Wudang, 1357: Hari Pernikahan

Hari-hari berikutnya mereka lalui dengan tenang dan damai. Semua orang sedang bergembira, dan di hari pernikahan Zhang Wuji yang bertepatan dengan acara pemberkatan putra pertama Yin Liting dan Yang Buhui itu, Perguruan Wudang dipenuhi tamu-tamu terhormat dari berbagai aliran, yang datang dengan muka cerah dan senyum ramah. Suasananya sangat jauh dari ketegangan.

Aula utama yang biasanya tampak kosong dan lapang, di hari itu dipenuhi hiasan berwarna merah. Para tamu duduk atau berdiri berkelompok sambil membicarakan acara yang sebentar lagi akan berlangsung. Para pengiring tamu yang umumnya adalah para murid dari perguruan silat terkenal mengambil tempat di luar aula utama, membaur dengan semua murid Wudang dan kelompok lain yang datang.

Yang Xiao, Yin Liting dan Yang Buhui yang sedang menggendong bayi mereka tampak duduk di salah satu sudut Aula Utama sambil mengamati para tamu dan diam-diam mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

Para murid dan pemimpin enam perguruan besar dari luar tampaknya sangat bersahabat dan damai, sejak mereka bekerja sama ketika harus menghadapi kepungan tentara Dinasti Yuan yang dipimpin Chaghan Temur di Shaolin. Tetapi tentu saja bukan semua orang punya pikiran yang sama. Ketika di Shaolin, mereka bersatu karena sama-sama merasa terancam oleh pasukan Yuan,tetapi sekarang musuh bersama itu tidak ada, setidaknya untuk sementara waktu. Tetapi sekarang, tanpa musuh yang jelas di depan mata, persaingan lama mulai muncul kembali."

Tak jauh dari tempat Yang Xiao duduk, beberapa murid Kunlun Pai sedang bicara dengan salah seorang pendekar dari Huashan Pai. Yang Xiao mendengar murid Kunlun Pai yang masih sangat muda itu berbisik, "Si Tua Zhang Sanfeng ini sebenarnya bermaksud apa? Mula-mula dia mengawinkan muridnya dengan putri Yang Xiao, padahal sudah jelas perempuan itu anak dari pimpinan Sekte Sesat. Lalu dia menjodohkan cucu muridnya dengan Zhou Zhiruo, ini masih lumayan. Tapi ternyata perempuan itu kemudian mempelajari Ilmu Sesat, bahkan di Shaolin dia membunuh banyak orang yang tak bersalah. Untungnya perkawinan itu batal."

Kawannya dari Kunlun Pai menimpali, "Tapi sekarang perkawinan itu ternyata masih dilanjutkan. Bukankah kita sudah tahu, pengantin perempuan ini masih tetap Zhou Zhiruo?"

"Justru itu maksudku," sahut yang pertama. "Sekarang malah lebih buruk lagi. Kalian tahu, Zhang Wuji sekarang menikahi dua perempuan sekaligus. Sudah tahu siapa yang satunya?"

"Zhao Min," bisik kawannya, salah satu murid Huashan Pai.

"Betul, Zhao Min," kata murid Kunlun Pai kedua. "Entah apa yang dipikirkan pendeta Tao tua itu, kenapa dia merestui cucunya kawin dengan perempuan Mongolia?"

Salah seorang murid laki-laki Emei Pai kebetulan mendengar percakapan itu, dan ia ikut bergabung sambil berkata, "Ah, rupanya saudara-saudara dari Kunlun Pai dan Huashan Pai. Kalian baru datang?"

Muka orang-orang yang sedang berbisik-bisik itu mendadak berubah ramah. Murid Kunlun Pai yang pertama itu membalas sopan-santun murid Emei sambil tersenyum lebar dan berkata, "Kami mengucapkan selamat kepada Emei Pai, akhirnya pernikahan yang sempat tertunda dilanjutkan."

Tetapi murid Emei Pai itu ternyata menjawab dengan tenang sambil berkata, "Sayangnya aku sendiri juga _tamu_. Kami hanya menemani Jingxuan Zhangmen menghadiri acara ini. Rasanya saudaraku harus menyampaikan ucapan selamat itu secara langsung kepada mantan Ketua Zhou."

Berita mengenai pergantian ketua Emei Pai ini memang belum tersebar luas. Ia mengerti kenapa para murid Kunlun Pai masih beranggapan bahwa ketua Emei adalah Zhou Zhiruo. "Ini saat yang tepat untuk meluruskan," pikirnya.

Tepat seperti yang diharapkannya, para murid Kunlun dan Huashan Pai itu tampak heran, dan bertanya, "Kami pikir ketua kalian masih tetap Zhou Zhangmen. Entah kapan ada perubahan ini?"

Murid Emei itu menjawab dengan tenang, "Kurasa nanti juga kalian akan mendengar penjelasan dari Zhou Zhangmen sendiri, barangkali dengan sedikit tambahan dari Zhang Zhenren." Dengan bijaksana ia mengabaikan komentar-komentar miring yang sebelumnya terdengar. Setelah menyelesaikan kalimat itu ia pun minta diri, dengan alasan ingin menyapa tuan rumah.

Upacara pemberkatan dan perkawinan itu sendiri berlangsung dengan tertib, aman dan tenang. Tidak seperti sebelumnya di Haozhou, kali ini semuanya segala sesuatu berjalan lancar sampai selesai. Sedikit di luar kebiasaan umum, Zhang Wuji membuka penutup muka kedua mempelainya di hadapan para tamu, dan mereka bertiga masih tetap ada di ruangan itu setelah upacara selesai.

Semua orang bisa melihat bahwa wajah kedua mempelai perempuan itu berseri-seri. Mereka juga tampak ramah dan saling menyapa dengan panggilan yang akrab. Yang Xiao sempat mendengar beberapa orang saling berbisik dengan nada penuh keheranan, "Entah bagaimana cara Zhang Sanfeng menyulap permusuhan kedua perempuan ini sampai menjadi persaudaraan seperti sekarang?"

"Bukankah mereka sebelumnya bertarung sengit gara-gara cemburu?"

"Kelihatannya Iblis Cilik ini sudah diterima di Wudang?"

Zhang Sanfeng dengan muka berseri-seri menutup acara pemberkatan itu dengan kalimatnya sendiri, "Saudara-saudara sekalian, aku tahu kalian punya banyak pertanyaan, dan kelihatannya semua itu sulit dijawab satu persatu, karena akan memerlukan waktu yang panjang. Singkatnya, kedua cucu perempuanku ini memang berasal dari keluarga dan perguruan yang berbeda pandangan dengan Wudang sendiri. Tetapi karena mereka menikah dengan cucu muridku, Zhang Wuji, maka sekarang mereka berdua juga adalah murid Wudang, dan juga cucu muridku."

Zhou Zhiruo maju selangkah dan berkata, "Tai Shifu, sebelumnya Zhiruo melakukan banyak kesalahan yang tetap harus dipertanggungjawabkan." Ia berpaling kepada para tamu, lalu melanjutkan, "Saudara-saudara, sebelum ini Zhou Zhiruo adalah murid Emei Pai, dan bahkan kemudian sempat menjabat sebagai ketua Emei Pai. Tetapi kepemimpinanku buruk. Akibat mempelajari Jiu Yin Zhen Jing secara terburu-buru dan dengan cara yang salah, akhirnya aku tersesat. Ini membuatku melakukan berbagai kekejaman yang sebelumnya kalian lihat di Shaolin. Hal ini sepenuhnya adalah tanggung jawab Zhou Zhiruo. Para murid Emei Pai yang ikut melakukan tindakan seperti ini hanya melaksanakan tugas yang kuperintahkan. Jika ada di antara saudara-saudara sekalian yang ingin membalas dendam atas apa yang pernah kulakukan sebelumnya, maka Zhou Zhiruo siap bertanggung jawab."

Ia membungkuk hormat kepada Zhang Sanfeng sambil melanjutkan kalimatnya kepada para tamu yang lain, "Saudara-saudara, silakan bicara."

Mendengar kalimat Zhou Zhiruo itu, diam-diam Yang Xiao, Fan Yao, Zhou Dian dan para anggota Ming Jiao lainnya agak tegang. Memang tidak ada pendekar di dunia persilatan yang tidak pernah membunuh orang. Mengenai istilah 'kejam' itu, banyak tindakan yang dilakukan oleh para pemimpin lain juga harus dinilai _kejam_, dan bahkan licik, meskipun mereka sendiri pasti punya segudang alasan untuk membantah. Jika ada di antara para tamu ini yang dengan sengaja ingin membuat keributan, bukan tidak mungkin sebentar lagi akan terjadi perkelahian.

