Sebelum fajar menyingsing, Zhang Wuji memimpin seratus pasukan berkuda, diiringi para pendekar menuju Xiangyang. Zhou Zhiruo dan Zhao Min duduk di kereta baru, dikawal ketat.
Di dalam kereta, Zhao Min menguap lalu terkekeh, "Sayang sekali 'Huanghou' kita belum sempat menikmati malam pengantin." Zhou Zhiruo mencubitnya, memperingatkan untuk tidak main-main dengan sebutan itu. Zhao Min hanya tertawa, yakin Qi Shengniang punya rencana. Zhou Zhiruo hanya bisa menggelengkan kepala, mengakui kecerdasan anak itu. "Kau akrab sekali dengan Bibi Qi."
"Tidak juga," jawab Zhao Min, lalu mengeluarkan belati pemberian Bibi Qi mereka saat ia berusia menjelang dua belas tahun di istana. Ia mengenang hadiah busur panah yang masih tersimpan di Henan, tempat yang belum ia kunjungi sejak meninggalkan keluarganya.
Zhou Zhiruo bertanya lembut, "Meizi, kau tidak merindukan keluargamu?"
Zhao Min menghela napas, mengakui kerinduannya pada ibunya, meskipun hubungan mereka tidak terlalu dekat. Ia tersenyum pahit mengingat ayahnya yang dulu memanjakannya namun kini mencoretnya. Ia juga menyinggung Wang Baobao yang menyayanginya tapi tidak berani menentang ayahnya, yang kini berada di Jiangnan. Zhao Min menjelaskan bahwa meskipun bukan anak kandung, Wang Baobao akan mewarisi jabatan ayahnya. Ia juga meluruskan kesalahpahaman Zhou Zhiruo tentang gelar Junzhu-nya, yang ternyata pemberian kaisar dan terpisah dari statusnya di keluarga ayahnya. Ia mengakui sengaja meminta orang lain tidak memanggilnya Junzhu demi melindungi Zhang Wuji dari tuduhan bersekutu dengan Dinasti Yuan, menyayangkan pengaruh ajaran Peng Yingyu yang membakar kebencian pada bangsa Mongol.
Zhou Zhiruo terdiam, merenungkan pengorbanan gadis manja ini demi Zhang Wuji. Tak lama kemudian, Zhao Min tertidur di pangkuannya, terlelap oleh ayunan kereta. Zhou Zhiruo menjaganya hingga ia sendiri pun tertidur, baru terbangun saat kereta memasuki jalan berbatu di sebuah desa kecil saat matahari mulai meninggi. Penduduk desa menyambut mereka ramah, memanggil "Furen, Furen!"
Mereka berhenti, dan Zhou Zhiruo serta Zhao Min turun menemui para wanita yang membawa roti dan *mantou* sebagai hadiah. Mereka berbagi makanan dengan para pengawal. Seorang wanita setengah baya menyampaikan dukungan desa pada perjuangan Zhang Wuji dan keinginan para pemuda untuk bergabung.
Zhang Wuji turun dari kuda, mencegah penduduk membungkuk hormat. Seorang pria tua memuji kebaikan hati Zhang Wuji, berbeda dengan kekejaman anggota Hongjin Qiyi yang sering merampok dan bahkan memperkosa penduduk.
Zhang Wuji sangat terkejut. "Paman, para anggota Hongjin Qiyi sangat dekat dengan kami. Jika paman mendengar atau melihat sendiri mereka melakukan sesuatu yang jahat, tolong segera laporkan kepada kami. Kami sedang menuju ke kota Xiangyang. Mulai sekarang Xiangyang akan menjadi markas kami, di samping Guangming Ding."
Yang Xiao dan Fan Yao mendengarkan dengan seksama laporan para penduduk. Para pemuda desa dengan semangat meneriakkan dukungan untuk Zhang Wuji dan menentang Hongjin Qiyi, bahkan mengikuti rombongan mereka dengan membawa cangkul.
Saat melanjutkan perjalanan, Zhao Min dan Zhou Zhiruo berkuda di sisi Zhang Wuji. Dengan tegas Zhang Wuji memerintahkan Yang Xiao dan Fan Yao untuk tidak menolerir kekejaman seperti yang dilakukan Hongjin Qiyi dan kelompok lain, maupun kekerasan terhadap orang Mongol, baik sipil ataupun militer.
Perjalanan santai dari Wudang ke Xiangyang, sambil menyapa penduduk desa yang antusias menyambut nama Zhang Wuji dan Ming Jiao, memakan waktu lebih dari dua hari. Jumlah pengikut mereka terus bertambah, terutama para pemuda petani. Sesuai instruksi Qi Shengniang, Zhou Zhiruo dan Zhao Min bersikap ramah, menyapa penduduk dari jendela kereta. Dukungan meluas, dan setiap kali mereka berhenti, semakin banyak orang bergabung. Perbekalan awal habis sebelum tengah hari, namun para petani yang ingin bergabung berlomba-lomba menyumbangkan makanan.
Kabar pemberontakan di Hanyang menyebar, memicu berbagai spekulasi dan kecaman terhadap Ni Wenjun. Menjelang senja, rombongan mereka telah mencapai ribuan orang. Zhang Wuji mengingatkan semua orang untuk menjaga ketertiban. Setelah menyusuri Sungai Han, mereka tiba di sebuah tempat yang membuat jantung Zhou Zhiruo berdebar kencang. Ia tersenyum lebar, merentangkan tangan ke langit, lalu turun dari kudanya sambil menatap Zhang Wuji.
"Wuji Gege, Han Jiang![^han-jiang]" katanya dengan gembira.
[^han-jiang]: Han Jiang (汉江) atau Sungai Han adalah cabang atau anak sungai dari Sungai Yangtze, sungai terpanjang di Asia. Sungai Han sendiri adalah anak sungai terpanjang dari Sungai Yangtze.
Zhang Wuji bergegas turun dari kuda, lalu berjalan di sisi Zhou Zhiruo. Zhao Min yang ikut di belakangnya tidak bisa memahami apa yang membuat Zhou Zhiruo tampak begitu gembira. Hanya Zhang Wuji yang tahu apa yang ada di benak Zhou Zhiruo. Di tempat inilah mereka untuk pertama kalinya bertemu. Ia sedang bersama dengan Zhang Sanfeng, hendak kembali ke Wudang, pulang dari perjalanan mereka yang sia-sia ke Kuil Shaolin untuk memohon ijin kepada Kongwen Dashi untuk mempelajari tenaga dalam yang bisa menyembuhkan luka dalamnya. Di sini juga mereka bertemu dengan Chang Yuchun. Dan di tempat inilah ayah Zhou Zhiruo tewas dianiaya oleh prajurit Dinasti Yuan, yang dipimpin oleh sejumlah biksu Tibet.
Zhang Wuji mengerti kenapa saat ini perasaan Zhou Zhiruo campur aduk, tetapi ia tidak bisa memahami apa yang membuat istrinya tampak begitu gembira. Tanpa malu-malu Zhou Zhiruo bersandar manja di dadanya, dan melingkarkan kedua tangan di pinggangnya.
