Di luar dugaan mereka, sekitar seratus orang anak perempuan yang rata-rata berusia di bawah tujuh belas tahun dikirimkan oleh Ma Xiuying untuk melayani berbagai keperluan mereka di Xiangyang.
Setelah memberikan instruksi dan mengatur kamar-kamar bagi para pelayan yang dikirim Ma Xiuying, Zhou Zhiruo kembali bergabung dengan rombongan mereka yang sedang berpesta di halaman depan. Ia bertanya kepada Zhang Wuji, "Wuji Gege, apa yang akan kita lakukan selanjutnya dengan orang-orang ini? Mereka semuanya ingin terus mengikutimu dan tidak mau pergi. Sedangkan jumlah mereka lebih dari tujuh ribu orang. Kita membutuhkan biaya yang sangat besar kalau mereka terus di sini, padahal kita saat ini sama sekali tidak punya penghasilan."
Zhang Wuji baru menyadari hal ini. Ia berkata, "Kau benar. Tapi bagaimana lagi, sebenarnya kita tidak mengundang mereka, dan kita tentu tidak bisa mengusir mereka begitu saja."
Zhao Min berkata, "Ini tidak sulit. Mereka bisa bergabung dengan Chang Yuchun sebagai calon prajurit yang sedang magang. Dengan begitu mereka akan bisa mengurus diri sendiri dengan baik, dan tidak menimbulkan kekacauan di kota. Sebagian lagi yang tidak ingin menjadi militer bisa mengurus istanamu ini sebagai pelayan, supaya kita tidak lagi merepotkan para anggota Kai Pang. Mereka semua masih berusia antara lima belas sampai dua puluh tahun. Kulihat tidak ada yang lebih dari itu."
"Bagus sekali!" kata Zhang Wuji dengan gembira. Ia langsung memanggil Sima Han untuk mengatur dan menyeleksi anak-anak muda itu, dan sekaligus mendaftarkan nama mereka sesuai dengan minat dan kemampuan mereka masing-masing. Dalam tempo singkat tujuh ribu pemuda tanggung itu terbagi menjadi tiga kelompok besar. Yang pertama berjumlah sekitar empat ribu orang, mereka memilih untuk mengikuti latihan militer bersama dengan para prajurit Chang Yuchun. Sekitar dua ribu lima ratus orang lainnya lebih memilih untuk mengikuti Panji Lima Elemen Ming Jiao. Sedangkan lima ratus orang sisanya masih ragu-ragu dengan pilihan mereka. Untuk ini Zhang Wuji hanya bisa memberikan tugas-tugas untuk mengurus tempat itu. Mereka akan berada di bawah pengawasan Zhao Min dan Zhou Zhiruo sendiri.
Setelah menyerahkan kelompok kedua itu kepada Wu Jingcao, Yan Yuan, Tang Yan, Wen Cangsong dan Xin Ran, Zhang Wuji mengajak mereka semua berbaris rapi untuk menuju ke perkemahan Chang Yuchun yang terletak di luar tembok kota Xiangyang. Ketika melihat rombongan itu, Chang Yuchun agak terkejut. Ia berkata, "Jiaozhu, mereka semua kau serahkan kepada Lao Chang?"
"Betul," kata Zhang Wuji. "Kulihat mereka semuanya sehat dan kuat. Kau pasti akan bisa mendidik mereka menjadi prajurit yang hebat. Mulai sekarang mereka menjadi anak asuhmu, Chang Dage."
Chang Yuchun sangat terharu. Ia meletakkan tangan di dada sambil berkata, "Chang Yuchun pasti tidak akan mengecewakan harapan Jiaozhu!"
Anak-anak muda itu bersorak kegirangan. Mereka sangat mengagumi Chang Yuchun, dan sejak semula memang berharap untuk mengikuti pasukannya.
Zhang Wuji berkata lagi, "Chang Dage, kalau persediaan makanan habis, kau harus segera melaporkannya kepadaku."