Salah seorang anggota Kai Pang enam kantong tampak ingin bicara, tetapi kemudian membatalkannya. Hal ini tidak luput dari pengamatan Zhang Wuji. Mereka memang sempat bekerja sama tanpa kesulitan dengan Wu Zhanglao, tetapi penatua Kai Pang itu berasal dari wilayah lain. Bukan semua anggota Kai Pang punya sikap yang sama terhadap Zhou Zhiruo.Banyak orang melihat penatua Kai Pang tewas di tangan Song Qingshu, dan saat itu Zhou Zhiruo sengaja tidak berbuat apa-apa, dan bahkan mendukungnya. Sangat wajar jika orang-orang yang menjadi bawahan penatua-penatua yang tewas itu sampai sekarang masih menyimpan dendam kepada Zhou Zhiruo.

Zhang Wuji berkata, "Saudara-saudara, selama ini kita bekerja sama mengatasi berbagai kesulitan, seperti di Xiangyang dan Hanyang. Aku juga sudah berjanji untuk membantu Ketua Shi dan Kai Pang jika diperlukan, dan aku yakin hubungan baik kita akan terus berlanjut."

Penatua Kai Pang enam kantong itu memandang Wu Zhanglao dengan tatapan bertanya, dan yang terakhir ini maju selangkah sambil berkata, "Ketua Shi sangat menyesalkan perselisihan yang sempat ada dengan Ming Jiao akibat ulah Chen Youliang dan gurunya Cheng Kun. Kami sempat bingung, bagaimana harus mempertanggungjawabkan masalah ini, tetapi karena hubungan baik antara Kai Pang dengan Nona Yang, dan sebelumnya Zhang Jiaozhu juga telah sepakat supaya kita tidak lagi mengingat masalah lama, kami sungguh sangat bersyukur."

Dari tempat para tamu dari Shaolin berkumpul terdengar suara, "Amituofo, Sanzhai, Sanzhai!" Biksu Kongzhi maju selangkah ke arah Zhang Sanfeng, dan melanjutkan, "Sungguh berbahagia bisa melihat betapa acara ini telah membuka hati dan pikiran banyak orang, dan mendekatkan kita semua kepada Buddha."

Zhang Sanfeng mendekat sambil menjabat tangannya, lalu tertawa kecil tanpa mengatakan apa-apa.

Kongzhi melanjutkan, "Laofu mengajak kita semua untuk melupakan semua persoalan lama, jika memang masih tersisa. Aku percaya kita semua masih punya tugas yang sama, karena saat ini apa yang kita upayakan bersama masih sangat jauh dari selesai. Bukankah akan sangat bodoh jika kita merusak kerukunan hanya karena masalah kecil yang sudah berlalu?"

Sebetulnya sejak tadi Zhao Min sibuk memutar otak dan mencari jalan untuk menjawab pertanyaan dari banyak orang yang hampir pasti akan diarahkan kepadanya. Jika sebelumnya ia bisa bersikap santai dan seenaknya, itu adalah karena ia tidak merasa terikat dengan pihak mana pun. Tetapi saat ini ia telah menjadi istri dari Zhang Wuji, dan secara tidak langsung juga adalah murid Wudang. Kalau salah bicara, maka orang akan mencari masalah dengan Wudang, hal ini sama sekali tidak diinginkannya. Setelah mendengar ucapan Kongzhi Dashi, ia merasa agak lega. Namun demikian, ia sempat melihat beberapa pasang mata, terutama sekali dari pihak Kongtong Pai, Huashan Pai, dan Kunlun Pai, melirik sekilas ke arahnya dengan tatapan tidak puas.

Untung bagi Zhao Min, sebelum ada yang sempat bicara lagi, tiba-tiba dua orang anggota Panji Lima Elemen Ming Jiao yang bertugas menjaga di luar mendekati Yang Xiao dan Fan Yao sambil membisikkan sesuatu ke telinga mereka. Hal ini menarik perhatian para tamu, dan mereka semua memandang ke arah kedua pimpinan Ming Jiao itu sambil menunggu reaksi mereka.

Setelah bertukar pandang dengan Fan Yao sejenak, Yang Xiao berkata, "Persilakan masuk!"

Kedua anggota Panji Lima Elemen itu keluar, lalu masuk lagi bersama seorang wanita cantik yang ditemani oleh beberapa orang laki-laki bertubuh kekar. Wanita itu langsung diarahkan ke meja Yang Xiao.

Semua mata memandang penampilan wanita itu dengan penuh rasa ingin tahu. Mereka tidak bisa menebak berapa tepatnya usia wanita ini, tetapi jelas ia tampak jauh lebih muda dari usia sebenarnya. Kulitnya seputih salju, jubah biru cerah yang dikenakannya sangat sederhana, dan ia memegang sebuah pedang panjang di tangan kirinya. Dari langkah kakinya yang ringan jelas sekali ilmu silatnya tidak bisa diremehkan.

Wanita itu semula bermaksud menyapa Yang Xiao, tetapi kemudian pandangannya terpaku kepada Fan Yao yang berdiri tak jauh dari meja Yang Xiao. Ia tampak terperanjat, lalu bergegas mendatangi Fan Yao sambil menjerit kecil. Matanya menatap Fan Yao lekat-lekat dengan sikap akrab, dan tanpa keraguan sedikitpun ia mengulurkan tangan untuk memegang tangan Fan Yao sambil tergagap, "Er Shige, kenapa... kenapa kau jadi seperti ini...? Bagaimana..." Ia tak dapat melanjutkan kalimatnya. Mereka semua mendengar kalimat itu mengandung rasa iba dan kesedihan yang mendalam, tetapi dua detik kemudian wanita itu berhasil menguasai diri. Meskipun begitu, ia masih tetap berdiri sambil menatap Fan Yao, seolah menunggu jawaban.

Merasa pandangan semua orang sedang tertuju ke arah mereka berdua dengan penuh rasa ingin tahu, meskipun ia sendiri tidak terlalu kaget, tetapi Fan Yao merasa agak risih, ia segera tersenyum sambil berkata, "Lebih dari dua puluh tahun tidak bertemu, banyak yang terjadi. Qi Shimei, apa kabar? Kau masih kelihatan sama seperti dua puluh tahun yang lalu."

"Qi Shimei?" tandas Yang Xiao terkejut. Ia memang merasa pernah melihat wanita ini sebelumnya, tetapi ia belum bisa mengingat di mana. Setelah mendengar ucapan Fan Yao ia segera mengenali bahwa wanita cantik jelita itu memang adalah adik seperguruan mereka yang telah lama menghilang. 

Yang Xiao segera mendekat untuk melihatnya lebih jelas. Dengan baju birunya yang sederhana dan pedang di tangan, ia segera mengenali Qi Shengniang yang tampak masih sama seperti dua puluh tahun yang lalu, tetapi sekarang jauh lebih matang. Dandanannya tidak berbeda dengan perempuan suku Han pada umumnya, persis seperti ketika masih remaja. Jika ia tidak menyebutkannya sendiri, tak seorang pun akan mengira bahwa ia sebenarnya berasal dari Goryeo. Apalagi ia bicara dalam bahasa Han dengan sempurna, sedikit pun tak berbeda dengan semua orang yang hadir di tempat itu.

"Da Shige," sapa Qi Shengniang dengan ramah. "Kau masih mengenali Xiaomei? Kudengar kau baru saja punya seorang cucu laki-laki. Aku sengaja datang untuk mengucapkan selamat."

Yang Xiao buru-buru mengingatkan, "Qi Shimei, kau lupa menyapa tuan rumah!" Ia memberi isyarat kepada Yang Buhui dan Yin Liting untuk bergabung, lalu mengajak Qi Shengniang untuk mendekat ke arah Zhang Sanfeng.

Qi Shengniang membungkuk hormat kepada Zhang Sanfeng sambil berkata, "Sungguh beruntung, Xiaonu pada hari ini bisa bertemu langsung dengan Zhang Zhenren. Xiaomei datang tanpa diundang, kuharap Zhang Zhenren tidak keberatan. Xiaonu adalah murid Yang Jiaozhu yang sudah lama menghilang. Secara kebetulan Xiaonu mendengar tentang acara yang Zhang Zhenren adakan ini, karena itu Xiaonu memanfaatkan kesempatan untuk bisa bertemu dengan dua keponakan Xiaonu, dan juga cucu dari Yang Zuoshi yang baru lahir."

Zhang Sanfeng tertawa gembira. "Kau adalah murid Ming Jiao, tentu saja tidak ada yang keberatan," katanya. Ia lalu berpaling kepada Zhang Wuji dan Yang Buhui yang sedang menggendong bayinya. Ia melanjutkan, "Kurasa mereka berdua inilah yang kau maksud tadi."

Qi Shengniang mengalihkan pandangannya kepada empat orang pria yang datang bersamanya dan memberi isyarat supaya mereka mendekat, lalu menambahkan, "Mereka adalah murid-murid Xiaonu yang bodoh, Han Lin, An Shubiao, Liang Zhihui dan Li Zhenxing..." Ia menoleh ke arah murid-muridnya sambil berkata, "Beri hormat kepada Zhang Zhenren."