Zhao Min mendengus. "Tak tahu malu!" omelnya, tapi sambil tersenyum. "Rupanya ini tempat kenangan kalian sejak kecil ya? Pantas saja kau begitu gembira."
"Saat itu Wuji Gege sangat lemah, kena pukulan Xuanming Er Lao," kenang Zhou Zhiruo. "Tapi coba lihat sekarang, dia sekuat kuda jantan!"
Zhang Wuji terkenang wajah cantik Zhou Zhiruo kecil yang tampak enggan berpisah dengannya di tepian sungai ini, tepat di tempat yang sama seperti sekarang, ketika Zhang Sanfeng membawanya ke Wudang, dan dia sendiri harus ikut bersama Chang Yuchun ke Lembah Kupu-kupu untuk menemui Hu Qingniu.
Ia mencium kening Zhou Zhiruo sambil berkata, "Mungkin ayahmu memberkati kita, karena itu aku selamat."
Zhao Min meregangkan otot-ototnya sambil memghirup udara segar banyak-banyak. Ia melihat Fan Yao sedang berjalan ke arah mereka, lalu melambaikan tangan memanggilnya, "Shifu, Shifu, mereka menganiaya aku!"
Zhang Wuji dan Zhou Zhiruo tertawa. "Fan Youshi, tolong katakan kepada semua orang, kita bermalam di sini saja. Tempat ini sangat indah. Tapi di mana kita mencari makan malam untuk orang sebanyak ini ya?"
Mereka berjalan kembali ke arah kereta, di mana para prajurit sedang berkumpul sambil minum air yang mereka ambil dari sungai itu. Zhao Min masuk ke dalam kereta dan keluar lagi sambil membawa busur dan anak panah.
"Soal makan malam, gampang saja, serahkan kepadaku," katanya. Ia berkata kepada para pengawal yang sedang beristirahat itu, "Kalian semua, ikut aku! Kita akan bersenang-senang sebentar sebelum gelap!"
Ia melompat ke atas kudanya, lalu menarik tali kekangnya dengan gembira. Kuda itu meringkik sambil menaikkan kaki depannya, seakan-akan merasakan kegembiraan Zhao Min, lalu lari berputar beberapa kali mengelilingi para prajurit.
"Xiao Furen, kita mau ke mana?" tanya salah seorang dari mereka.
"Mencari makan malam," jawab Zhao Min sambil menyeringai lebar. "Kita berburu!"
Ajakan itu disambut dengan sorak-sorai oleh para prajurit. Mereka menaiki kuda masing-masing dengan gembira, lalu mengikuti Zhao Min memasuki hutan.
Keahlian memanah Zhao Min membuat mereka sangat kagum. Dalam waktu singkat rombongan itu berhasil mengumpulkan sepuluh ekor babi hutan yang gemuk-gemuk, puluhan ekor ayam dan angsa liar. Hutan itu ternyata sangat kaya akan binatang buruan. Tak sampai setengah jam mereka sudah siap kembali ke perkemahan yang mereka dirikan di tepi sungai.
Tiba-tiba mata Zhao Min yang tajam melihat seekor kuda merah yang sedang berdiri di bawah sebuah pohon pinus. Kuda itu tidak berpelana, tampaknya seekor kuda liar. Ia memberi isyarat kepada pasukannya untuk berhenti dan bersikap tenang sambil mengawasi kuda itu baik-baik dari kejauhan. Saat itu kilau matahari senja membuat warna bulu kuda itu sangat memukau. Salah seorang prajurit berkata, "Xiao Furen, itu kelihatannya seperti Kuda Ferghana milik Kaisar Wu dari Dinasti Han yang sering diceritakan orang. Pendekar Besar Guo Jing juga memiliki kuda seperti ini. Kata orang, kudanya muncul begitu saja entah dari mana. Saat itu tak seorang pun mampu menungganginya, hanya Pendekar Guo sendiri yang berhasil menjinakkannya."
"Hm!" Zhao Min tersenyum lebar. "Begitukah? Tiba-tiba aku merasa kuda ini sengaja menungguku di sini."
Ia turun dari kuda tunggangannya, lalu pelan-pelan mulai bergerak mendekati kuda merah itu. Kuda itu berbalik ke arahnya, lalu balas menatapnya lekat-lekat. Zhao Min makin mendekat dengan hati-hati, lalu mulai mengajaknya bicara. Para prajurit saling pandang dengan heran, tapi tak seorang pun berani berkomentar.
Zhao Min membalas tatapan kuda itu dengan tenang. Ia berbisik dari jarak sekitar lima meter, "Tenang, Kawan... Santai saja, aku bukan musuhmu. Aku tahu kau sudah lama menungguku di sini, kan? Sekarang aku datang, jangan takut."
Kuda itu mundur selangkah, lalu menyepak-nyepak dengan kaki belakangnya. Tiba-tiba ia meringkik panjang sambil mengangkat kaki depannya, kemudian kembali menatap Zhao Min dengan curiga.
"Hati-hati, Xiao Furen!" seru salah seorang prajurit. "Kuda itu sangat liar!"
Zhao Min menatap mata kuda merah itu sampai lama sekali. Lalu tiba-tiba ia melompat secepat kilat menaiki punggungnya, dan langsung memeluk lehernya erat-erat. Kuda merah itu meronta liar sambil menggerak-gerakkan kepalanya untuk melepaskan pelukan Zhao Min, tetapi usahanya gagal. Ia lalu bergerak mendadak sambil menghentak-hentakkan kaki depannya dan berdiri setegak mungkin menggunakan kaki belakangnya untuk menjatuhkan Zhao Min, tetapi setelah satu-dua menit usahanya tetap gagal. "Bagus, bagus!" bisik Zhao Min sambil tetap memeluknya erat-erat. "Kau ingin berkenalan, aku akan melayani keinginanmu."
Berikutnya kuda itu menyentakkan kaki belakangnya bergantian untuk melontarkan Zhao Min dari punggungnya, tetapi kedua kaki Zhao Min menjepit perutnya kuat-kuat. Ia menjadi penasaran, lalu mendadak melompat ke depan beberapa kali dengan gerakan mengejut, tetapi Zhao Min tetap memeluknya sekuat tenaga sambil menjepit perutnya dengan menggunakan kakinya. Setelah kira-kira sepuluh menit, Zhao Min mulai berkeringat. Ia hampir menyerah, tenaga kuda merah ini kuat sekali. Tetapi ia tetap berbisik dengan lembut ke telinga kuda itu, "Semakin kuat kau berontak, aku semakin menyukaimu. Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu, Kawan!"
Pergumulan itu masih berlangsung sekitar dua menit lagi, dan akhirnya kuda merah itu berhenti meronta. Ia mulai berjalan berkeliling dengan tenang dan anggun sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Pelan-pelan Zhao Min mengendurkan pelukannya, dan kuda itu berlari dengan tenang mengelilingi para prajurit tanpa berusaha melontarkan Zhao Min dari punggungnya lagi. Saat itu Zhao Min tahu, mulai sekarang kuda ini adalah miliknya, dan tidak akan pernah meninggalkannya seumur hidup.
