Prolog: Bangkitnya Separuh Jiwa di Reruntuhan Altar
Kabut pagi yang dingin menyelimuti reruntuhan Altar Starvefrost, menyembunyikan kehancuran dari pandangan dunia luar. Di tengah puing-puing es dan tulang, Xiao Yue terbangun. Rasa sakit menusuk, namun diselimuti oleh mati rasa yang aneh. Ia mengangkat tangannya, merasakan separuh tubuhnya—kaki kiri dan lengan kirinya—kini membeku menjadi es padat, kulitnya transparan seperti kristal yang memantulkan cahaya fajar yang samar. Rambutnya, yang dulu gelap, kini memutih sebagian, seolah diselimuti salju yang tak pernah mencair, dan mata kirinya berpendar biru pucat, kontras dengan mata kanannya yang masih berwarna alami. Ia adalah makhluk antara hidup dan mati, antara manusia dan es.
Dengan tangan kanannya yang masih manusiawi, ia perlahan menggapai wajah Lan Tian yang kelelahan dan tertidur di sampingnya. Sentuhan itu, meskipun lemah, adalah sentuhan pertama yang terasa hangat setelah berbulan-bulan terperangkap dalam kebekuan patung es. Sebuah koneksi yang tak terlukiskan terjalin di antara mereka, lebih kuat dari sebelumnya.
Perubahan Fisik dan Kekuatan Xiao Yue:
Fisik:
Kaki kiri dan lengan kiri sepenuhnya terdiri dari es padat, namun tetap berfungsi.
Rambutnya memutih sebagian, membentuk helai-helai salju yang kontras dengan warna rambut aslinya.
Mata kirinya berpendar biru pucat, menunjukkan ikatan baru dengan elemen es.
Kekuatan yang Baru Terbangun:
Frostsense: Kemampuan pasif yang memungkinkannya mendeteksi makhluk, struktur, atau bahkan emosi terkait es dalam radius hingga 5 kilometer.
Cryogenic Touch: Sentuhan tangannya dapat membekukan luka fisik, menghentikan pendarahan dan nyeri, namun tidak menyembuhkan sepenuhnya.
Kelemahan Baru:
Tubuhnya tidak bisa menoleransi suhu di atas 15°C; suhu yang lebih tinggi akan menyebabkan nyeri hebat dan kerusakan pada bagian tubuh esnya.
Ia membutuhkan konsumsi Icebloom Herb setiap tiga hari sekali untuk menjaga stabilitas tubuh dan jiwanya.
Ekspresi Langka Lan Tian:
Saat Xiao Yue berusaha bangkit dan tersandung oleh kakinya yang kini separuh es, Lan Tian, yang biasanya tak berekspresi, menunjukkan reaksi yang hampir tak terlihat: alisnya berkerisik 1 milimeter, sebuah reaksi emosional terbesar yang ia tunjukkan sejak Bab 1. Itu adalah tanda kepedulian yang mendalam, meskipun tersembunyi di balik fasad dinginnya.
"Jangan... lihat aku seperti itu," desis Xiao Yue, suaranya parau seperti angin yang berembus melalui retakan es, sebuah campuran dari rasa malu dan kekuatan baru.
Dengan Xiao Yue yang sebagian membeku, mereka tidak bisa tinggal lebih lama di padang es yang berbahaya. Tujuan mereka selanjutnya adalah Floating Cloud City, sebuah kota terapung di atas danau beku raksasa, sebuah oasis di tengah gurun es yang luas. Perjalanan memakan waktu tujuh hari, di mana Lan Tian harus ekstra hati-hati menjaga Xiao Yue agar tidak terpapar suhu yang terlalu hangat.
1. Pertemuan dengan Pedagang Terakhir di Pinggir Gurun:
Di pinggir Frost Wastes, mereka menemukan sebuah tenda reyot milik Old Man Teng, seorang pedagang obat ilegal yang berwajah cerdik dan mata yang tajam. Ia adalah salah satu dari sedikit orang yang berani melintasi jalur ini.
"Hah, lihat siapa ini," sapa Old Man Teng, mengendus udara dingin. "Darah beku dan es hidup... kalian pasti yang dicari Pasukan Perak."
Dari Old Man Teng, mereka mendapatkan informasi penting:
"Floating Cloud City sudah dikepung ketat oleh Silver Enforcers—mereka mencari kalian berdua, terutama Lan Tian dengan tanda di dadanya. Ada hadiah besar untuk kepala kalian."