Keempat pria itu segera membungkuk hormat sambil merangkapkan kedua tangan mereka untuk menyapa Zhang Sanfeng, "Zhang Zhenren!"

Melihat tubuh keempat pria yang masih di bawah tiga puluh tahun itu tegap dan berotot, dengan air muka yang ramah dan penuh hormat, Zhang Sanfeng mengangguk senang. Sekali lihat ia bisa menilai bahwa kungfu mereka sama sekali tidak rendah, meskipun tak bisa dibandingkan dengan guru mereka, yang di matanya jelas sekali adalah pendekar wanita sangat tangguh dengan kungfu yang tidak di bawah Yang Xiao maupun Fan Yao. Ia berkata, "Kalihatannya kau cukup behasil mewariskan ilmu silatmu kepada mereka semua."

Qi Shengniang mengucapkan terima kasih, lalu segera beralih kepada orang-orang yang menjadi tujuannya hadir di tempat ini.

"Kurasa kau lebih mirip ibumu," kata Qi Shengniang sambil mencium pipi Yang Buhui. Ia juga mengelus pipi anak Yang Buhui dengan lembut. Ia mengeluarkan seuntai kalung dari sakunya, lalu memberikannya kepada Yang Buhui.

"Terima kasih, Bibi," kata Yang Buhui dengan sopan.

Setelah itu pandangan Qi Shengniang beralih kepada Zhang Wuji, dan ia terbelalak kagum. "Kau sangat mirip Yin Shijie, 

terutama sekali matamu. Hari ini Bibi Qi sangat senang bisa bertemu dengan kalian berdua, tapi sayangnya Yin Shijie tidak lagi bersama kita sekarang..." Ia tak dapat menahan rasa haru, dan membiarkan air matanya membasahi kedua pipinya.

Zhang Wuji bisa merasakan kehangatan dalam suara Qi Shengniang ketika menyebutkan nama ibunya, dan ia sangat terharu. Didorong rasa penasaran, ia mendekati wanita itu dan berbisik, "Bibi, waktu itu Wuji mengutus Zhang Zhong untuk mencari Bibi..."

Mata Qi Shengniang berbinar, tetapi ia hanya mengangguk dan berbisik, "Bibi tahu."

Untuk sesaat Zhao Min dan Zhou Zhiruo sempat bingung bagaimana mereka seharusnya menyapa permaisuri cantik itu. Tetapi dengan sikap santai yang sama sekali tidak terlihat orang lain, Qi Shengniang sempat memberi isyarat mata yang segera dipahaminya dengan baik. Sang Permaisuri tidak ingin identitasnya terbongkar di hadapan para tamu yang lain, karena itu ia sengaja menyebut dirinya sendiri 'Bibi Qi'. Hal ini sangat wajar, karena kehadiran seorang Permaisuri Qi di acara semacam ini pasti akan menimbulkan heboh yang tidak perlu, dan pasti akan menyulitkan Sang Permaisuri.

 

Ia baru bermaksud mengajak Zhou Zhiruo menyapa Bibi Qi mereka itu, tetapi ternyata Qi Shengniang mendahului mereka.Permaisuri cantik yang sedang menyamar itu mendekati mereka berdua sambil tersenyum hangat dan berkata, "Ini pastilah kedua istrimu yang cantik itu. Kalian ternyata lebih cantik dari cerita tentang kalian yang Bibi dengar di sepanjang jalan ke tempat ini." Ia melepaskan sepasang gelang giok dari pergelangan tangannya, lalu melanjutkan, "Bibi datang terburu-buru, jadi tidak membawa apa-apa untuk kalian, kecuali gelang sederhana ini. Kuharap kalian mau menerimanya."

Zhao Min dan Zhou Zhiruo mengucapkan terima kasih dengan sewajarnya. Saat ini hanya mereka berdua dan Fan Yao yang mengetahui identitas asli Qi Shengniang. Bahkan Yang Xiao masih belum mengetahui bahwa Bibi Qi ini sebenarnya adalah Permaisuri Qi Dinasti Yuan, karena mereka belum menceritakan apa yang mereka diskusikan dengan Fan Yao sebelum ini.

Dalam hati Zhou Zhiruo bertanya-tanya, apa maksud di balik kunjungan Qi Shengniang hari ini. Tentu saja menemui kedua keponakan dan kakak seperguruannya adalah hal yang sangat wajar, dan itu pasti benar dan memang setulusnya. Tetapi seorang Permaisuri Qi tentu saja tidak akan sekonyong-konyong mengunjungi Wudang tanpa tujuan tertentu yang berbau politik. Menilai dari kehangatan sikapnya, ia yakin Qi Shengniang memang menyayangi mereka dengan tulus, mengingat keakrabannya dengan Yin Susu dan hubungannya sebagai adik seperguruan Yang Xiao dan Fan Yao di masa lalu. Tetapi statusnya sebagai seorang permaisuri Dinasti Yuan tetap membuat Zhou Zhiruo jadi waspada. Kunjungan ini tidak mungkin hanya sekedar kunjungan kekeluargaan biasa.

"Kalau melihat cerita Bibi, di masa lalu pastilah Bibi cukup dekat dengan Paman Fan dan Mama," kata Zhou Zhiruo dengan ramah. "Kami sudah sering mendengar cerita Wuji Gege tentang Mama, tapi Zhiruo sangat ingin mendengar cerita yang sama dari Bibi Qi. Kelihatannya kalian punya banyak cerita menarik di masa itu."

Qi Shengniang tertawa ringan dan berkata, "Cerita kami di masa lalu mungkin hanya sekedar lelucon tentang sekumpulan anak bandel yang punya hobi merampok rumah orang kaya, dan membagikan sedikit kepada mereka yang membutuhkan, tetapi sebenarnya kami sendiri juga menikmati harta-harta itu. Cerita semacam ini tidak layak diceritakan di hadapan Zhang Zhenren dan para tamu terhormat di sini."

Hampir serempak, Zhang Sanfeng, Yang Xiao dan Fan Yao juga ikut tertawa mendengar keterangan singkat yang bernada merendah itu. Zhang Sanfeng berkata, "Pindao sendiri juga punya cerita semacam ini."

Yang Xiao berkata, "Qi Shimei, kau membongkar rahasia kecil kita."

Qi Shengniang berpaling kepada Zhao Min dan mengedipkan sebelah matanya. Ia berkata, "Anakku kira-kira sebaya denganmu, mungkin lain kali aku akan mengajaknya menenui kalian."

Zhao Min memahami maksud kalimat pendek yang isinya sangat berani itu, meskipun bagi orang lain terdengar biasa saja. Ia hanya tertawa ringan tanpa mengatakan apa-apa. Tetapi Zhou Zhiruo menanggapinya dengan bercanda. "Sayangnya Bibi agak terlambat," katanya. "Kalau saja Bibi mengatakannya beberapa bulan yang lalu, Zhiruo akan sangat berterima kasih."

Zhao Min tertawa keras-keras. "Zhou Jiejie, jangan bilang sampai sekarang kau masih juga ingin memiliki semuanya sendirian."

Zhou Zhiruo berkata, "Anak bengal, jangan bilang sampai sekarang kau masih takut kepadaku."

Zhao Min mencibir, lalu menjawab, "Kalau aku takut kepadamu, namaku bukan Minmin Temur."

Beberapa tamu lainnya ikut tertawa. Dengan begitu suasana kembali santai, dan acara itu dilanjutkan dengan menikmati hidangan sederhana yang disediakan oleh tuan rumah. Qi Shengniang mengambil kesempatan itu untuk mengajak Fan Yao bersama ketiga pengantin baru duduk bersama di tempat yang agak jauh dari keramaian.

"Waktuku tidak banyak," bisiknya. "Kurasa Minmin sudah menceritakan siapa aku yang sebenarnya." Ia kembali tersenyum ke arah Zhang Wuji dan yang lain sambil mengajak mereka duduk lebih rapat, lalu melanjutkan, "Aku hanya tidak ingin mengagetkan semua orang dengan mengatakan identitasku yang sekarang..."

"Bibi Qi, aku tidak mengerti..." sela Zhang Wuji. Tetapi Zhao Min buru-buru meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya.

"Nanti akan kujelaskan," bisik Zhao Min. Ia berpaling kepada Qi Shengniang dan bertanya, "Bibi, kau ingin kami melakukan apa?"

"Aku ingin bicara dengan kalian di tempat yang lebih tenang," kata Qi Shengniang lagi. "Tentu saja kita harus mengikutsertakan Zhang Zhenren dan para pendekar Wudang, dan juga Da Shige. Tapi semuanya jangan lebih dari sepuluh orang. Aku tidak ingin menimbulkan kecurigaan, dan sebaiknya apa yang akan kuceritakan tidak bocor keluar."

"Soal ini tidak sulit," kata Zhang Wuji. "Kami bisa bicara dengan Tai Shifu dan mengatur supaya kita berkumpul di ruang pribadinya. Mungkin saat ini kita hanya bisa mengundang Er Shibo, Yu Lianzhou."