"Jiaozhu jangan kuatir," kata Chang Yuchun dengan mantap. "Aku akan mengajak para prajuritku berburu. Kami pasti bisa mencukupi kebutuhan kami sendiri selama bertugas di sini."
Zhou Zhiruo menambahkan, "Kita juga akan memanfaatkan tanah kosong yang luas di belakang. Kita akan bercocok tanam dan memelihara ternak. Dengan begitu kita menghemat banyak sekali biaya hidup."
"Bagus, bagus," puji Zhang Wuji. Ia menoleh kepada Sima Han. "Sima Zhanglao, mulai besok kau harus memimpin anak-anak muda yang tersisa ini untuk mengurus tanah yang di belakang. Kita bisa langsung mulai."
Sima Han mengangguk, lalu berkata, "Jiaozhu, sebelum berangkat tadi kami menerima kabar bahwa Shi Bangzhu sebelumnya sudah mengirimkan banyak pelayan wanita untuk mengurus tempat kita. Seharusnya sore ini mereka sudah tiba di pintu gerbang
kota."
"Astaga!" seru Zhou Zhiruo kaget. "Lagi-lagi pelayan wanita? Bukankah tadi sudah ada lebih dari seratus orang yang datang bersama dengan pasukan ini?"
"Yang ini dikirim oleh Shi Bangzhu," kata Sima Han. "Kita tentu tidak bisa menolaknya."
"Sebaiknya kita kembali ke kota sekarang," kata Zhao Min. "Urusan ini serahkan kepadaku."
Mereka berjalan kembali ke kota setelah berpamitan dengan Chang Yuchun. Sebelum tiba di pintu gerbang, mereka sudah melihat rombongan yang dimaksud oleh Sima Han itu sedang berjalan dari arah utara. Beberapa anggota Kai Pang mengawal mereka di sepanjang perjalanan dari Chang'an. Perjalanan itu tentunya memakan waktu berhari-hari. Jumlah mereka ternyata tiga kali lipat lebih banyak ketimbang para pelayan yang dikirim oleh Ma Xiuying. Mereka semua kurang lebih sebaya dengan para pemuda tanggung yang mengikuti rombongan Zhang Wuji dari pegunungan Wudang.
"Waduh," kata Zhao Min. "Kalian pasti sangat lelah ya? Hari sudah mulai gelap. Sebaiknya kita cepat-cepat kembali ke markas."
Di belakang kuil terlantar yang telah disulap menjadi markas besar Ming Jiao itu ada jalan setapak yang akan membawa mereka ke sebuah mata air kecil yang secara alamiah membentuk sebuah kolam. Airnya jernih karena selalu mengalir ke arah sungai. Zhao Min membawa anak-anak perempuan itu ke situ untuk menyegarkan diri, lalu mengajak semuanya makan di halaman depan. Makanan yang tersedia di situ ternyata masih cukup banyak bagi semua anak yang baru datang. Mereka makan sepuasnya, lalu mulai bekerja sama membersihkan sisa-sisa makanan dan peralatan makan yang membuat halaman itu sangat berantakan. Pekerjaan itu dikerjakan dengan sangat cepat. Hanya sekitar setengah jam semuanya sudah kembali rapi, seolah-olah sebelumnya tidak ada pesta.
Pakaian yang dikenakan anak-anak itu tidak seragam, bukan seperti yang dikenakan oleh para pelayan kiriman Ma Xiuying.Zhao Min berpesan kepada Sima Han untuk menyiapkan seragam yang layak dipakai bagi mereka semua, masing-masing dua potong. Ia juga memesan seragam bagi lima ratus anak laki-laki yang akan bekerja sebagai pengurus rumah.
Ketika membaca laporan pengeluaran mereka hari ini, Zhou Zhiruo terbelalak kaget. "Dalam sehari kita mengeluarkan biaya sebanyak ini?"
"Jangan kuatir, Zhou Jiejie, ini hanya untuk permulaan," kata Zhao Min. "Coba kau lihat anak-anak itu, mereka memang memerlukan pakaian yang setidaknya lebih layak dipakai."