"Frostbone Celestial... monster itu sedang 'membersihkan' gunung-gunung sebelah barat, menghancurkan apa pun yang tidak beku. Ini pertanda buruk, kawan."
Sebagai barter, Old Man Teng menuntut beberapa kristal es langka yang Lan Tian temukan di Altar Starvefrost. Setelah Lan Tian memberikannya, Old Man Teng menyerahkan tiga kantong Icebloom Herb, cukup untuk persediaan sembilan hari bagi Xiao Yue. "Ini, untuk temanmu. Dia butuh ini lebih dari yang kalian tahu."
2. Penyamaran Riskan dan Sensasi Baru:
Memasuki kota yang dikepung berarti risiko besar. Lan Tian dan Xiao Yue harus menyamar.
Lan Tian membungkus Mark of Thawing Sorrow di dadanya dengan perban berlapis tanah dan lumpur beku, menyembunyikan pendaran biru misteriusnya. Rasa sakit dari lukanya masih terasa, namun kini lebih dingin, seolah membeku.
Xiao Yue memakai jubah tebal berlapis dan kerudung besar, berusaha menyembunyikan separuh tubuhnya yang membeku. Namun, setiap langkahnya adalah perjuangan. Suhu Floating Cloud City, meskipun masih dingin bagi manusia, terasa seperti bara api bagi bagian tubuh esnya. Ia merasakan panas yang aneh, sensasi "overheating" yang belum pernah ia alami sebelumnya, membuat bagian esnya nyeri dan melelehkan kristal-kristal kecil di kulitnya. Setiap napas terasa membakar.
3. Penyusupan Berbahaya ke Gerbang Kota:
Gerbang Floating Cloud City dijaga ketat oleh dua Silver Enforcers yang dilengkapi dengan Soulfrost Lanterns. Lentera ini bukan hanya penerangan, tetapi juga alat deteksi canggih yang bisa mendeteksi fluktuasi energi dari darah klan Lan atau jejak Ice Qi yang tidak alami.
Solusi Cerdik (dan Berbahaya) Xiao Yue:
Saat mereka mendekat, Xiao Yue, meskipun kesakitan, melihat pendaran samar dari lentera tersebut dengan Frostsense-nya. Ia menyadari sensornya adalah kristal es purba.
Dengan perhitungan tepat, ia mendekat dan dengan Cryogenic Touch-nya, ia menyentuh permukaan kristal di salah satu lentera. Dalam hitungan detik, sensor itu membeku dan retak, menonaktifkannya sementara.
Pada saat yang sama, Lan Tian bergerak. Dengan kecepatan kilat, ia memukul titik kelemahan di belakang leher penjaga yang lengah itu, menjatuhkannya tanpa suara. Penjaga kedua, yang panik, tidak sempat bereaksi sebelum Lan Tian juga melumpuhkannya. Mereka berhasil menyusup ke dalam.
Kota terapung itu ramai, namun suasana tegang terasa di mana-mana. Mereka mencari tempat aman untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, mengikuti bisikan Frostsense Xiao Yue yang membimbing mereka ke sebuah kedai teh sederhana bernama "Three Winters". Namun, kedai itu menyimpan rahasia gelap.
Begitu mereka masuk, Xiao Yue merasakan getaran es yang aneh di bawah lantai. Itu bukan kedai teh biasa—itu adalah markas bawah tanah tersembunyi Sect of Silent Mourning!
Pengungkapan Mengejutkan yang Menguras Emosi:
Di dalam ruang bawah tanah, mereka menemukan sesuatu yang mengerikan: Elder Wen, pemimpin Sect of Silent Mourning, masih hidup, namun kini ia adalah boneka es yang dikendalikan! Tubuhnya kurus dan beku, dengan kabel-kabel darah hitam yang terbuat dari es dan energi gelap menjulur keluar dari punggungnya, terhubung ke sebuah altar kecil.
"Mereka... mereka mengubahku... setelah kau hancurkan altar... mereka menjadikanku pelayan Celestial yang setia..." rintih Elder Wen, suaranya parau, matanya kosong namun penuh penderitaan. Ia bukan lagi dirinya, melainkan wujud yang jauh lebih menyedihkan.
Dan di sekelilingnya, berdiri budak-budak baru Sect: "Frostbound Assassins"—mantan anggota Sect yang telah dikendalikan. Sebuah kristal es berdenyut di dada mereka, mengendalikan pikiran dan setiap gerakan mereka.
Pertarungan Sengit di Ruang Bawah Tanah yang Sempit:
Pertarungan pecah seketika.