"Tidak jadi soal," kata Qi Shengniang lagi. "Pokoknya jangan semua pendekar Wudang ikut masuk, nanti para tamu jadi curiga."

"Bibi bisa cerita sedikit, ini soal apa?" tanya Zhang Wuji lagi.

Sebelum Qi Shengniang sempat menjawab, saat itu salah seorang anggota Panji Lima Elemen Ming Jiao berlari ke arah mereka dan buru-buru berlutut untuk memberi hormat kepada Zhang Wuji, lalu berkata sambil dengan susah-payah mengatur nafas, "Lapor, Jiaozhu! Barusan ada kabar dari Hanyang yang dikirimkan melalui merpati pos..."

Sebelum ia sempat menyelesaikan kalimat itu, Wu Zhanglao datang bersama beberapa anggota Kai Pang dan buru-buru berkata tanpa basa-basi lagi, "Zhang Jiaozhu, kami baru menerima laporan bahwa Ni Wenjun telah melakukan pemberontakan melawan Xu Shouhui..." Setelah itu beberapa anggota Kai Pang lainnya datang susul menyusul.

Muka Zhang Wuji menegang, ia berpaling kepada Fan Yao sambil berkata, "Bukankah di situ ada Peng Dashi? Apa yang terjadi?"

Anggota Panji Lima Elemen itu melanjutkan laporannya, "Menurut laporan yang kami terima, Biksu Peng telah tewas ketika pemberontakan itu meletus."

"Apa!" teriak Zhang Wuji, nyaris tak percaya pada pendengarannya sendiri. 

Saat itu semua orang telah melihat kedatangan Wu Zhanglao dan anggota Panji Lima Elemen yang cukup menarik perhatian itu, dan ketika mereka mendengar suara keras Zhang Wuji yang bernada kaget, mereka bergegas mendatangi tempat mereka berkumpul sambil berbisik-bisik didorong rasa penasaran. Dalam sekejap situasi berubah menjadi tegang, mereka semua ingin tahu apa yang telah terjadi.

Yang Xiao yang baru sampai di situ segera bertanya, "Bagaimana hal ini terjadi?"

Wu Zhanglao dan anggota Panji Lima Elemen itu melanjutkan cerita mereka secara bergantian dan saling mendukung. "Menurut anggota kami di Hanyang, Peng Dashi malam sebelumnya memang sudah curiga, dan dia berusaha meyakinkan kaisar mengenai hal ini, tetapi usahanya gagal. Akhirnya dia hanya bisa menemani para petugas ronda yang sedang mengawal daerah di sekitar pintu gerbang kota untuk berjaga-jaga. Biksu Peng juga menempatkan beberapa orang kepercayaannya di sepanjang jalan menuju ke istana kekaisaran. Serangan itu terjadi di saat fajar tadi pagi, diawali dengan sejumlah besar panah berapi yang ditembakkan ke atas benteng kota. Tidak terlalu lama kemudian, pintu gerbang berhasil dibuka paksa, dan kira-kira dua puluh ribu tentara langsung menerjang masuk tanpa bisa ditahan oleh para pengawal."

"Para anggota kita yang mengikuti Peng Dashi akhirnya mundur sampai ke pintu gerbang istana. Di situ Peng Dashi masih sempat menulis laporan pendek yang segera dikirimkan melalui burung merpati, yaitu bahwa telah terjadi pemberontakan."

"Menurut laporan anggota Kai Pang yang sempat lolos dari kepungan, akhirnya Peng Dashi memang tewas dalam pertempuran di pintu masuk istana," lanjut Wu Zhanglao.

Para biksu Shaolin serempak menanggapi keterangan itu dengan, "Amituofo!"

"Wu Zhanglao," sela Xu Da di tengah hiruk-pikuk kekagetan dan keprihatinan para tamu. "Bagaimana keadaan wilayah itu menurut laporan terakhir?"

"Orang kami hanya sempat melihat tewasnya Peng Dashi, dan buru-buru melarikan diri," jawab Wu Zhanglao. "Saat itu situasinya sudah tak terkendali. Istana dalam keadaan panik."

Qi Shengniang tampak menghela nafas panjang sambil bergumam sendiri, "Sepertinya aku terlambat..." Tapi saat itu tak ada orang yang memperhatikannya, kecuali Zhao Min dan Zhou Zhiruo. "Apa maksudnya *terlambat*?" pikir Zhao Min, bertanya-tanya dalam hati.

Chang Yuchun dan Xu Da bergegas mendekati Zhang Wuji dan berlutut sambil meletakkan tangan di dada. Xu Da Berkata, "Kami menunggu perintah Jiaozhu!"

Zhang Wuji mengerutkan keningnya, berpikir cepat sebelum menjawab, "Dari laporan terakhir itu, belum pasti bagaimana keadaan di istana sekarang. Jika ternyata Chen Youliang dan Ni Wenjun berhasil menguasai istana, maka pasukan yang kalian bawa tidak cukup untuk mengatasi mereka. Hanyang tidak terlalu jauh dari sini. Pertama-tama kita harus memastikan bagaimana keadaan terakhir di istana Xu Shouhui. Untuk ini kita tidak perlu mengirimkan pasukan, karena hal itu bisa menarik perhatian, yang justru menimbulkan kecurigaan pihak Ni Wenjun."

"Ini tepat sekali," kata Yang Xiao. "Berarti kita hanya bisa mengandalkan para anggota Kai Pang yang masih tersisa di Hanyang."

Wu Zhanglao baru hendak menjawab, tetapi Qi Shengniang tiba-tiba menyela, "Apa kita punya merpati pos, terutama sekali yang mengenal rute ke tempat ini?"

Zhang Songxi menjawab, "Kami memang punya beberapa ekor. Jika ada orang yang membawa mereka ke Hanyang, mereka pasti akan menemukan jalan kembali ke sini."

"Bagus," kata Qi Shengniang. Ia berpaling kepada Zhang Wuji sambil berkata, "Wuji, kurasa untuk saat ini kita bisa mengirimkan beberapa perwira yang berpakaian biasa, dengan tugas memata-matai wilayah di sekitar istana Xu Shouhui. Mereka harus membawa sebanyak mungkin merpati pos, karena pada tahap ini situasi bisa berubah dengan sangat cepat. Bagaimana menurutmu?"

Yang Xiao agak terkejut mendengar nada komando yang berwibawa dalam suara Qi Shengniang ini, tetapi ia hanya menyimpan pertanyaan itu di dalam hati.

Kemudian ia melihat Zhang Wuji berkata tanpa menyadari hal kecil itu, "Bibi Qi benar. Kelihatannya pikiran kita sama."

Ia berpaling kepada Yang Xiao dan Fan Yao sambil bertanya, "Bagaimana menurut kalian?"

"Jika menilai dari laporan terakhir itu, kita memang tidak boleh gegabah," kata Yang Xiao sambil berpikir keras. "Karena jika sembarangan bertindak, akibatnya akan timbul perang, dan itu sama sekali tidak menguntungkan. Menurut dugaanku, kerusuhan terakhir itu ternyata hanya terjadi di sekitar istana. Setidaknya bukan melebar sampai ke rumah-rumah penduduk, meskipun sepanjang jalan dari pintu gerbang kota sampai ke istana bisa jadi terkena imbasnya. Jadi jika saat ini keadaan berhasil ditenangkan, apapun juga hasil akhir peristiwa itu sendiri, maka kita tidak boleh membuatnya menjadi kekacauan lagi."

"Aku juga berpikir sama," kata Fan Yao.

Xu Da tampaknya ingin membantah, tetapi Zhang Wuji segera mengangkat tangan untuk menghentikannya.Ia berkata, "Ini adalah keputusanku. Xu Dage, aku tahu jelas apa yang kau pikirkan, tapi untuk saat ini aku adalah ketua umum kalian, dan keputusan ini tidak boleh dibantah. Aku punya tugas lain untuk kalian berdua."

Setelah mendengar penjelasan itu tampaknya Xu Da agak terhibur. Ia berkata, "Jiaozhu tinggal memberikan perintah, kami pasti akan melaksanakannya, meskipun harus mati!"

"Baik! Xu Da terima perintah!" kata Zhang Wuji dengan serius. "Aku mengutusmu bersama pasukanmu untuk mengawasi wilayah di sekitar istana Hanyang tanpa memakai pakaian dan atribut militer! Tugas kalian _bukan_ untuk menyerang istana mereka, melainkan untuk memastikan bahwa para penduduk kota itu dalam keadaan aman, tertib dan damai, setelah terjadi kerusuhan yang bisa jadi berakibat pergantian kekuasaan. Secara resmi aku melarang kalian melakukan aksi militer dalam bentuk apapun juga, dan hanya boleh bertindak jika ada tindakan-tindakan yang merugikan rakyat jelata. Jika hal itu memang sungguh terjadi, kalian harus segera mengutus orang untuk melaporkannya ke sini. Apakah perintah ini bisa dimengerti dengan baik?"

