tapi serius. Aku kerja kelompok sama cowok yang... ngeselin tapi ternyata lumayan. Trus suaranya kayak familiar banget.”
Null: “Mungkin kamu sering nonton dia. Atau... dia sering nonton kamu.”
Lumi: “Heh... maksudnya gimana tuh? 😳”
Null: “Nggak apa-apa, cuma tebakan.”
Rei ketawa sendiri di depan laptop.
Hana cemberut sambil mikir: Maksud dia apa sih? Masa iya... Null itu... nggak mungkin lah.
Tapi malam itu, mereka sama-sama mulai mikir:
Kemungkinan kalau orang yang satu ini sebenarnya... lebih dekat dari yang dikira.