Sorak-sorai para prajurit bergema di hutan itu untuk mengelu-elukan Zhao Min. Kuda itu masih berlari dua putaran lagi mengelilingi para prajurit dengan anggun, lalu berhenti di bawah sebuah pohon besar. Zhao Min mengelus-elus lehernya dengan penuh perasaan, dan menepuk-nepuk punggungnya dengan bangga, lalu turun dari punggung kuda barunya. Kuda itu mendekatkan mukanya ke muka Zhao Min, lalu menjilat pipinya.
Matahari mulai menghilang sebagian di ufuk barat ketika mereka kembali ke tepi sungai. Zhao Min menunggangi kuda merahnya dengan bangga sambil menenteng busurnya. Semua orang terpesona menyaksikan pemandangan itu dari kejauhan. Zhou Zhiruo langsung mengajak semua orang menyalakan api unggun untuk memasak semua binatang buruan itu, mereka membersihkan semuanya di sungai.
"Untuk urusan begini kau memang hebat," katanya dengan gembira. Ia sama sekali tidak memperhatikan kuda yang ditunggangi Zhao Min, karena ia memang tidak terlalu mengenal kuda. Baginya kuda itu tampak sama saja seperti kuda-kuda lainnya.
Tetapi Fan Yao segera tahu bahwa kuda merah itu adalah seekor kuda liar yang baru ditaklukkan Zhao Min. Saat itu Zhao Min sudah turun dari punggungnya, tetapi kuda itu masih terus mengikutinya kemanapun ia pergi.
"Kuda hebat!" puji Fan Yao sambil mengelus punggung kuda itu. "Di mana kau menemukannya?"
Zhao Min menyeringai lebar sambil berkata, "Sepertinya kami sudah lama kenal, dia menungguku di bawah pohon. Aku mengajaknya berolahraga sebentar." Ia berjalan mendahului ke tepi sungai, lalu menepuk punggung kuda itu sambil berbisik ke telinganya, "Hong Ma, kau pasti haus! Sekarang kau boleh minum sepuasnya."
Seolah mengerti kata-katanya, kuda itu berjalan dengan anggun ke tepi sungai untuk minum sepuasnya. Setelah itu ia kembali lagi ke dekat Zhao Min, dan membiarkan lehernya dipeluk sambil menjilat pipi Zhao Min.
Salah seorang prajurit membawa segerobak penuh rerumputan segar yang baru mereka kumpulkan untuk memberi makan kuda. Zhao Min mengambil sedikit, dan menyuapkannya ke mulut kuda merahnya. Kuda itu tampak gembira, ia makan dengan lahap. Sambil mengelus kepalanya Zhao Min berbisik, "Sekarang kau boleh mencari sendiri makanan kesukaanmu dan makan sepuasnya. Jangan lupa kembali ke sini, ya?"
Seperti memahami maksud majikan barunya, kuda merah itu mulai berjalan ke pinggiran hutan dan merumput di situ "Kelihatannya kuda itu sangat cocok dengan Junzhu," kata Fan Yao. "Kalian berdua sepertinya saling memahami."
Beberapa prajurit mendekat sambil tertawa. "Fan Youshi, kau harus melihat bagaimana Xiao Furen menaklukkan kuda itu tadi. Rasanya tak ada orang sanggup melakukannya. Ini seekor Kuda Ferghana, seperti kuda milik Kaisar Wu!"
"Dan juga kuda Pendekar Besar Guo!" sambung Yang Xiao. "Ini sungguh pertanda bagus, kita sedang menuju ke Xiangyang, dan Junzhu menemukan kuda Pendekar Besar Guo Jing!"
Mereka semua tentu saja tahu, Guo Jing dianggap sebagai pahlawan besar yang mempertahankan kota Xiangyang di masa lalu. Kubilai Khan memang akhirnya menaklukkan Xiangyang, tetapi ia juga sangat menghormati Guo Jing.
"Yang jelas kita bukan bermaksud menyerang Xiangyang," kata Zhang Wuji. "Terus terang saja, aku sampai saat ini masih belum tahu pasti apa yang akan kita kerjakan di situ. Aku hanya ingin berada di dekat Hanyang untuk mencegah Chen Youliang melakukan tindakan yang merugikan semua orang. Ini pun sampai sekarang aku masih ragu, sebenarnya apa yang bisa kita lakukan di situ."
Para pendekar yang hadir di situ merasa geram. "Mengapa kita tidak langsung saja menduduki Hanyang? Bukankah Chen Youliang baru mengambil alih Jiangxi dan Fujian, kemungkinan besar dia tidak ada di Hanyang. Takut apa sih?" tanya Tang Wenliang.
"Ini tidak bisa," sahut Yang Xiao. "Bukan soal takut atau tidak. Saat ini Chen Youliang justru dianggap sebagai pahlawan besar yang menyelamatkan Xu Shouhui dari pemberontakan, tidak peduli apapun juga anggapan kita tentang peristiwa itu. Rakyat justru melihatnya demikian. Jika kita sembarangan bergerak, bukankah kita akan dianggap perusuh yang ingin menggulingkan pemerintahan?"
He Taichong bertanya dengan heran, "Bukankah mereka semua tunduk kepada Zhang Jiaozhu?"
Fan Yao menjawab, "Xu Shouhui sendiri berasal dari Hongjin Qiyi. Kelompok ini memang dekat dengan Ming Jiao, dari sisi ajaran agama. Tetapi pada prakteknya mereka tetaplah bukan berasal dari satu organisasi yang sama, jadi kita tidak punya kendali langsung atas gerakan mereka. Xu Shouhui tetap memelihara hubungan baik dengan Zhang Jiaozhu dan kami semua, tetapi nyatanya dia menolak usulan kami mengenai Chen Youliang. Saudara-saudara, kami harap kita semua bisa menahan diri dan menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Ini tidak sama seperti mengatasi permasalahan di perguruan silat kita masing-masing."
Tang Wenliang berkata, "Jika melihat rombongan kecil kita ini ternyata berhasil mengumpulkan begitu banyak pengikut dalam waktu singkat, aku tetap yakin Zhang Jiaozhu pasti bisa menyatukan semuanya."
Zhang Wuji berkata, "Katakanlah kita memang berhasil mengumpulkan dukungan rakyat jelata, lalu bagaimana? Ini justru membuatku sangat kuatir. Masa kita tega mengorbankan rakyat untuk melawan orang semacam Chen Youliang? Ini semua akan menimbulkan perang, dan aku punya firasat akan berkembang menjadi perang yang cukup besar. Yang kita perlukan adalah militer yang terlatih, jangan mengorbankan rakyat."
Zhou Dian yang sejak kemarin lebih banyak diam sekarang mulai bicara, "Jiaozhu, mengapa kita tidak menangkap Chen Youliang dengan memakai cara orang-orang Jianghu? Dengan begitu kita tidak usah memikirkan soal militer segala."
Zhang Wuji tertawa. "Zhou Dage punya ide, sekarang dia ada di mana?" tanyanya.
Tiba-tiba Wei Yixiao ikut bicara, "Hei, kurasa ini tidak sulit diselidiki. Kalau Jiaozhu mau, aku bisa menyelidikinya."
Zhou Dian menepuk lututnya sendiri sambil tertawa girang. "Setuju! Biar aku ikut denganmu, kita akan melaporkan penemuan kita ke Xiangyang. Kau tahu markas kita, kan?"