"Meizi, kau harus membantuku menyusun semua laporan ini," kata Zhou Zhiruo lagi. "Ini semuanya sangat memusingkan. Sebisanya kita jangan memakai uang dari sumbangan itu. Aku kuatir nantinya akan menjadi masalah besar. Sampai sekarang kita belum tahu apa sebenarnya yang diinginkan semua orang yang menyumbangkan hartanya itu."
"Kau memang benar," kata Zhao Min. "Tapi kita sama sekali tidak pernah minta uang kepada seorang pun dari mereka. Sepeser pun tidak pernah. Orang menyodorkan pekerjaan yang memerlukan biaya kepada kita, tapi mereka juga menyodorkan biayanya. Kenapa tidak kita pakai? Bukankah Shi Hongshi sendiri yang menggalang sumbangan dari orang-orang kaya itu?"
Setelah berpikir sejenak, Zhou Zhiruo merasa pendapat Zhao Min itu sangat masuk akal. Tetapi karena suatu hal yang tak dapat dijelaskan, ia tetap merasa gentar ketika melihat sejumlah besar uang yang saat ini diserahkan Zhang Wuji ke tangannya. Pemakaian uang itu tetap harus dipertanggungjawabkan.
Selagi mereka bicara, Zhang Yishang datang menghadap sambil melaporkan, "Junzhu, ada seorang pria datang sambil membawa sebuah peti yang kelihatannya sangat berat. Majikannya yang menyuruhnya datang."
Kening Zhao Min berkerut. "Siapa nama majikannya?"
"Orang itu tidak menyebutkan," jawab Zhang Yishang. "Katanya ingin bicara langsung dengan Junzhu. Dia masih menunggu di pintu depan."
Zhao Min segera bangkit."Ayo kita temui dia!"
Mereka bergegas ke pintu gerbang, dan menemui tamu misterius itu. Pria itu tampak berpenampilan sangat biasa, usianya sekitar tiga puluhan. Tampaknya sama sekali tidak mengerti ilmu silat. Begitu melihat Zhao Min dan Zhou Zhiruo, ia segera memberi hormat dan berkata, "Junzhu, Zhou Furen! Majikan kami mengirimkan sedikit sumbangan ini sebagai tanda dukungan penuh bagi perjuangan Gongzi."
Ia membuka tutup peti besi yang berukuran tidak terlalu besar itu. Peti itu tampak sangat berat, tetapi bentuknya seperti peti yang biasanya dipakai untuk membawa barang-barang ketika bepergian jauh, sama sekali tidak terlihat istimewa.
Kedua wanita itu sangat terkejut ketika melihat isinya adalah lantakan emas murni yang disusun sangat rapi. Zhao Min masih mengira-ngira berapa nilai semua lantakan emas itu, ketika pria itu minta tolong kepada Zhang Yishang dan saudara-saudaranya untuk menurunkan dua buah peti lainnya dari dalam kereta. Kedua peti itu berukuran lebih besar, dan tentu saja jauh lebih berat dari yang pertama. Ketika dibuka isinya adalah uang perak murni. Secara keseluruhan nilai sumbangan itu pasti tidak kurang dari ratusan kali lipat jika dibandingkan dengan pengeluaran mereka pada hari ini, yang dianggap sudah keterlaluan oleh Zhou Zhiruo.
Zhou Zhiruo merangkapkan kedua tangannya sambil berkata, "Xiansheng, aku mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungan majikan kalian yang begitu besar kepada suamiku. Tetapi kami sama sekali tidak mengenal majikan kalian, bagaimana kami bisa menerima sumbangan sebesar ini?"
Pria itu menjawab, "Majikan kami tinggal di Shandong. Nama lengkapnya adalah Zhangsun Qian."
Setelah berpikir keras, Zhou Zhiruo berkata, "Rasanya aku tidak pernah mengenal majikan kalian. Aku sangat yakin suamiku juga tidak mengenalnya." Ia berpaling kepada Zhao Min dan bertanya, "Meizi, kau mengenal Zhangsun Xiansheng ini?"
