Dua pekan setelah pertemuannya dengan Xiao Yue, Lan Tian akhirnya mencapai tepi Lembah Angin Pemotong Jiwa. Di depannya terhampar jurang raksasa, menganga seperti luka mengerikan di tubuh bumi. Angin menderu, menyayat dengan lolongan yang menyerupai jeritan hantu, seolah-olah jiwa-jiwa tak tenang terperangkap di dalamnya. Di kejauhan, puncak megah Nirvana Peak menjulang tinggi, targetnya yang masih berjarak lima puluh mil, namun terhalang oleh jurang maut yang tak terduga.
Kondisi Lan Tian Saat Ini:
Foundation Establishment (Tengah): Inti spiritual berlapis emasnya stabil, namun hanya 15% dari total energi yang dapat ia gunakan. Sisa 85% terhalang oleh sesuatu yang ia rasakan sebagai 'kutukan' yang mengikat darah klannya.
Darah Klan Lan: Urat emas di punggung tangannya kini terlihat semakin jelas, berdenyut dan bereaksi terhadap pusaran angin lembah, seolah-olah memiliki koneksi aneh dengan elemen itu.
Elixir Bumi Tenang: Tersisa tiga tetes dalam botol kecilnya, cadangan terakhir untuk situasi paling darurat.
"Bunga Jiwa Retak... tumbuh di zona mati," gumam Lan Tian, mengulang perkataan Xiao Yue. Tangannya merogoh dan mengeluarkan medali perunggu usang dari saku jubahnya. Medali itu bergetar samar, menunjuk ke sebuah jalur sempit yang nyaris tak terlihat di tebing timur.
Kreeeek!
Suara retakan memekakkan telinga disusul dengan bayangan raksasa. Sebongkah batu seukuran rumah melesat dari atas tebing, mengarah tepat kepadanya! Seekor Gorilla Batu muncul dari balik bebatuan, menggedor dadanya yang ditutupi bongkahan batu besar. Matanya merah darah, menunjukkan bahwa binatang buas Kelas 3 (setara Golden Core Puncak) ini sedang dalam kondisi mengamuk.
Taktik Lan Tian:
Menghindari konfrontasi langsung karena perbedaan kekuatan yang mencolok.
Memanfaatkan lingkungan lembah, khususnya tepi jurang dan pusaran angin.
Mengandalkan kecepatan dan kelincahan untuk memancing musuh.
"ROOOAR!" raung Gorilla Batu, langkah kakinya yang berat menggetarkan tanah di bawah Lan Tian. Binatang itu langsung mengejarnya dengan kecepatan yang mengejutkan untuk ukuran tubuhnya.
Lan Tian berlari zigzag, memancing Gorilla Batu lebih jauh ke tepi tebing. Angin lembah meraung, semakin kencang, tepat saat Gorilla Batu menginjak zona turbulensi angin.
SWOOSH!
Semburan angin memotong seperti bilah laser, menyambar tubuh raksasa itu! Gorilla Batu berteriak kesakitan saat kulit batunya terkoyak, serpihan batu berhamburan.
Momen Kritis:
Memanfaatkan keterkejutan musuhnya, Lan Tian melompat, memantul dari batu terdekat. Pedang patahnya, yang telah menemaninya melalui banyak pertarungan, ia hunuskan dan menancapkan tepat ke mata kanan Gorilla Batu yang terbuka lebar.
"GRAAAA!"
Binatang itu mengaum kesakitan, kehilangan keseimbangan, dan terhuyung-huyung sebelum akhirnya terjatuh ke dalam jurang, lenyap ditelan pusaran angin ganas yang menghancurkannya.
Hasil Pertarungan:
Tidak ada terobosan level.
Luka gores yang dalam di paha kiri, akibat sentuhan angin tajam.
Energi spiritual tersisa 40%.
Malam hari, Lan Tian mencari perlindungan di sebuah gua sempit yang tersembunyi. Darahnya bergejolak lagi—angin lembah yang intens memicu ketidakstabilan dalam darah Klan Lan, menyebabkan sensasi terbakar yang menyakitkan.
Gzzzt!
Dengan tangan gemetar, ia mengenakan jubah hitam warisan klannya, jubah yang telah ia simpan rapat selama ini. Begitu jubah itu menyentuh kulitnya, sensasi aneh menjalar, menenangkan gejolak dalam darahnya.
Efek Jubah Klan Lan Terungkap:
Penyamaran Aura: Jubah ini menyamarkan aura kehidupan pemakainya, membuat makhluk spiritual seperti Gorilla Batu mengira ia hanyalah bagian dari lingkungan, seolah-olah ia adalah batu.
Penyimpanan Dimensi: Sebuah kantong dimensi mini tersembunyi dengan cerdik di kerah jubah. Di dalamnya, ia menemukan:
Peta kulit naga kuno yang detail menuju Nirvana Peak.
Sebuah buku catatan usang yang di dalamnya tertulis: "Darah kami dikutuk oleh Sumpah Langit Abadi..."
Pertahanan Pasif: Jubah itu secara pasif menyerap 30% dari setiap serangan elemen angin, memberikan perlindungan vital di lingkungan yang keras ini.
Lan Tian membuka buku catatan itu. Di salah satu halaman, ada tulisan tangan ayahnya: "Keturunan Lan dilarang menyentuh Nirvana Peak sebelum mencapai Golden Core... Tapi jika terpaksa, carilah 'Batu Hati Badai' di pusat lembah. Hanya itu yang dapat menetralkan kutukan angin yang mengikat darah kita."