"Baik!" kata Zhang Wuji. "Sekarang juga aku mengutus Zhou Dage dan Wei Fuwang untuk menyelidiki di mana Chen Youliang berada. Kalau ketemu, segera kirimkan kabar ke Xiangyang. Aku akan segera meluncur ke situ bersama para pendekar sekalian, tapi jumlah orang yang ikut tidak boleh terlalu banyak, supaya tidak menarik perhatian."
"Siap!" kata Zhou Dian dengan gembira. Ia memang sudah menunggu-nunggu perintah semacam ini.
"Kurasa Wu Zhanglao bisa ikut bersama mereka," kata Zhang Wuji lagi. "Dari Hanyang ke Jiangxi, lalu ke Fujian, itu bukan tugas ringan. Tugas seperti ini sangat sesuai dengan para anggota Kai Pang."
Wu Zhanglao berkata, "Aku akan menempatkan banyak anggota Kai Pang di titik penting, supaya kita semua bisa selalu saling berhubungan."
Ia segera berangkat malam itu juga bersama dengan Wei Yixiao dan Zhou Dian.
Setelah mereka pergi, Tang Wenliang mengepalkan tinjunya sambil berkata, "Akhirnya kita beraksi juga. Aku sudah tidak sabar untuk menghajar keparat itu!"
"Nah, nah!" kata Fan Yao sambil tertawa. "Kita jangan gegabah. Keparat itu justru jauh lebih licin dibandingkan gurunya."
"Bisa bertahan sampai sekarang setelah gurunya mati, bahkan akhirnya menjadi panglima perang, jangan ditanya lagi!" sahut He Taichong.
Zhao Min mengambil persediaan kacang rebus dari dalam kereta dan membagi-bagikannya. Ia berkata, "Apa yang akan kita lakukan setelah menemukannya?"
"Kurasa kemungkinan besar dia dikawal ketat, itupun jika kita memang berhasil menemukannya," kata Fan Yao.
"Orang memandangnya sebagai pahlawan, apa menurutmu dia masih perlu menghindari Zhang Jiaozhu?" tanya He Taichong.
"Dia pasti menghindari Jiaozhu," sela Yang Xiao. "Mungkin saja dia bisa mengelabuhi rakyat, tetapi dia tahu jelas bahwa kita semua bisa menduga apa yang terjadi sebenarnya, meskipun kita tidak punya bukti. Setelah apa yang dilakukannya di Shaolin, nyatanya dia memang selalu menghindari bertemu langsung dengan kita. Orang-orang seperti Xu Shouhui adalah tempat perlindungan yang baik untuk dia."
Saat itu Zhou Zhiruo datang bersama beberapa prajurit sambil membawa sepanci raksasa ubi rebus, dan beberapa ekor ayam hutan dan angsa panggang yang baru matang. "Wah, aromanya harum sekali!" kata Zhao Min sambil mematahkan paha angsa dan mengambil sebuah ubi yang cukup besar. "Aku sangat lapar."
Setelah membagi-bagikan daging angsa dan ayam hutan itu, Zhou Zhiruo memanggil seorang prajurit untuk membawa arak. "Daging babi hutan agak lama, jadi untuk sementara ini dulu, sekedar untuk mengganjal perut," katanya.
Dari tempat mereka duduk, aroma daging babi hutan yang dibakar telah tercium. Semua orang memuji masakan Zhou Zhiruo. "Kalau ada Zhou Furen kita tidak perlu takut kelaparan," kata He Taichong sambil mengunyah ayam bakar berbumbu.
"Aku sempat membawa sedikit bumbu," kata Zhou Zhiruo senang. "Ini tidak terlalu sulit. Ketua He memujiku berlebihan."
Tang Wenliang yang masih bernafsu untuk membalas dendam kepada Chen Youliang mengembalikan topik pembicaraan mereka seperti semula, "Baiklah, katakanlah dia sengaja menghindari kita semua, terutama sekali Zhang Jiaozhu. Tapi jika Wei Yixiao berhasil menemukan jejaknya, lalu apa yang harus kita lakukan?"
"Inilah sebabnya sejak tadi aku selalu mengatakan supaya kita berhati-hati," kata Fan Yao. "Tadi Jiaozhu berpesan supaya Wei Yixiao dan Zhou Dian segera mengirimkan kabar, supaya kita bisa langsung menuju ke tempat itu. Mereka tidak akan sembarangan bergerak, supaya Chen Youliang tidak curiga, dan pindah ke tempat lain. Istana Xu Shouhui di Hanyang itu jauh lebih sederhana jika dibandingkan dengan istana kekaisaran Dinasti Yuan. Jika Chen Youliang berada di tempat lain, pastilah tempat itu jauh lebih sederhana lagi. Bagi kita semua, melumpuhkan para pengawalnya sama sekali bukan tugas yang berat. Kita pasti akan bisa membuatnya berhadapan langsung dengan Jiaozhu."
"Dan setelah itu?" tanya Zhao Min. Ia menoleh kepada Zhang Wuji dengan pandangan bertanya. "Setelah itu, apa yang akan kau lakukan? Membunuhnya?"
"Tentu saja tidak," jawab Zhang Wuji mantap. "Bagaimana pun juga, Chen Youliang saat ini adalah seorang panglima perang yang bagus, mengapa aku harus membunuhnya? Pertama-tama aku ingin minta penjelasan mengenai apa yang sebenarnya terjadi, dan aku yakin dia akan mengatakannya pada saat itu."
"Bagus," kata Zhao Min. "Katakanlah dia mengakuinya. Dia mengakui perbuatannya menghasut pemberontakan, seperti dugaan kita. Selanjutnya bagaimana? Kau akan mengumumkannya kepada rakyat Tianwan, dan mengembalikan kekuasaan Xu Shouhui, lalu menghukum Chen Youliang?"
Sebetulnya Zhang Wuji masih memikirkan apa tepatnya yang harus dilakukannya kepada Chen Youliang, dan ia masih belum pasti. Tapi setelah Zhao Min mengatakan kalimat terakhir itu, semua orang serempak mengatakan hal yang sama.
"Tepat sekali, itu yang kupikirkan!" tandas He Taichong.
"Xiao Furen sangat tegas, itu yang harus kita lakukan," kata Tang Wenliang.
Yang Xiao dan Fan Yao tidak mengatakan apa-apa, tetapi mereka juga mengangguk tanda setuju.
"Memang kira-kira begitu," kata Zhang Wuji. "Kau punya pendapat lain?"
"Kau sudah tahu sekarang ini Xu Shouhui ada di mana?" tanya Zhao Min.
"Kita kan sudah tahu bahwa Chen Youliang mencegahnya memindahkan ibukota ke Jiangxi," kata Zhang Wuji. "Meskipun kita belum menerima kabar, aku yakin saat ini dia masih di Hanyang."
Tepat pada saat itu, seorang pengemis mendatangi tempat mereka duduk, lalu langsung memberi hormat kepada Zhang Wuji sambil berkata, "Zhang Jiaozhu, Zaixia diutus oleh Wu Zhanglao untuk menyampaikan kabar terakhir mengenai keberadaan Xu Shouhui. Kami berpapasan dengan beberapa orang anggota kami, dan menurut mereka saat ini Xu Shouhui berada di Jiangxi."