"Rasanya juga tidak," kata Zhao Min.
Zhou Zhiruo tersenyum, lalu berkata, "Nah, Xiansheng dengar sendiri. Adikku juga tidak mengenalnya. Kami tentu saja sangat membutuhkan biaya, tetapi kami tidak bisa menerima sumbangan dari orang yang tidak kami kenal. Sungguh sayang sekali, dan mohon maafkan kami."
Pria itu berkata dengan tenang, "Furen mungkin mengenal Nona Yang."
"Nona Yang?" ulang Zhou Zhiruo tidak mengerti. "Maksud Xiansheng adalah Yang Buhui?"
Pria itu menggeleng. "Pasti bukan." Ia tampak agak kebingungan, lalu menambahkan, "Sayangnya majikan kami juga hanya mengenalnya sebagai Nona Yang. Entah siapa nama lengkapnya..."
Zhou Zhiruo merasa agak kasihan. Orang itu tampak hampir menangis. Rupanya tugas ini adalah tugas yang mutlak harus diselesaikannya dengan tuntas, dan tidak boleh gagal. "Xiansheng, sayangnya aku juga tidak mengenal Nona Yang ini."
Tiba-tiba Zhao Min menepuk dahinya sendiri sambil berseru," Tentu saja _dia_! Aku baru ingat — Nona Yang yang _itu_..."
Zhou Zhiruo meliriknya penuh teguran. Sepertinya Zhao Min hanya berpura-pura kenal, untuk membujuknya supaya menerima sumbangan besar itu. "Meizi!" tegurnya.
Tapi kelihatannya Zhao Min sangat serius. Ia berkata lagi, "Zhou Jiejie, masa kau lupa Nona Yang yang mengalahkanmu di Shaolin?"
Tiba-tiba Zhou Zhiruo teringat, saat itu Shi Hongsi memang memanggil Gadis Berbaju Kuning itu 'Nona Yang'. Entah bagaimana peristiwa itu terselip dalam ingatannya. Tetapi begitu teringat, ia langsung kesal. Saat itu Zhang Wuji menatap gadis itu penuh kekaguman, dan sepertinya berat ketika gadis itu akhirnya pergi. Mula-mula hanya Zhao Min, lalu Yin Li, kemudian Xiao Zhao, dan sekarang tiba-tiba muncul seorang Nona Yang. Entah berapa banyak lagi yang harus ditemuinya. Ia berusaha menekan perasaannya dan berkata dengan nada datar, "Oh, rupanya Nona Yang itu."
Muka kurir itu tampak berseri-seri. Ia berkata, "Nah, berarti Junzhu memang mengenal Nona Yang."
"Apa hubungannya semua ini dengan Nona Yang?" tanya Zhou Zhiruo agak ketus.
"Semula sumbangan kecil ini akan disalurkan melalui Nona Yang," kata kurir itu. "Tetapi kemudian Nona Yang menganjurkan supaya majikan kami menyerahkannya sendiri kepada Zhang Gongzi. Karena itulah kami datang ke sini."
Zhou Zhiruo hendak menjawab, tetapi Zhao Min mendahuluinya, "Xiansheng, tolong sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada majikan kalian. Kami akan berusaha mengunjungi Zhangsun Xiansheng secepatnya untuk mendiskusikan apa yang bisa kita lakukan di Shandong." Ia merangkapkan kedua tangannya dengan sikap sopan dan formal. Lalu ia menoleh kepada Zhang Yishang dan berkata, "Cepat simpan baik-baik pemberian dari Zhangsun Xiansheng ini!"
Zhang Yishang dan saudara-saudaranya mengangkut harta benda yang tak ternilai itu ke ruangan pribadi Zhang Wuji.
Zhao Min berkata, "Xiansheng, bisakah kami tahu di mana Nona Yang berada saat ini?"
"Sayangnya kami juga tidak tahu tentang hal itu," kata kurir itu penuh penyesalan.
Setelah berbasa-basi sejenak, akhirnya utusan dari Shandong itu pun meninggalkan tempat itu dengan wajah puas.