Xu Da menegakkan sikapnya sambil meletakkan tangan di dada. "Siap! Perintah dimengerti dan diterima!"

"Chang Yuchun!" kata Zhang Wuji kepada perwira lainnya. "Kau bersama dengan sepuluh orang perwira harus segera kembali ke posmu semula, untuk menyiapkan lima puluh ribu orang guna mengatasi pemberontakan yang baru terjadi di Hanyang! Pasukan itu nantinya harus berkumpul di kota Xiangyang, di titik yang akan kutentukan. Aku melarang kalian untuk bertindak tanpa sepengetahuanku. Setelah sampai di Xiangyang, aku sendiri yang akan menyampaikan apa yang akan kalian lakukan selanjutnya. Ini bisa dipahami?"

"Siap!" sahut Chang Yuchun dengan tegas sambil meletakkan tangan di dada.

Semua orang agak terkejut melihat perubahan mendadak di dalam sikap Zhang Wuji. Mereka berpikir, "Kelihatannya setelah menikah anak muda ini tidak plin-plan lagi."

Saat itu mereka melihat Zhang Wuji berbicara dengan nada rendah kepada kedua istrinya, lalu kembali kepada Chang Yuchun. Ia berkata dengan nada biasa, "Chang Dage, setelah ini Zhiruo dan Minmin akan menitipkan sesuatu. Sebaiknya kau bicara langsung dengan mereka berdua. Selain itu mereka juga akan menunjukkan tempat di mana kalian harus berkumpul nantinya."

Mendengar ini, Xu Da menyeringai lebar, tetapi hanya sedetik. Selanjutnya sikapnya kembali serius seperti sebelumnya.

Zhang Wuji beralih kepada para tamu lainnya dan berkata, "Para pendekar sekalian, aku tahu kalian pasti teringat pengalaman kita bersama ketika menghadapi situasi darurat di Shaolin. Tetapi apa yang terjadi saat ini sama sekali berbeda. Pemberontakan itu sudah jelas adalah operasi militer dari pihak Ni Wenjun, tetapi wilayah itu jauh lebih luas dibandingkan dengan Kuil Shaolin atau Gunung Shaoshi. Hingga saat ini kita masih belum tahu apa yang terjadi setelah pemberontakan itu meletus, kecuali bahwa telah memakan cukup banyak korban jiwa, dan salah satunya adalah saudara kita, Biksu Peng Yingyu. Selebihnya aku harus menegaskan bahwa sebagian besar yang ada di situ adalah rakyat jelata, para wanita dan anak-anak yang rata-rata tidak mengerti ilmu silat. Mereka juga tidak terlibat politik, bukan pejabat, bukan orang kaya, dan bukan juga militer. Perhatian kita yang terbesar seharusnya adalah kepada mereka-mereka ini."

"Amituofu," kata Biksu Kongzhi dan para murid Shaolin lainnya. "Zhang Jiaozhu sungguh bijaksana. Laona berpendapat, jika kita memang perlu mengambil tindakan, maka apa yang seharusnya kita lakukan kali ini adalah dalam bentuk uluran tangan kepada rakyat jelata, dan bukan dalam aksi perlawanan kepada pihak mana pun. Mungkin Zhang Jiaozhu juga sudah memikirkan hal yang sama?"

"Betul," jawab Zhang Wuji. "Karena itu tadi Wanbei memerintahkan kepada Xu Da untuk melakukan tugas ini. Selain itu Wanbei juga menyiapkan dua puluh ribu prajurit untuk berjaga di sekitar Xiangyang. Mereka tidak akan bertindak sembarangan, tapi akan selalu dalam keadaan siaga, seandainya kita memang perlu melakukan operasi militer. Karena jarak dari sini ke Xiangyang sangat dekat, maka Wanbei sendiri yang akan mengawasi pasukan ini."

Beberapa murid Kunlun Pai, Huashan Pai, dan juga Kongtong Pai, maju sambil berkata, "Kami telah merundingkan masalah ini, dan kami juga menyiapkan surat untuk dikirimkan ke perguruan kami masing-masing, seandainya Zhang Jiaozhu memerlukan bantuan kami."

"Terima kasih atas niat baik para pendekar sekalian," kata Zhang Wuji dengan sikap hormat. "Tapi kurasa sejauh ini belum diperlukan. Kami akan menghubungi kalian jika memang situasi berubah menjadi darurat. Kuharap kita semua tidak menjadi panik karena peristiwa ini."

Salah seorang murid Huashan Pai bertanya, "Zhang Jiaozhu, sejak tadi kami merasa saat ini sudah waktunya mengambil sikap lebih tegas untuk menyatukan semua pihak yang saat ini bertikai. Kami yakin peristiwa ini bukan tidak mungkin masih akan terus terjadi di tempat lain. Bukankah akan lebih baik jika semua pihak yang mengklaim diri sebagai negara ini bisa dipersatukan?"

Zhang Wuji tertegun. Ia mengerti dengan baik apa makna kalimat itu, tetapi ia belum menemukan cara untuk menjawabnya.

Qi Shengniang menatapnya sambil berkata, "Wuji, ini pertanyaan yang serius, dan kukira juga sangat tepat. Kau harus memikirkannya baik-baik."

Zhang Wuji tidak segera menjawab, ia hanya memandang kedua istrinya tanpa bicara.

Zhou Zhiruo berkata, "Bibi Qi, kami memang sudah lama memikirkan masalah ini. Saat ini kami justru mengharapkan petunjuk dari Bibi."

Tampaknya Qi Shengniang mendadak salah tingkah, dan bergumam tak jelas sambil melirik ke arah Fan Yao, lalu berkata, "Zhiruo, kelihatannya kau agak berlebihan. Bibimu ini sebetulnya bodoh, aku mana mengerti urusan politik begini? Kurasa Yang Zuoshi dan Fan Youshi akan tertawa mendengar hal itu. Aku hanya tahu bagaimana cara memasak dan membuat kue-kue."

Zhao Min hampir tertawa melihat sikapnya. Ia berpikir, "Dengan begini ia mengalihkan tugas untuk bicara kepada Fan Yao atau Yang Xiao. Dia hanya tidak ingin penyamarannya terbongkar di hadapan para tamu, dan hanya mau bicara dengan beberapa orang dari kita."

Fan Yao berkata, "Saudara-saudara, Jiaozhu memang sudah lama memikirkan hal ini. Sayangnya sebelum kami membuat keputusan yang menentukan, pemberontakan ini sudah terjadi. Tapi kami bisa berjanji, malam ini juga, setelah makan malam, kami akan mengatakan keputusan kami. Kami harap saudara-saudara mendukung keputusan itu."

Terdengar suara para tamu saling berbisik dan bergumam tak jelas, lalu di sela-sela suara mereka tiba-tiba suara nyaring Zhang Sanfeng membuat suasana kembali tenang, "Bicara tentang makanan, *Pindao* sekarang ini merasa sangat lapar. Membicarakan politik selalu membuatku lapar."

Ucapannya yang berbau lelucon itu menimbulkan tawa di sana-sini. Ia kemudian menyuruh Yu Daiyuan supaya segera menyiapkan hidangan bersama murid-murid yang menjadi anak asuhnya.Karena menyiapkan hidangan bagi tamu sebanyak itu memerlukan waktu, Zhang Wuji memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajak Zhang Sanfeng, Yu Lianzhou, dan beberapa orang yang sudah disepakati sebelumnya untuk mengadakan rapat kecil di ruang meditasi kakek gurunya.

---

Di ruangan yang sangat sederhana itu, Zhang Sanfeng hanya ditemani oleh dua orang muridnya, Yu Lianzhou dan Zhang Songxi. Zhang Wuji tentu saja ditemani kedua istrinya, sedangkan Yin Liting dan Yang Buhui bersama murid-murid Wudang lainnya bertugas untuk menemani para tamu di Aula Utama. Selebihnya hanya Yang Xiao dan Fan Yao yang hadir dari pihak Ming Jiao.

Qi Shengniang yang duduk bersama dengan Zhang Wuji dan kedua istrinya segera membuka pembicaraan dengan berkata kepada Zhang Sanfeng, "Zhang Zhenren, sekali lagi Xiaomei harus minta maaf karena sejak tadi ada satu hal penting yang tidak bisa Xiaomei katakan di hadapan banyak orang. Itu semua karena Xiaomei tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu. Tapi sekarang Xiaomei bisa bicara dengan lebih bebas."

Ia memandang Zhao Min dengan isyarat mata yang sudah sangat dipahamimya. Yang terakhir itu segera menggandeng tangan Zhou Zhiruo, lalu mereka berdua membungkuk di hadapan Qi Shengniang dengan penuh hormat sambil menyapa, "Huanghou!"

Kecuali Zhang Wuji, Fan Yao dan Zhang Sanfeng, semua orang lain memandang sikap itu dengan mata terbelalak lebar.