"Ah!" seru Zhang Wuji kaget. "Siapa yang mengawalnya?"
"Kami belum tahu pasti," jawab anggota Kai Pang itu.
Fan Yao berkata, "Baiklah, saudaraku, kau pasti lelah, silakan beristirahat sambil makan malam bersama para prajurit itu. Nanti kami akan memanggilmu lagi."
Pengemis itu membungkuk hormat dan mengundurkan diri.
Zhang Wuji tampak gelisah. Ia bangkit berdiri, lalu mondar-mandir sambil berpikir keras, lalu seakan-akan berkata kepada dirinya sendiri, "Sudah jelas Chen Youliang tidak mau memindahkan ibukota ke Jiangxi, ini tandanya dia merasa terancam jika berada di dekat Xu Shouhui. Mengapa masih ngotot mengejarnya ke situ?"
Yang Xiao berkata, "Dia jelas sekali ingin memulihkan wibawanya sendiri. Ini wajar saja."
Tiba-tiba Zhou Zhiruo bertanya, "Yang Zuoshi, kau pikir dia mampu melakukannya?"
Sebelum Yang Xiao sempat menjawab, Tang Wenliang mendahuluinya, "Dilihat dari apa yang terjadi, dia sudah pasti tidak akan mampu melawan Chen Youliang. Jadi tindakannya ini konyol."
"Betul," tambah He Taichong. "Kalau aku jadi dia, aku akan pura-pura bodoh dan tetap tinggal di Hanyang sambil menunggu kesempatan untuk membalas."
Tampaknya baik Yang Xiao maupun Fan Yao juga menyetujui pendapat itu.
Zhou Zhiruo lagi-lagi bertanya kepada Yang Xiao, "Menurutmu bagaimana sebenarnya pemerintahan Xu Shouhui selama ini di Tianwan?"
Yang Xiao tidak segera menjawab, ia bertukar pandang dengan Fan Yao sambil tersenyum.
Fan Yao berkata, "Xu Shouhui punya pandangan seperti kami semua di masa muda, yang semalam dikatakan Qi Shimei, yaitu 'Merampok orang kaya untuk membantu orang miskin', karena itulah dia sangat populer dan disukai rakyat Tianwan, terutama sekali di kalangan menengah ke bawah. Selama ini, prinsip inilah yang diterapkannya untuk mengelola negara."
"Berarti sebenarnya dia kaisar yang baik," kata Zhang Wuji.
Hampir semua orang mengangguk setuju mendengar komentarnya.
Tetapi Zhao Min berkata, "Itu tergantung bagaimana kau melihatnya."
Semua orang menoleh kepadanya dengan pandangan bertanya. Zhang Wuji bertanya, "Apa maksudmu?"
"Dengan prinsip itu, dia langsung menjadi musuh bagi orang-orang kaya di Tianwan," jawab Zhao Min dengan tenang. "Aku sama sekali tidak heran jika nantinya kita menemukan fakta bahwa Chen Youliang selama ini justru mendekati orang-orang kaya untuk mendukungnya menumbangkan kekuasaan Xu Shouhui. Aku hampir pasti inilah yang dilakukannya."
Zhou Zhiruo tampak termenung sambil menganggukkan kepala tanda mengerti. Kesimpulan Zhao Min itu membuat keadaan menjadi hening selama beberapa menit. Lalu Zhou Zhiruo kembali berkata lambat-lambat, "Ini berarti, kalaupun tidak dihasut oleh Chen Youliang, cepat atau lambat pasti akan ada pemberontakan yang sama, dan mereka hampir dipastikan akan berhasil juga, setidaknya untuk menggoyahkan pemerintahan Xu Shouhui." Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bukankah sekarang ini kita bisa menyimpulkan bahwa pemerintahannya sudah goyah, atau bahkan sudah ambruk? Aku berani memastikan bahwa yang berkuasa saat ini sebenarnya adalah Chen Youliang, meskipun sampai saat ini Xu Shouhui masih hidup."
Mereka semua menyetujui kesimpulan itu. Keadaan kembali hening, lalu tiba-tiba He Taichong bertanya, "Bagaimana kalau sekarang juga kita langsung menuju ke Hanyang, dan Zhang Jiaozhu langsung mengambil alih istana?"
Serta-merta Zhang Wuji menanggapi dengan tegas, "Tidak bisa begitu!"
Yang Xiao berkata, "Kalau yang dimaksud adalah Jiaozhu mengambil alih posisi kaisar, memang tidak bisa. Tetapi kita memang bisa mengambil alih kendali atas istana di Hanyang, dan Jiaozhu mengambil posisi sebagai Penasihat Agung. Dengan begitu kita punya wewenang untuk mengadili Chen Youliang dan menyelamatkan Xu Shouhui. Jika semuanya mulus, maka negara itu akan kembali berjalan seperti semula, tapi kali ini posisi Xu Shouhui menjadi lebih kuat karena Jiaozhu mendampinginya."
Zhao Min memandang Yang Xiao dengan kagum sambil berkata setulus hati, "Yang Zuoshi, pikiran kita ternyata sama."
Setelah berpikir agak lama, akhirnya Zhang Wuji berkata, "Tampaknya ini bukan ide yang buruk. Kita memang bisa melakukannya."
Tetapi Zhou Zhiruo berkata dengan hati-hati, "Aku kuatir langkah itu akan membuat Chen Youliang waspada. Sekarang ini dia pasti masih di Jiangxi atau Fujian. Kedua wilayah itu ada di tangannya. Dia membawa sebagian besar pasukan ke situ. Kalaupun kita berhasil menyelamatkan Xu Shouhui, dan membawanya kembali ke Hanyang, aku kuatir kita akan kehilangan kedua wilayah itu, berikut sebagian besar pasukan yang sudah jelas lebih menaati Chen Youliang."
Diam-diam Zhao Min merasa kagum. Meskipun Zhou Zhiruo awalnya sama sekali tidak mengerti politik, tapi ternyata ia belajar dengan sangat cepat. Pemikirannya itu sangat masuk akal dan tepat. Semua orang terdiam sambil berpikir keras, sebelum akhirnya Zhang Wuji berkata, "Bagaimanapun juga, menangkap Chen Youliang di luar Hanyang masih lebih mudah dilakukan. Jika dia berhasil mencapai Hanyang sebelum kita, apalagi dengan membawa Xu Shouhui, maka kita akan mengalami kesulitan besar untuk menangkapnya."
Ia bangkit berdiri, lalu menyuruh salah satu pengawal memanggil anggota Kai Pang yang di utus Wu Zhanglao.
Anggota Kai Pang itu masih muda. Ia hanya memiliki dua kantong di punggungnya. Namanya adalah Gao Shen, dan biasa dipanggil Ah Shen. Setelah makan cukup banyak, ia sekarang sudah segar dan siap kembali menjalankan tugas apapun yang akan diberikan oleh Zhang Wuji.
Zhang Wuji berkata, "Ah Shen, kau harus segera kembali bergabung dengan Wu Zhanglao. Katakan bahwa kalian harus berusaha sebisanya untuk menghambat Chen Youliang kembali ke Hanyang, jika dia bermaksud begitu. Kalian masih mengenali orang-orang Kai Pang yang pernah menjadi anak buah Chen Youliang?"