Saat ia membaca, medali perunggu di tangannya berpendar lebih keras, dan kali ini, menunjuk dengan jelas ke arah pusat lembah!
Pusat Lembah Angin adalah sebuah padang gurun batu bergerigi yang luas, di mana angin berputar membentuk tornado-tornado mini yang memancarkan aura pemotong jiwa yang pekat. Di tengah kekacauan itu, Batu Hati Badai melayang di udara—sebuah kristal biru kusam yang berdenyut samar seperti jantung yang hidup.
Namun, penjaga kristal itu sungguh mengerikan:
Dua Belas Angin Jagal (Wind Elementals Kelas 2).
Satu Mata Badai (Boss Kelas 4, setara Nascent Soul Awal!).
"Target tidak mungkin dikalahkan dalam kondisi saat ini," analisa Lan Tian dingin, otaknya memproses informasi dengan cepat.
Rencana Darurat:
Menggunakan jubah untuk mendekati zona aman, sebuah formasi batu runcing yang menyerupai taring.
Melemparkan Shadow Stone terakhir yang ia miliki untuk mengumpan para elemental angin.
Mencuri kristal saat Mata Badai lengah.
Eksekusi:
Langkah 1: Jubah hitamnya menyamarkan auranya hingga 80%, memungkinkannya bergerak perlahan. Namun, angin liar yang terus berputar menyebabkan luka kecil di kaki kanannya.
Langkah 2: Ia melemparkan Shadow Stone. BZZZT! Energi gelap dari batu itu segera menarik semua Angin Jagal menjauh, menciptakan celah sesaat.
Langkah 3: Ia meluncur ke arah kristal—
Namun—
Mata Badai yang semula tenang, tiba-tiba terbangun! Pusaran angin di sekelilingnya membesar, mulai mengisap segala sesuatu ke dalamnya dengan kekuatan dahsyat!
"❗"
Dalam refleks sepersekian detik, Lan Tian melemparkan medali perunggu kuno itu ke arah kristal!
KLING!
Medali dan kristal bertabrakan, menghasilkan suara dentingan yang tajam. Batu Hati Badai, kristal biru yang misterius itu, pecah berkeping-keping!
BOOOOM!
Ledakan energi angin murni menerbangkannya jauh ke belakang, menghempaskan tubuhnya ke dinding batu.
Ketika Lan Tian tersadar, ia menemukan dirinya terbaring di reruntuhan sebuah kuil kuno. Sebuah serpihan kecil Batu Hati Badai menancap di dadanya, kini menyatu dengan darahnya.
Efek Tak Terduga:
Kutukan Angin Dinetralkan: Darahnya kini terasa tenang, gejolaknya mereda. Hambatan energi yang semula 85% kini berkurang drastis menjadi hanya 70%.
Kemampuan Baru: Ia kini dapat merasakan pola angin di sekitarnya, meskipun masih pada tingkat dasar.
Luka Parah: Tulang rusuknya retak, dan energi spiritualnya hanya tersisa 10%.
Di depannya, patung dewa angin setinggi tiga meter yang tampak purba kini retak di beberapa bagian. Dari celah di patung itu, sehelai bulu emas mengambang perlahan di udara, memancarkan aura keemasan.
"Warisan untuk yang bertahan..." sebuah suara gema yang kuno memenuhi kuil.
Pilihan yang Tersedia:
Bulu Angin Emas (Divine Artifact rusak): Sebuah artefak ilahi yang rusak, dapat digunakan tiga kali untuk teleportasi jarak pendek.
"Nafas Badai" (Manual Kultivasi Angin): Sebuah manual kultivasi angin yang kuat, namun membutuhkan darah klan Lan murni untuk membukanya (masih terkunci baginya).
"Mata Taifun" (Senjata Tersegel): Sebuah senjata legendaris yang tersegel, hanya bisa dibuka di Nirvana Peak.
Lan Tian memilih bulu. Dalam kondisinya saat ini, kepraktisan adalah prioritas utama untuk bertahan hidup.
Saat menyentuhnya, informasi kuno membanjiri pikirannya: "Ini bulu 'Shenlong Angin Barat'. Kakekmu menyimpannya di sini... tapi kau belum siap."
Epilog: Pengawal yang Tak Diundang
Saat Lan Tian tertatih-tatih keluar dari reruntuhan kuil, seorang pria berjubah abu-abu, Elder Huo, sudah menunggunya di luar.
Kultivasi: Golden Core Puncak.
Lambang: Lambang Sekte Nirvana terukir jelas di lengan jubahnya.
"Kau mengambil warisan leluhurmu," ujar Elder Huo datar, tatapannya tajam namun sulit diartikan. "Tapi tanpa izin sekte."
Lan Tian mengacungkan pedang patahnya, meskipun ia tahu energinya hampir habis dan perlawanan akan sia-sia.
Elder Huo tertawa kecil. "Tenang, anak muda. Aku bukan musuh." Ia kemudian melempar botol obat kecil ke arah Lan Tian. "Inisial 'H.L.' di buku catatanmu—itu aku, Huo Liang. Obat ini untuk lukamu. Temui aku di Nirvana Peak jika kau sampai hidup."
Sebelum pergi, Elder Huo berbisik dengan nada serius: "Hati-hati dengan Pengawal Perak... mereka yang membunuh orang tuamu."
(Bab 3 Berakhir)