"Huanghou?" seru mereka serempak.

Sambil tersenyum tipis dan membantu Zhao Min dan Zhou Zhiruo bangkit berdiri, Qi Shengniang menatap Zhang Sanfeng dengan penuh kekaguman. Ia berkata, "Kelihatannya Zhang Zhenren sudah menebak identitasku dengan tepat sebelumnya. Ini sungguh-sungguh mengagumkan."

"Ah, tidak, tidak," kata Zhang Sanfeng sambil tertawa dan mengelus janggutnya yang putih. "Sejak semula aku tahu kau bukan sekedar murid Ming Jiao biasa. Sikapmu tampak seperti mereka-mereka yang berasal dari keluarga bangsawan, tapi aku sama sekali tidak tahu bahwa kau adalah seorang permaisuri Dinasti Yuan ini."

Yu Lianzhou menatapnya lekat-lekat dengan penuh selidik, dan akhirnya ia menepuk dahinya sendiri sambil berseru, "Ah! Tentu saja! Kau adalah salah satu dari ketiga gadis yang menyelamatkan anak kecil di Jiangnan waktu itu. Pantas saja sejak tadi aku merasa pernah melihatmu sebelum ini."

Qi Shengniang tersenyum dan berkata, "Ingatan Yu Daxia sungguh luar biasa. Anak kecil itulah yang saat ini sudah menjadi Kaisar Toghon Temur."

Yu Lianzhou tercengang. Untuk beberapa saat ia tidak mampu berkata-kata. Akhirnya ia hanya bisa bergumam, "Jadi... jadi...?"

"Betul," lanjut Qi Shengniang. "Kami bertiga menyelamatkannya, bahkan menemaninya sampai ke Goryeo, karena dia akhirnya diasingkan ke situ. Setelah itu dia dipindahkan ke Yunnan, dan akhirnya ke Guangxi, kami tetap menemaninya. Peristiwa selanjutnya terlalu panjang untuk diceritakan saat ini." Ia kembali tersenyum dan berkata, "Jadi Xiaomei menepati janji kepada Yu Daxia untuk memastikan keselamatan anak itu."

Zhang Songxi yang punya pengamatan dan pengetahuan lebih baik memandang Yu Lianzhou dengan muka bertanya. "Er Ge, berarti saat itu kalian terlambat datang ke Jiangnan adalah karena peristiwa ini?" tanyanya.

"Betul," kata Yu Lianzhou. "Kami memang menyelamatkan anak kecil itu, dan bertemu dengan Nona Qi — maksudku yang sekarang adalah Qi Huanghou ini..."

Mendengar itu Zhang Songxi tidak bertanya lagi. Ia sudah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, tetapi terbayang di benaknya apa yang _mungkin_ terjadi jika seandainya Yu Lianzhou dan Yin Liting datang tepat waktu di Longmen Biaoju, yaitu sebelum Zhang Cuishan atau Yin Susu muncul di situ. Yang jelas peristiwa tragis yang menimpa Longmen Biaoju itu kemungkinan besar akan bisa dihindarkan. Tetapi sebagai akibatnya Zhang Cuishan juga tidak akan mengenal Yin Susu, dan akhirnya Zhang Wuji tidak akan dilahirkan di dunia ini.

Sampai di sini Zhang Songxi tidak berani menyimpulkan apakah hal itu lebih baik, karena ia sendiri dan semua saudaranya sangat menyayangi Zhang Wuji. Selain itu hingga saat ini keponakannya sudah melakukan hal-hal hebat yang sebelumnya tak pernah terbayangkan oleh mereka semua, dan rata-rata orang beranggapan tindakan itu sangat baik. Tanpa sadar rangkaian peristiwa masa lalu ini membuatnya terduduk sambil berpikir dalam tanpa mampu mengucapkan sepatah kata pun.

Qi Shengniang masih melanjutkan penuturannya tentang pengalaman mereka menyelamatkan anak kecil yang akhirnya menjadi Kaisar Toghon Temur itu sampai selengkap-lengkapnya, tanpa ada bagian yang disembunyikan.

Ketika mendengar bagian yang menyebutkan nama Mei Jian dan Ah Luo, Fan Yao bertanya, "Apa yang terjadi dengan mereka berdua?"

"Oh, mereka berdua masih tetap bersamaku sampai sekarang," jawab Qi Shengniang sambil tersenyum. "Mei Jian dan Ah Luo Shijie masing-masing melahirkan seorang anak perempuan untuk kaisar."

Yang Xiao melongo. "Mereka *juga* menjadi selir Toghon Temur?"

"Betul," jawab Qi Shengniang. "Aku tidak berani membayangkan apa yang terjadi seandainya tidak ada mereka berdua. Mungkin aku sudah lama mati." Matanya berbinar, lalu melanjutkan, "Kenapa? Jadi kau pikir seharusnya mereka menjadi *selirmu*, begitu ya?"

Saat itu Zhang Sanfeng tampak sedang memejamkan mata sambil berpikir dalam, ia sama sekali tidak terusik oleh pembicaraan mereka. Tetapi semua orang lain tercengang mendengar semua penuturan Qi Shengniang. Zhao Min memang sering mendengar Qi Shengniang menceritakan pengalamannya di masa muda, tetapi ia belum pernah mendengar sampai sedetil ini.

Melihat air muka Yang Xiao dan Fan Yao, Qi Shengniang tersenyum tipis dan berkata, "Aku tahu, di luar sana banyak orang menyamakan aku dengan Permaisuri Lu Zhi dari Dinasti Han[^empress-lu], atau bahkan dengan Wu Zetian. Jadi kalian sekarang takut kepada Xiaomei?"

[^empress-lu]: Lu Zhi (呂雉 atau 吕雉) adalah istri pertama pendiri Dinasti Han, Liu Bang, yang akhirnya menjadi permaisurinya setelah Dinasti Han berdiri.

Ia mendengar Fan Yao bertanya, "Apa yang terjadi sampai akhirnya mereka juga menjadi selir kaisar?"

Qi Shengniang tertawa dan berkata, "Er Shige, kalau aku harus menceritakan semua yang terjadi pada saat itu, kurasa kau akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mendengarkan ceritaku, padahal saat ini kita sedang ditunggu para tamu di Aula Utama. Untuk saat ini aku hanya bisa mengatakan bahwa Mei Jian Shijie sebenarnya sudah lama menyukaimu, tapi waktu itu kau sendiri sedang tergila-gila kepada Tajkis, dan sama sekali tidak memperhatikan dia. Padahal Tajkis memang tidak menyukaimu, dan akhirnya malah menikah dengan orang lain."

Dalam hati Fan Yao mengeluh. Ia baru teringat bahwa sejak remaja Qi Shengniang punya kebiasaan konyol jika membicarakan hal-hal semacam ini. Ia cenderung tidak mempertimbangkan perasaan orang lain, dan dengan polos mengatakan apa saja yang saat itu sedang melintas di benaknya.

Ketika Fan Yao sedang salah tingkah dan kehabisan akal, akhirnya Yang Xiao menyelamatkannya.

"Kau benar," kata Yang Xiao. "Kita memang ditunggu banyak orang. Jadi bagaimana kita akan menjawab pertanyaan mereka?"

Zhang Wuji berkata, "Kita tadinya punya dua kekaisaran yang baru terbentuk, tetapi karena peristiwa yang baru terjadi, maka pilihan kita hanya ada satu."

Yang Xiao menegaskan, "Maksud Jiaozhu adalah Dinasti Song yang baru itu, dan Han Lin'er sebagai kaisar yang *harus* diterima oleh semua pihak?"

"Betul," jawab Zhang Wuji.

Ruangan itu mendadak menjadi hening. Semua orang tampak sibuk dengan pikiran masing-masing yang tidak sungguh-sungguh sama. Zhang Sanfeng masih tetap memejamkan mata seperti sebelumnya. Sedikit pun tidak nampak terganggu oleh kehadiran mereka.

Setelah beberapa menit, akhirnya Zhang Songxi memecahkan keheningan dengan berkata, "Kurasa jawaban itu tidak akan bisa mereka terima. Selain itu pihak-pihak lain juga tidak akan menerimanya."

"Maksudmu orang-orang yang sudah mengumumkan diri sebagai raja, seperti Zhang Sicheng dan lainnya?" tanya Yu Lianzhou.

"Tentu saja," tegas Zhang Songxi.

Zhou Zhiruo berkata dengan nada tegas, "Memang *tidak mungkin diterima*."

"Mengapa?" tanya Zhang Wuji.

"Karena bagi mereka jika Han Lin'er menjadi kaisar, maka sebenarnya yang berkuasa adalah Liu Futong!" tandas Zhou Zhiruo.

"Zhou Furen memang benar," sahut Yang Xiao. "Tapi Liu Futong sekalipun belum tentu adalah pilihan yang buruk, jika dibandingkan dengan kekacauan yang terjadi sekarang ini."