"Soal ini agak sulit," kata Ah Shen. "Chen Youliang banyak merekrut pengemis baru yang kelihatannya mirip dengan semua anggota kami. Bahkan ada yang memakai delapan kantong."
Zhang Wuji terkejut. "Berarti kalian tidak boleh membicarakan semua rencana kita dengan anggota Kai Pang yang belum kalian kenal dengan baik," katanya dengan serius. "Hindari semua pengemis yang tampak mencurigakan. Kalian harus bergerak secara diam-diam. Daerah seperti Jiangxi dan Fujian itu bukan wilayah kalian, karena itu kehadiran kalian tidak boleh terlalu menyolok, sebaiknya jangan berkelompok."
Ia menulis surat pendek untuk disampaikan kepada Wu Zhanglao, lalu menyerahkannya kepada Gao Shen sambil berkata, "Kau harus berangkat malam ini juga. Maafkan aku yang terpaksa membuatmu bekerja keras."
Ah Shen berkata, "Zhang Jiaozhu mempercayaiku, bagiku ini adalah sebuah kehormatan!"
Ia memberi hormat sekali lagi, lalu segera beranjak dari tempat itu.
Menyadari bahwa mereka sedang berlomba dengan Chen Youliang untuk mencapai Hanyang, mereka segera menyelesaikan makan malam dan beristirahat setelah Gao Shen berangkat, karena malam sebelumnya mereka tidak cukup tidur.
Pagi-pagi sekali rombongan itu bangun dan menyegarkan diri di Sungai Han, lalu sarapan secukupnya, dan segera melanjutkan perjalanan mereka ke Xiangyang.
Di tengah jalan mereka berpapasan dengan Delapan Panah Dewa yang datang dari arah yang berlawanan, lalu langsung menghampiri Zhang Wuji sambil turun dari kuda mereka dan membungkuk hormat. Mereka menyapa serempak, "Zhang Jiaozhu!"
Zhao Min segera melompat turun dari kereta bersama Zhou Zhiruo, lalu menyapa mereka dengan gembira. "Siapa yang menyuruh kalian ke sini?" tanyanya.
Zhang Yishang dan semua saudaranya segera menyapa dengan hormat, "Junzhu, Zhou Furen!"
"Semalam kami bertemu dengan Qi Huanghou dan kami diutus untuk segera bergabung dengan rombongan Zhang Jiaozhu yang sedang menuju ke Xiangyang. Kami mengambil jalan pintas ke sini." jawab Zhang Yishang.
"Bibi Qi bergerak cepat sekali," pikir Zhang Wuji. "Rupanya dari Wudang dia langsung memotong jalan ke arah Nanyang, lalu langsung menuju Kaifeng. Tapi ini hampir tidak mungkin dicapai dalam sehari." Ia bertanya, "Kalian bertemu dengan Qi Huanghou di Kaifeng?"
"Tidak," jawab Zhang Yishang lagi. "Kami bertemu di Shiyan, tadinya kami sedang bermaksud menemui Wangye di tempat lain, tapi Huanghou menyuruh kami ke sini."
Zhao Min agak terkejut, karena Shiyan sangat dekat dengan Wudang. Ia bertanya, "Jadi ayahku sekarang sedang berada di sekitar Shiyan?"
Qian Erbai menjawab, "Tidak, Wangye masih di Suzhou. Tapi Xiao Wangye mengutus kami ke tempat lain, dan kami sebenarnya sedang dalam perjalanan ke Suzhou ketika berpapasan dengan Huanghou."
"Rupanya begitu," kata Zhao Min. "Baiklah, berarti mulai sekarang kalian kembali bergabung denganku. Kalian harus mendengarkan perintah Zhang Jiaozhu — dan juga Zhou Furen — aku dan Zhou Furen adalah istri Zhang Wuji."
Kedelapan orang itu dengan segera membungkuk hormat sambil meletakkan tangan di dada kepada mereka bertiga. Mereka tampak sangat gembira. Wang Bashuai berkata, "Kami dengan senang hati akan mematuhi perintah Zhang Gongzi, Junzhu dan juga Zhou Furen."
Zhou Zhiruo dan Zhang Wuji tidak dapat memahami apa yang membuat mereka semua tampak begitu gembira. Dalam hal ini hanya Zhao Min yang mengerti. Kedelapan orang itu sebenarnya memang bekerja secara langsung di bawah komandonya. Gaji mereka juga dibayar oleh Zhao Min, dalam posisinya sebagai seorang Junzhu. Jika majikan mereka diusir oleh Chaghan Temur, maka mereka seperti ayam yang kehilangan induknya. Begitu mendengar kata-kata Zhao Min tadi, mereka seperti baru saja menemukan kembali majikan mereka yang hilang, meskipun sebenarnya Zhao Min tidak benar-benar hilang. Hal inilah yang membuat mereka sangat gembira. Ketika Zhao Min menjelaskan hal ini, Zhang Wuji dan Zhou Zhiruo baru memahaminya.
Mereka segera kembali ke atas punggung kuda masing-masing, lalu bergabung dengan para pengawal yang mengawal kereta Zhao Min dan Zhou Zhiruo.
Yang Xiao mengerti bahwa para pendekar seperti He Taichong dan Tang Wenliang pasti bingung ketika mendengar Zhang Yishang berkali-kali menyebut tentang 'Huanghou' atau Permaisuri. Jika mereka tidak menjelaskan hal ini, bukan tidak mungkin di kemudian hari akan terjadi kesalahpahaman yang berakibat fatal. Ketika melanjutkan perjalanan ia mengajak Fan Yao mendekati He Taichong dan Tang Wenliang dan mengajaknya bicara.
He Taichong bertanya, "Yang Zuoshi, siapa yang tadi dimaksud dengan Huanghou? Apa kita sekarang bekerja sama dengan pihak istana?"
"Ini akan kami jelaskan segera setelah kita sampai di Xiangyang," kata Yang Xiao. "Ketua He, Pendekar Tang, kuharap nanti kalian bisa mengumpulkan semua ketua perguruan yang saat ini sedang mengikuti kita. Aku dan Fan Youshi akan membicarakan urusan penting ini sampai tuntas di Xiangyang. Setelah itu kalian yang harus menjelaskan kepada anggota kalian masing-masing, karena urusan ini tidak bisa dijelaskan begitu saja di hadapan semua orang saat ini. Sekarang kita harus berpacu secepat mungkin ke Xiangyang, tidak bisa ditunda lagi."
Ia segera mendekati Zhang Wuji untuk memintanya segera bergerak lebih cepat. Tetapi melihat begitu banyaknya orang yang mengikuti mereka saat itu, dan kebanyakan dari mereka tidak menunggang kuda, Zhang Wuji merasa rombongan mereka harus dibagi dua. Ia kemudian memerintahkan supaya Wu Jingcao, Yan Yuan, Tang Yan, Wen Cangsong, Xin Ran, beserta seluruh anggota Panji Lima Elemen, untuk memimpin para pengikut baru mereka yang tidak berkuda sampai ke Xiangyang. Karena jumlah mereka saat itu sudah mencapai lebih dari lima ribu orang, Zhang Wuji tidak lupa berpesan supaya mereka menjaga ketertiban pada saat memasuki kota, dan tidak boleh mengganggu para penduduk kota maupun orang lain, dan juga harus bersikap damai jika ditanya oleh prajurit yang menjaga di pintu gerbang kota.