Keunggulan Musuh:
Lima Frostbound Assassins (setara Golden Core Awal) bergerak dengan kecepatan luar biasa, nyaris tanpa suara.
Elder Wen, meskipun rusak, masih setara dengan Nascent Soul yang gila, melancarkan serangan es tanpa henti.
Medan sempit di ruang bawah tanah mempersulit penggunaan kekuatan area luas Lan Tian seperti Frostbone Claw.
Strategi Lan Tian & Xiao Yue (Kombinasi Baru):
Xiao Yue memanfaatkan Frostsense-nya untuk mendeteksi posisi musuh di kegelapan dan kecepatan mereka, membisikkan arah pada Lan Tian. Matanya yang berpendar biru pucat adalah satu-satunya sumber cahaya yang dapat diandalkan.
Lan Tian menggunakan pedang End of Sorrow (yang masih tersegel dan tidak mengeluarkan bilah) sebagai tongkat pemukul yang keras. Setiap pukulannya yang kuat dapat membekukan lawan sesaat, membuka celah untuk serangan.
Mengeksploitasi Kelemahan Elder Wen: Lan Tian memperhatikan kabel-kabel darah yang mengikat Elder Wen. Ia menyadari bahwa itu adalah sumber kendalinya.
"Xiao Yue, panas!" bisik Lan Tian.
Xiao Yue, yang masih berjuang dengan panas yang membakar bagian esnya, menatap Lan Tian dengan bingung dan sedikit panik. "Apa?! Panas? Kau gila?!" ia terkesiap, karena suhu hangat adalah musuh terbesarnya.
"Kabelnya!" Lan Tian menunjuk. Xiao Yue mengerti. Dengan sisa tenaganya, ia menggunakan Cryogenic Touch pada teko teh panas yang tumpah di meja. Panasnya tidak membahayakan Lan Tian, tetapi Xiao Yue secara paksa mengalirkan sedikit es ke dalam teko, membuat teh itu hanya menjadi suam-suam kuku namun cukup panas untuk bereaksi dengan kabel darah es. Ia melemparkan teh itu ke kabel darah Elder Wen.
"AAAAARGH!" Elder Wen menjerit kesakitan, suara parau itu memilukan. Kabel darahnya mengeluarkan uap, dan tubuhnya yang beku mulai retak. Kendalinya atas Frostbound Assassins goyah. Para Assassins mendadak kacau, gerakan mereka melambat.
Pelarian Berdarah dan Pengorbanan Tak Terduga:
Mengambil kesempatan dari kekacauan itu, Lan Tian dan Xiao Yue mencoba melarikan diri. Namun, Elder Wen yang terluka parah berhasil melancarkan serangan terakhir, memisahkan mereka. Xiao Yue terlempar ke gudang es yang sempit, terkepung oleh dua Frostbound Assassins yang pulih lebih cepat.
Saat Xiao Yue berpikir semuanya berakhir, sebuah suara tua terdengar: "Hei, anak muda! Ingat hutangmu!" Old Man Teng tiba-tiba muncul dari balik tumpukan kotak di gudang, wajahnya pucat. Dengan senyum pasrah, ia melemparkan beberapa botol cairan ke tanah.
BLAST!
Old Man Teng meledakkan dirinya dengan sebuah Fireburst Pill yang kuat, menciptakan ledakan api dan asap yang mengejutkan, mengorbankan dirinya untuk memberi Xiao Yue celah. Ledakan itu membakar sebagian gudang, memaksa Frostbound Assassins mundur dan memberi Xiao Yue waktu untuk melarikan diri, meskipun tubuh esnya terasa terbakar oleh panas ledakan.
Mengikuti jejak asap dari ledakan Old Man Teng, Lan Tian berlari, melumpuhkan sisa-sisa Frostbound Assassins yang panik. Di balik dinding kota, di area yang terisolasi, ia menemukan serangkaian bangunan yang dulunya merupakan rumah kaca hidroponik, kini telah diubah menjadi laboratorium rahasia yang mengerikan.
Eksperimen Kejam Silver Enforcers:
Lan Tian menemukan deretan tabung berisi tahanan. Para Silver Enforcers ternyata melakukan eksperimen biadab: menyuntikkan darah klan Lan yang dicuri (dari leluhur di Altar Starvefrost dan mungkin sampel dari pembantaian sebelumnya) ke tubuh tahanan.