Qi Shengniang menggelengkan kepalanya. "Kekacauan yang terjadi di dalam Dinasti Yuan sudah membuktikan bahwa pilihan seperti itu adalah *buruk*. Masalah yang sama juga terjadi di Dinasti sebelumnya. Contoh terbaik adalah Jia Sidao!"

Begitu ia menyebut Dinasti Yuan, semua orang baru teringat bahwa yang ada di tengah-tengah mereka saat itu adalah seorang Permaisuri Qi dari Dinasti Yuan. Sebelumnya mereka terbawa suasana karena sikap Qi Shengniang yang santai, dan merasa bahwa wanita itu hanya salah satu dari anggota Ming Jiao. Aneka macam pikiran melintas di benak semua orang, yang menyibukkan mereka sampai beberapa menit berikutnya.

Kali ini Zhou Zhiruo yang memecahkan keheningan. Ia berkata dengan muka sangat serius sambil menghampiri Zhang Wuji, "Wuji Gege, kali ini kau _harus_ mengambil langkah yang berani, karena kita tidak punya pilihan lain yang lebih baik. Kau *harus* mengambil alih kepemimpinan!"

Semua mata menatap ke arah Zhou Zhiruo dengan pikiran yang berlainan, tetapi tak seorangpun membantah ucapannya, sampai akhirnya Zhao Min berdiri dan berkata, "Langkah itu *tidak bisa* dilaksanakan, karena itu membuat Wuji Gege harus melanggar peraturan yang ditetapkannya sendiri."

Zhou Zhiruo bersikeras, "Jika keadaan memaksa, peraturan seperti itu bisa saja diabaikan, demi keselamatan rakyat!"

"Kalau Jiaozhu melanggar peraturan yang dibuatnya sendiri, siapa yang akan mendengarkan perintahnya?" balas Zhao Min tak mau kalah.

Semua orang di situ, kecuali Qi Shengniang, sudah pernah menyaksikan kedua wanita muda itu berkelahi dengan sengit, sampai akhirnya nyaris merenggut nyawa Zhao Min, karena itu mereka sama sekali tidak terkejut melihat keduanya kembali saling menantang, meskipun hanya sekedar berdebat.

Tetapi Qi Shengniang mengamati keduanya dengan penuh perhatian. Ia sudah mengenal Zhao Min sejak kecil, dan sudah kenal tabiatnya. Tetapi ia sangat terkejut melihat ketegasan dan kekerasan hati Zhou Zhiruo, yang sejak tadi selalu menunjukkan sikap tenang, ramah, dan sabar. Baru sekarang ia menyaksikan watak keras di balik sikap lemah lembut Zhou Zhiruo, yang justru mengingatkannya kepada dirinya sendiri di masa muda. Sekali lihat, Qi Shengniang bisa menebak dengan jitu alasan di balik perdebatan itu. Zhao Min yang dalam keseharian terlihat agresif ternyata tidak ingin mendorong Zhang Wuji menjadi seorang kaisar. Sebaliknya Zhou Zhiruo yang lemah lembut malah dengan ambisius mendorong suaminya ke arah itu. Zhang Wuji hanya ada satu, karena itulah mereka berdua saling tidak mau mengalah. Jika kalah berdebat, maka untuk seterusnya salah satu dari keduanya akan harus menjalani kehidupan yang sama sekali tidak diharapkan.

Qi Shengniang menghampiri keduanya dan dengan lembut berkata, "Sudahlah, akhirnya yang memutuskan persoalan ini tetap adalah Wuji Gege kalian." Ia menggandeng tangan kedua wanita itu untuk kembali duduk di sisi kiri-kanan Zhang Wuji sambil berkata, "Bibi Qi punya usul untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi kalian masing-masing harus bersedia mengalah, setidaknya untuk sementara."

Diam-diam ia melirik ke arah Zhang Sanfeng yang sampai sekarang masih tetap diam dengan mata terpejam, dan meskipun hanya sekilas ia sempat melihat kelopak mata orang tua itu bergerak sedikit, tetapi saat berikutnya kembali seperti semula. Dalam hati ia merasa kali ini bidikannya mengenai sasaran, tetapi ia tetap bersikap tenang dan pura-pura tidak tahu.

Zhang Wuji bertanya tanpa memberi kesempatan bagi Zhao Min maupun Zhou Zhiruo untuk kembali berdebat, "Bibi Qi punya saran apa? Sejak tadi Wuji memang menunggu saran dari Bibi."

Qi Shengniang berdiri tegak dengan anggun sambil memandang setiap orang yang hadir di situ, sementara Zhang Sanfeng masih tetap duduk di alas meditasinya sambil memejamkan mata seperti sebelumnya. Akhirnya ia menghela nafas dalam-dalam dan kembali menatap Zhang Wuji dengan lembut sambil berkata, "Wuji, memimpin sebuah negara tidak sama seperti memimpin Ming Jiao, meskipun ada kemiripan di dalamnya. Dari tempatku berdiri, aku melihat Dinasti Yuan di sebelah utara, sementara di selatan ada banyak kelompok kecil yang sudah mengumumkan diri sebagai negara sendiri. Ini tentu saja tidak bisa diabaikan. Sementara itu, dari tempatmu berdiri kau juga melihat wilayahmu itu ternyata terbagi-bagi dalam kelompok kecil yang *hanya kelihatannya bersatu*, tetapi ternyata bertikai sendiri, contoh nyata adalah peristiwa yang baru saja terjadi. Itu ditambah lagi dengan wilayah utara yang sampai saat ini masih tetap milik Dinasti Yuan, yang ingin kalian gulingkan." Ia berhenti sejenak, lalu mendekati Zhang Wuji sambil berkata lagi, "Aku ingin bertanya, *setelah itu*, kalian ingin menggantikannya dengan *apa*?"

Zhang Wuji agak kaget, ia tidak menyangka Bibi Qi yang sepintas lalu tampak santai dan gemar bercanda ini akan melontarkan pertanyaan setajam itu. Sebenarnya pertanyaan ini sudah lama ada di benaknya, dan sepanjang waktu ia masih selalu merenungkannya, tetapi sampai sekarang ia belum menemukan jawaban yang memuaskan. Jika orang menuntutnya untuk naik tahta sebagai seorang kaisar setelah Dinasti Yuan berhasil digulingkan, maka ia harus mengaku terus terang bahwa ia ternyata tidak mengerti apa-apa tentang memimpin negara. Bagaimana bisa menjadi kaisar? Justru inilah yang sekarang juga sedang dihadapinya, para tamu yang sedang menunggu jawaban itu sebenarnya sedang memaksanya menjadi kaisar, untuk mengakhiri pertikaian yang sekarang ini ada. Tapi apakah jika ia menjadi kaisar, pertikaian itu akan sungguh-sungguh berakhir dengan tuntas? Betulkah mereka mau mendengarkan seorang Zhang Wuji?

Ia menggelengkan kepala dan berkata, "Wuji justru mengharapkan bimbingan dari Bibi."

Qi Shengniang menjentikkan jari sambil berkata, "Baik! Bibi akan membantumu berpikir. Untuk sementara kau abaikan dulu soal Dinasti Yuan di utara. Sekarang kau perhatikan baik-baik daerah selatan yang sudah berhasil ditaklukkan para pemberontak. Maafkan Bibi kalau kau kurang menyukai istilah ini. Semua penguasa ini, mulai dari Zhang Sicheng, Liu Futong yang mengusung Han Lin'er, Xu Shouhui atau sekarang Ni Wenjun, apa menurutmu mereka akan mau *kau* pimpin? Jika tidak, lalu bagaimana kau akan mengatasinya?"

"Sampai saat ini, Liu Futong dan Han Lin'er masih mau mendengarkan kita. Tapi kalau Ni Wenjun, terus terang aku sangat meragukannya," jawab Zhang Wuji.

"Dan bagaimana dengan Xu Shouhui?" desak Qi Shengniang. "Dia mendengarkanmu?"

"Terbukti tidak," kata Zhang Wuji lagi.

"Betul," sela Yang Xiao. "Jika Xu Shouhui memang mendengarkan kita, maka Ni Wenjun dan Chen Youliang tidak akan berhasil melakukan pemberontakan."

"Bagus!" sahut Qi Shengniang. "Pengakuan yang jujur! Sekarang bagaimana dengan Zhang Sicheng?"

Zhang Wuji menggelengkan kepalanya lagi. "Aku tidak tahu. Sejauh ini kami merasa bahwa apa yang dia lakukan toh tidak bertentangan dengan perjuangan Ming Jiao, jadi kami juga tidak mengusiknya, dan mereka juga tidak mengusik kami."

"Wah, kau salah besar dalam hal ini," kata Qi Shengniang. "Sampai detik ini orang itu selalu menjadi kerikil besar di kakiku. Lama kelamaan kau juga akan merasakan hal yang sama. Dia menguasai produksi *garam* yang sembilan puluh persen dipakai oleh *kita semua*, warga Dinasti Yuan ini. Padahal garam adalah barang yang mahal. Menurutmu berapa jumlah pajak yang diterima negara dari tangannya?"