Enam puluh orang prajurit bersenjata turun dari kuda untuk mengawal rombongan yang berjalan kaki, dan sisanya tetap berkuda bersama dengan Zhang Wuji.
Menjelang sore mereka telah sampai di luar pintu gerbang kota Xiangyang. Dari sekitar seratus meter menuju ke pintu gerbang, mereka telah disambut oleh barisan rakyat yang sebagian membawa terompet dan genderang. Semuanya membawa bendera Ming Jiao berukuran kecil. Mereka semua melambai-lambaikan bendera itu sambil mengelu-elukan Zhang Wuji.
Dari jendela kereta yang terbuka, Zhao Min dan Zhou Zhiruo melambaikan tangan kepada semua orang sambil tersenyum ramah. Mereka berarak memasuki kota dengan gagah dan anggun. Tak seorang pengawal pun menanyakan siapa yang datang, karena semuanya itu sebelumnya sudah diatur dengan sangat rapi dan teliti oleh para anggota Kai Pang, sesuai dengan instruksi dari Wu Zhanglao.
Kota Xiangyang berada di dalam wilayah kekuasaan Xu Shouhui. Sebagian penduduk kota merasa waswas karena peristiwa
yang baru saja terjadi di Hanyang. Tetapi mereka masih teringat akan Zhang Wuji yang dalam waktu singkat telah
berhasil mengatasi serbuan Jendral Bolad Temur dengan bantuan Kai Pang, dan itu dilakukannya hanya dengan mengandalkan
kungfunya yang tinggi. Begitu mendengar bahwa pada hari ini Zhang Wuji akan berarak memasuki kota, semua orang
sangat gembira. Kekuatiran mereka lenyap. Toko-toko, kedai-kedai arak, para penjual makanan di pinggir jalan,
dan pasar-pasar, semuanya tetap buka seperti biasa, dan bahkan menjadi lebih ramai dikunjungi orang.
Zhang Wuji turun dari kudanya untuk menyalami orang-orang yang mengerumini mereka di pasar. Zhao Min dan Zhou Zhiruo
segera turun dari kereta untuk mengikutinya. Zhou Zhiruo tanpa ragu menggandeng seorang anak perempuan kecil yang
sedang menatapnya di pinggir jalan. Ia mengajak anak itu bersama ibunya mendatangi seorang penjual manisan, lalu membeli
manisan dari buah-buahan untuk mereka. Beberapa anak kecil lainnya dengan segera mengelilingi Zhou Zhiruo
sambil bersorak kegirangan. Akhirnya Zhou Zhiruo membeli semua manisan yang tersisa, dan membagi-bagikannya kepada anak-anak.
Penampilan Zhao Min menarik perhatian sepasang suami-istri yang sedang berdiri di dekatnya. Si suami tampaknya
berasal dari salah satu suku Mongolia, dan istrinya jelas dari suku Han. Anak perempuan mereka yang masih sekitar
lima tahun sedang mengamati Zhao Min dengan penuh perhatian. Pipi anak itu putih kemerahan, dan rambutnya dikepang dua.
Zhao Min membeli sebuah topi merah kecil dari seorang penjual yang ada di dekat situ, lalu memberikannya kepada anak itu.
Melihat hal ini, kedua orang tuanya tampak sangat gembira. Mereka buru-buru berterima kasih sambil menyalami Zhao Min.
Anak itu tersenyum senang sambil menatap wajah Zhao Min dengan penuh perhatian, lalu dengan berani mencium pipinya.
Zhao Min tersenyum senang, lalu mengulurkan tangan supaya anak itu mau digendongnya. Serta merta anak kecil itu
melompat dari pelukan ibunya ke pelukan Zhao Min.
Ketika melihat pemandangan itu, semua orang bertepuk tangan sambil memanggil Zhao Min, "Xiao Furen, Xiao Furen!"
Ayah anak itu tampak sangat terharu hingga matanya basah. Rupanya selama ini perkawinan mereka mendapat banyak
tentangan. Ketika melihat penampilan Zhao Min, tiba-tiba ia melihat sebuah harapan baru. Ia segera mengangkat
tangannya tinggi-tinggi sambil berseru, "Ming Jiao Jiaozhu! Ming Jiao Jiaozhu!"
Yel-yel itu dengan segera diikuti semua orang. Mereka semua mengarak rombongan Zhang Wuji berkeliling kota sambil
menabuh genderang dan meniup terompet. Jalanan dipenuhi oleh manusia dan kuda-kuda membawa mereka. Para penjual
makanan di pinggir jalan memanfaatkan peluang untuk menawarkan jualannya.
Zhou Zhiruo pernah mendengar Peng Yingyu mengatakan bahwa suatu hari nanti Zhang Wuji akan menjadi seorang kaisar,
dan pada saat itu ia sempat membayangkan peristiwa semacam ini. Tetapi sekarang ia mengalaminya sendiri, dan semua
itu jauh lebih meriah dari bayangannya semula, padahal saat ini Zhang Wuji sama sekali bukan seorang kaisar. Bulu kuduknya
merinding mendengar semua orang mengelu-elukan Zhang Wuji. Entah bagaimana ia bisa menjalani kehidupan semacam ini
nantinya.
Ketika mereka sampai di alun-alun, satu batalyon tentara bersenjata lengkap sedang menunggu di hadapan mereka dalam
barisan yang sangat rapi. Melihat ini Yang Xiao dan semua pendekar menjadi waspada. Mereka tidak tahu para prajurit
itu ada di pihak mana, dan mereka bersiap menghadapi bahaya, seandainya memang diperlukan.
Melihat ketegangan di wajah Yang Xiao, Zhang Wuji segera memberi isyarat supaya ia tenang.
Tiupan terompet dan tabuhan genderang tiba-tiba berhenti begitu melihat pasukan itu. Semua orang mendadak menjadi
tegang. Tetapi seteah melihat sikap santai Zhang Wuji, mereka merasa agak tenang.
Komandan regu itu turun dari kudanya dan berjalan mendekati Zhang Wuji. Tubuhnya tinggi besar dan tegap. Sikapnya
sangat hormat dan formal. Ia meletakkan tangan di dada sambil menyapa, "Zhang Jiaozhu!"
Sikap ini diikuti oleh semua pasukannya, yang mengekspresikannya dengan menyerukan yel-yel militer sambil menghentakkan
tombak mereka ke tanah. Pemandangan itu membuat para penduduk agak takut. Tetapi kemudian mereka mendengar komandan
itu berkata dengan santai, "Jiaozhu, Zaixia adalah Jiang He. Kami menerima kabar bahwa Jiaozhu sedang menuju
ke kota ini, dan kami semua siap membantu Jiaozhu mengawal kota!"
"Komandan Jiang," kata Zhang Wuji sambil tersenyum. "Senang sekali berteu dengan kalian. Dari mana kalian mendengar
kabar itu?"