99% korban tewas dengan cara yang mengerikan, tubuh mereka meledak atau membeku dari dalam. Namun, 1% berhasil bertahan, berubah menjadi makhluk cacat yang disebut "Frostborn Hybrid"—budak perang yang dikendalikan oleh Enforcer.
Target Utama Mereka: "Project Emberfrost":
Tujuan utama eksperimen ini adalah "Project Emberfrost": menciptakan tentara hybrid yang kebal terhadap dingin ekstrem dan panas, mengendalikan es dan api secara bersamaan. Ini adalah kekuatan yang bisa mengalahkan Frostbone Celestial dan Lan Tian sendiri.
Dokumen Rahasia yang Menggemparkan:
Di atas meja operasi, Lan Tian menemukan dokumen yang ditinggalkan terburu-buru. "Darah terakhir klan Lan (subjek LT-9) harus ditangkap hidup-hidup. Hanya DNA-nya yang bisa stabilkan Formula Emberfrost, mengikat kekuatan es dan api untuk mengendalikan Celestial."
Ini bukan hanya tentang menghentikan Celestial, ini tentang menguasainya! Dan Lan Tian adalah kunci utama mereka.
Jebakan yang Terpasang: Xiao Yue Tertangkap!
Saat Lan Tian mencerna informasi mengerikan itu, Frostsense Xiao Yue tiba-tiba berteriak dalam benaknya. Terlambat. Ia telah dijebak! Xiao Yue, yang terluka dan kelelahan, telah tertangkap oleh sekelompok Silver Enforcers yang menyergapnya di sebuah jalan sempit. Ia diikat dengan Frostbane Chains—rantai yang khusus dirancang untuk menghambat semua kekuatan es dan Qi, membuat bagian tubuh esnya terasa sangat panas dan nyeri. Ia diseret menuju Menara Observasi Utara, sebuah struktur tinggi yang mendominasi cakrawala kota.
Epilog: Pertempuran di Menara yang Terbakar dan Pilihan Terakhir
Melihat Xiao Yue dibawa pergi, Lan Tian merasakan gelombang amarah dan keputusasaan yang dingin. Ia mengejar dengan kecepatan penuh, mengabaikan rasa sakit dari lukanya. Saat ia berlari, pedang End of Sorrow yang tertancap di tanah altar dan kini ia bawa, mulai bereaksi secara dramatis.
Fase Pertama Pedang End of Sorrow:
Pedang itu mulai menyerap darah Lan Tian secara aktif (sekitar 5% dari segel darahnya terkuras), menyebabkan rasa sakit yang tajam namun juga sensasi kekuatan yang mengalir.
Bilah pedang yang tadinya tak terlihat, perlahan muncul, memendek, dan berubah menjadi bilah pendek bercahaya merah, memancarkan aura panas yang aneh—kontras dengan es yang mengelilingi Lan Tian.
"Untuk Xiao Yue," gumam Lan Tian, suaranya parau namun penuh tekad. Itu adalah kalimat pertama yang ia ucapkan, mengandung nama orang, dalam seluruh novel ini, sebuah pengakuan akan ikatan emosional yang selama ini ia tekan.
Di puncak Menara Observasi Utara, Komandan Silver Enforcers, yang selamat dari ledakan di Penjara Tulang Beku (kemungkinan melalui cara lain, atau ini adalah Komandan yang berbeda), bersiap dengan senjata baru yang mengerikan:
Emberfrost Cannon: Sebuah meriam raksasa, gabungan mengerikan dari teknologi es dan api yang mematikan.
Komandan itu menyeringai saat melihat Lan Tian mendekat. "Kau akan jadi spesimen terbaik kami, Lan Tian. Dengan darahmu, Project Emberfrost akan sempurna, dan Frostbone Celestial akan bertekuk lutut!"
Tepat saat Komandan akan melepaskan tembakan meriam yang mampu menghancurkan apa saja itu, Xiao Yue, yang terikat pada kursi, tersenyum getir. Meskipun kesakitan, matanya yang beku menatap Komandan. "Kau lupa... aku sekarang bagian es."
Dia sengaja memicu overheating dengan memaksa darahnya mengalir deras ke bagian tubuhnya yang beku, mendorong batas toleransi suhu hingga ekstrem. Suhu internalnya naik drastis. Dengan raungan menyakitkan, tubuh esnya mulai retak dan mengeluarkan uap tebal yang sangat panas—menciptakan ledakan uap yang kuat, membutakan dan mendorong Komandan dan para Enforcer lainnya mundur sesaat, sekaligus menutupi pandangan.
(Bab 9 Berakhir