"Jauh dari seharusnya?" tebak Zhang Wuji.

"Tidak sampai sepuluh persen dari seharusnya!" tandas Qi Shengniang. "Dan sekarang dia sudah mengumumkan diri sebagai raja! Ini sungguh brengsek!"

Semua orang menatap Qi Shengniang dengan mata terbelalak lebar, kecuali Zhang Sanfeng.

"Bangsat ini tidak boleh dibiarkan!" omel Fan Yao dengan geram.

Qi Shengniang mendekatinya, lalu bertanya dengan tenang, "Lalu apa yang akan kau lakukan? Kau ingin meringkusnya?" Ia tersenyum tipis sambil melanjutkan, "Kau lupa, kalian sekarang ini bahkan tidak punya wilayah! Wilayah kalian hanya sekelumit kecil yang disebut Guangming Ding. Mengapa dia harus tunduk pada perintahmu?"

Diam-diam Yang Xiao kaget. Adik seperguruannya ini sangat berbeda dengan Qi Shengniang kecil yang manis dan lucu, lebih dari dua puluh tahun yang lalu, yang mereka temukan di Henan. Sekarang dia berubah menjadi Permaisuri Qi yang bisa mendikte banyak orang dengan mengandalkan otaknya yang cerdas.

Qi Shengniang kembali kepada Zhang Wuji dan berkata lambat-lambat, "Berarti bisa kita simpulkan Zhang Sicheng juga tidak akan menaati Ming Jiao. Dan aku berani taruhan, sebenarnya jika kau memerintahkan supaya Liu Futong merelakan wilayahnya menjadi negara bagian dari kekaisaran besar yang akan kalian dirikan untuk menggantikan Dinasti Yuan ini, dia juga tidak akan mau." Ia menyapu sekelilingnya dengan pandangan mata sebelum melanjutkan, "Berarti tak satu pun dari semua 'raja' ini akan mendengarkan perintahmu, jika itu menyangkut 'Siapa yang sebenarnya berkuasa di sini?'. Bukankah begitu?"

Ia tersenyum tipis menyaksikan betapa semua orang berpikir keras dengan serius ketika mereka sampai pada kesimpulan ini. Dalam suasana yang mendadak hening itu, ia kemudian berkata dengan suara halus, nyaris berbisik, "Tapi ada satu hal yang sangat mencengangkan, ternyata orang-orang yang sekarang menunggu di Aula Utama itu justru mendesakmu untuk memegang kendali atas semua orang ini. Mengapa?" Ia mendekatkan mukanya sambil menatap mata Zhang Wuji dalam-dalam, lalu berkata dengan mantap, "Pastilah karena mereka melihat sesuatu yang istimewa di dalam diri Zhang Wuji, yang tidak mereka temukan dalam diri semua orang lain itu."

Sampai di sini mata Zhou Zhiruo berbinar. Ia tak dapat menahan kedua sudut bibirnya untuk tersenyum lebar. Sebaliknya, Zhao Min mengomel dalam hati, "Sialan! Ternyata diam-diam Bibi Qi berpihak kepada Zhou Jiejie." 

Qi Shengniang melanjutkan uraiannya dengan tenang tetapi sangat serius, "Kurasa kita semua pasti pernah mendengar cerita tentang Liu Bang dan Xiang Yu. Pada saat itu semua orang tentu tahu bahwa pasukan Xiang Yu sangat kuat, selain jumlahnya juga jauh lebih banyak. Ia sendiri berasal dari kalangan bangsawan. Pendeknya dari segala sisi tidak hampir mungkin Liu Bang akan memenangkan perang, apalagi mendirikan Dinasti Han. Tetapi kenyataannya itulah yang terjadi." Ia tersenyum kepada Zhang Wuji sambil bertanya, "Menurutmu kenapa?"

Merasa ia sedang diuji, Zhang Wuji menjawab dengan tenang, "Xiang Yu memang kuat, tapi dia juga tega menghabisi dua ratus ribu pasukan Dinasti Qin yang sudah menyerah. Kekejaman seperti ini tidak bisa diterima banyak orang. Akibatnya rakyat tidak mendukungnya."

Qi Shengniang mengangguk senang, tetapi lalu berpaling kepada Zhou Zhiruo dan bertanya, "Dan menurutmu?"

"Wuji Gege benar," kata Zhou Zhiruo dengan mantap. "Rakyat pasti akan membandingkan Xiang Yu dengan Liu Bang yang saat itu sudah berhasil menaklukkan kota Xiang Yang, tapi tidak mengumumkan diri sebagai raja, dan juga tidak merampok rumah-rumah penduduk, memperkosa kaum wanita, atau menyulut kerusuhan, apalagi membunuh pasukan lain yang sudah menyerah."

"Huh!" dengus Zhao Min. "Siapa bilang tidak? Sebetulnya prajuritnya juga menjarah istana dan rumah-rumah penduduk, tapi kemudian berhasil dihentikan. Sebagian lagi juga memperkosa perempuan. Jadi memang sempat terjadi kerusuhan, meskipun akhirnya berhasil dikendalikan." Ekspresi mukanya melembut sebelum meneruskan, "Tapi soal menghabisi pasukan lain yang sudah menyerah, harus kuakui dia memang tidak akan melakukannya. Mungkin juga karena tidak punya cukup alasan untuk melakukannya."

Qi Shengniang menatapnya dengan penuh perhatian, lalu bertanya, "Baiklah, sekarang bagaimana menurutmu?"

Zhao Min memejamkan matanya sebagai tanda ia sedang berpikir keras, lalu menjawab dengan hati-hati, "Menurutku Wuji Gege dan Zhou Jiejie tidak sepenuhnya keliru. Kedua hal itu memang saling mendukung. Tapi yang dilihat rakyat sebenarnya adalah apa yang sengaja ditampilkan oleh Liu Bang, yaitu gambaran bahwa dia adalah 'orang baik'.Liu Bang sangat beruntung memiliki penasihat seperti Zhang Liang yang sangat cerdik. Di saat yang sama Zhang Liang juga sengaja menampilkan gambaran tentang kebengisan Xiang Yu. Orang seperti Xiang Yu sama sekali tidak tolol, dia membunuh orang sebanyak itu bukan tanpa alasan. Saat itu persediaan bahan makanan bagi pasukannya sudah tipis, padahal pasukan Qin di bawah komando Zhang Han yang menyerah itu tetap perlu diberi makan. Semuanya masih ditambah dengan permusuhan antara pasukannya dengan pasukan Qin itu sendiri. Akhirnya Xiang Yu merasa masalah itu bisa dibereskan dengan memusnahkan dua ratus ribu orang yang bermasalah itu, tanpa mempertimbangkan dengan baik akibatnya. Jadi ini semua hanya soal gambaran yang ditampilkan tentang Liu Bang dan Xiang Yu, dan gambaran itu sebenarnya tidak lengkap, karena banyak bagian yang sengaja ditutup-tutupi." 

"Luar biasa," kata Zhang Songxi. "Pengamatan Minmin sangat bagus. Memang sangat sedikit rakyat yang mengerti alasan Xiang Yu membunuh dua ratus ribu orang itu. Dan saat itu hampir tidak ada yang memperhatikan segala kelemahan Liu Bang, padahal hal-hal yang dianggap kecil itulah yang akhirnya menimbulkan masalah besar di sepanjang sejarah Dinasti Han. Tapi pada akhirnya kita tetap harus mengakui, apa yang sengaja ditampilkan itulah yang membuat Liu Bang berhasil memenangkan hati rakyat."

Sepasang mata Qi Shengniang berbinar ketika mendengar ucapan Zhang Songxi. "Zhang Sixia benar," katanya. "Tapi di sini apa yang dilihat orang tentang Zhang Wuji bukan seperti apa yang dilihat rakyat di masa lalu tentang Liu Bang. Masalahnya adalah, rakyat masih belum mengenal Zhang Wuji dengan baik, bukan karena ada bagian yang ditutupi. Jadi sekarang aku, Qi Shengniang, ingin bertaruh besar-besaran, mempertaruhkan segala yang kumiliki, dengan mempercayai penilaian semua orang yang saat ini sedang menunggu kita di luar itu." Ia membungkuk hormat kepada Zhang Songxi. "Terima kasih Zhang Sixia telah mencerahkan pikiran dan hatiku."

Dengan segala keanggunannya, meskipun saat itu ia hanya mengenakan busana sangat sederhana dari bahan kasar, Qi Shengniang berkata dengan muka serius, "Wuji, malam ini juga Bibi Qi bisa mengatakan kepadamu, perjuangan kalian untuk menumbangkan Dinasti Yuan akan segera berakhir dengan kemenangan. Syaratnya hanya satu, yaitu kau harus bersedia memimpin dinasti yang baru sebagai kaisar. Tidak perlu terjadi peperangan lagi."