"Kami berjumpa dengan Komandan Xu di dekat Hanyang," jawab Jiang He dengan mantap. "Penjaga perbatasan melaporkannya
beberapa jam yang lalu."
Yang Xiao menarik nafas lega. Rupa-rupanya kedatangan pasukan Xu Da sudah mereka ketahui. Ini bisa disimpulkan bahwa
mereka menyambut baik kerja sama dengan pihak Han Lin'er. Sikap Jiang He juga menunjukkan bahwa pasukannya siap
mendukung Zhang Wuji. Kemungkinan besar mereka adalah para prajurit yang setia kepada Xu Shouhui.
Zhang Wuji berkata, "Komandan Xu dan pasukannya tidak bertugas di sini. Jadi kalian tidak perlu repot menyiapkan
tempat bagi pasukannya. Tapi setelah ini Komandan Chang akan datang bersama lima puluh ribu pasukan, dan mereka akan
berkemah di luar tembok kota, jadi kalian juga tidak perlu repot menyiapkan tempat bagi pasukan sebanyak itu.
Aku berharap supaya kalian bisa bekerja sama dengan baik. Kita semua adalah orang sendiri."
Jiang He meletakkan tangan di dada sekali lagi sambil menjawab dengan lantang dan mantap, "Siap!"
Di tengah alun-alun itu Zhang Wuji memberikan pidato singkat bahwa maksud kedatangannya adalah untuk memastikan
rakyat dalam keadaan aman, mengingat peristiwa yang baru saja terjadi di Hanyang. Pidato itu mendapat sambutan yang
meriah dari rakyat, dan mereka semua merasa aman setelah mendengar pidato Zhang Wuji dan sikap para prajurit yang
ternyata mematuhi perintahnya.
Setelah Zhang Wuji mengakhiri pidato singkatnya, Jiang He berkata, "Jiaozhu, mungkin sekarang kita bisa segera
menuju tempat kediaman Jiaozhu yang sudah dipersiapkan sebelumnya."
Zhang Wuji agak heran. "Tempat kediamanku?"
Jiang He memberi isyarat dengan tangannya. Seorang pria berpakaian seperti pengemis enam kantong muncul dari
belakang barisan pasukan yang dipimpinnya. Ia langsung memberi hormat kepada Zhang Wuji.
Zhang Wuji segera mengenali penatua Kai Pang yang diberi tugas oleh Wu Zhanglao untuk mengurus segala keperluan
mereka ketika berada di Xiangyang sebelum ini. Ia tersenyum gembira sambil menyapa penatua itu, "Sima Zhanglao!"
Penatua Kai Pang yang masih berusia tiga puluhan itu bernama Sima Han. Ia berkata sambil tersenyum, "Zhang Jiaozhu,
Shi Bangzhu berpendapat bahwa kamar penginapan yang kita jadikan markas darurat itu sekarang sudah tidak lagi
bisa dipakai. Tempatnya terlalu kecil, dan juga sangat tidak leluasa menerima banyak tamu di tempat seperti itu.
Bangzhu telah mengatur sebuah tempat yang sederhana, tidak jauh dari penginapan itu, yang bisa kita pakai
menurut keperluan kita. Tempat itu sudah kami bersihkan sebisanya supaya Jiaozhu dan kedua Furen bisa tinggal
di situ dengan nyaman. Kita bisa menuju ke situ sekarang."
Zhang Wuji tercengang. "Aku merasa tidak enak harus merepotkan kalian semua," katanya. "Tapi karena sudah terlanjur
dilakukan, aku harus berterima kasih atas kebaikan Shi Bangzhu dan para anggota Kai Pang. Zhang Wuji tidak akan
melupakan budi baik kalian."
Jiang He dan Sima Han berkuda di sisi Zhang Wuji ketika mereka meneruskan arak-arakan itu menuju ke tempat yang
dimaksud. Ketika sampa di situ, ia kembali tercengang. Tempat itu sebetulnya memang sebah kuil yang terlantar,
tetapi dalam waktu begitu singkat para anggota Kai Pang telah menyulapnya menjadi sebuah tempat yang rapi dan indah.
Saat ini mereka memang belum sempat menghiasnya dengan berbagai atribut mewah, tetapi tempat itu sepintas lalu lebih
mirip sebuah istana kecil ketimbang kuil terlantar. Tanahnya sangat luas, temboknya sudah dicat dengan warna putih
yang bersih. Pintu gerbangnya yang besar dan megah juga dicat dengan warna merah menyolok seperti warna ikat kepala
yang digunakan oleh para pengikut Ming Jiao dan Hongjin Qiyi. Papan nama di atas pintu gerbangnya telah diturunkan,
tampaknya siap diganti, tetapi saat ini masih dibiarkan kosong. Ketika melihat arah pandangan Zhang Wuji, Sima Han
berkata, "Kami belum tahu apa yang harus ditulis di papan nama yang baru, jadi untuk saat ini sengaja kami biarkan kosong.
Mungkin Zhang Jiaozhu bisa memberikan petunjuk?"
Zhang Wuji menggeleng, lalu berkata, "Aku sendiri juga masih belum punya ide. Tapi kami sunggguh berterima kasih atas
sumbangan besar kalian semua sejauh ini. Rasanya tidak baik jika kami harus merepotkan kalian lebih jauh lagi. Nanti
kami akan memgerjakan sendiri papan nama itu." Ia menoleh kepada Yang Xiao dan bertanya, "Yang Zuoshi, bagaimana
menurutmu?"
"Kurasa kita semua bisa ikut memikirkannya," kata Yang Xiao dengan nada merendah. "Saat ini perjuangan kita sudah bukan
lagi perjuangan Ming Jiao sendiri. Ini adalah perjuangan rakyat."
Jiang He menanggapi dengan penuh semangat, "Betul! Itu tepat sekali — perjuangan rakyat!"
Zhang Wuji turun dari kudanya, diikuti oleh semua orang lain. Pasukan Jiang He dan para prajurit yang mengikuti
Zhang Wuji dari Wudang masing-masing berbaris di sisi dan kanan bangunan itu. Ketika Zhang Wuji bermaksud mendorong
pintu gerbang, Sima Han mendahuluinya sambil berkata, "Hati-hati, Jiaozhu! Catnya masih agak basah." Ia menggunakan
ketukan pintu beberapa kali, dan pintu itu terbuka dari dalam. Rupanya di dalam bangunan bekas kuil itu sudah berdiri
sederetan orang untuk menyambut kedatangan mereka. Semuanya berbaris dengan sangat rapi untuk memberi jalan kepada
Zhang Wuji dan rombongannya.
Dalam hati Zhang Wuji bertanya-tanya, semuanya ini pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Entah dari mana
Kai Pang mendapatkan begitu banyak uang untuk membiayainya?
Seolah bisa membaca pikiran Zhang Wuji, Sima Han berkata, "Zhang Jiaozhu pasti merasa semua ini terlalu mewah. Tapi
sebenarnya ini semua bukan hasil usaha kami sendiri. Beberapa pejabat tinggi di kota Xiangyang dengan sukarela
telah menyumbangkan banyak uang untuk membangun semuanya ini."
Zhou Zhiruo tampak terkejut, bertanya, "Sima Zhanglao, siapa saja pejabat itu?"