Ketika melihat wajah Zhou Zhiruo agak murung, Zhao Min merangkulnya sambil berkata, "Sudahlah, meskipun cantik, tapi Nona Yang itu tidak punya harapan."
**Ending bagian pertama**
---
"Apa maksudmu?" tanya Zhou Zhiruo.
"Dia mana bisa bersaing dengan Zhou Huanghou?" jawab Zhao Min dengan muka serius.
"Setan cilik, hari ini aku akan menghajarmu!" seru Zhou Zhiruo kesal. Ia merentangkan tangannya untuk mencekal pergelangan tangan Zhao Min, tapi Zhao Min melompat mundur dan berlari ke halaman depan.
Zhou Zhiruo mengejarnya secepat kilat, lalu mengulurkan cakar mautnya ke arah bahu Zhao Min.
"Wah!" seru Zhao Min kaget. Buru-buru ia menyambut cakar itu dengan telapak tangannya, tetapi kemudian tangannya berbelok untuk mencekal pergelangan tangan Zhou Zhiruo. Terjadi adu Qinna Shou yang cepat dan seru. Dalam sekejap mereka telah bergebrak puluhan jurus. Para pelayan muda yang baru datang berkerumun menonton pertunjukan seru itu sambil bertepuk tangan. Mereka merasakan hawa dingin yang angker datang dari sambaran tangan Zhou Zhiruo, sementara pukulan-pukulan Zhao Min mengandung hawa panas yang membuatnya berkeringat.
Keduanya berlatih kungfu selama lebih dari setengah jam. Akhirnya Zhou Zhiruo melompat mundur dan berkata, "Hari ini anggap saja kau menang. Tenaga dalammu sekarang sangat kuat." Ia tertawa riang. Setelah berkeringat, semua kekesalannya lenyap. "Ayo kita mandi di kolam kecil yang di belakang itu," katanya.
"Furen, mungkin sebaiknya kami siapkan bak besar untuk Furen berdua?" kata salah seorang pelayan perempuan.
"Tidak usah," jawab Zhou Zhiruo. "Kami hanya perlu lima orang dari kalian untuk menjaga di sekitar situ, supaya jangan ada yang sembarangan mengintip."
Gadis-gadis kecil itu tertawa cekikikan, lalu mereka segera menyiapkan perlengkapan mandi bagi Zhao Min dan Zhou Zhiruo.
Setelah itu mereka mengunjungi Zhang Wuji di ruangannya. Ketika masuk ke ruangan itu, mereka melihat Zhang Wuji sedang memeriksa tiga buah peti berisi uang yang tadi dibawa masuk oleh Delapan Panah Dewa. Yang Xiao, Fan Yao dan Sima Han juga ada di situ.
"Ini sumbangan dari orang yang bernama Zhangsun Qian dari Shandong," kata Zhao Min. "Berani taruhan, kalian tidak ada yang mengenal orang itu."
Mereka memang tidak mengenal nama itu. "Siapa dia?" tanya Zhang Wuji.
Zhao Min dan Zhou Zhiruo menceritakan apa yang mereka dengar dari utusan Zhangsun Qian itu. Begitu mendengar nama 'Nona Yang', mata Zhang Wuji langsung bersinar. Ia bertanya, "Di mana dia sekarang?"
Zhou Zhiruo menjawab dengan nada datar, "Sayangnya aku harus mengecewakanmu. Zhangsun Qian juga tidak tahu. Kelihatannya dia menghilang begitu saja, seperti ketika di Shaolin."
Tampaknya Zhang Wuji sangat kecewa. Ia mendesah berkali-kali, lalu bertanya, "Masa tidak ada petunjuk sedikit pun tentang dia?"
Yang Xiao berkata, "Sima Zhanglao, bukankah ketua kalian cukup akrab dengan Nona Yang ini? Bahkan ibunya bisa menemukan Nona Yang ketika mereka dalam pelarian, kalian juga tidak tahu di mana dia tinggal?"
"Waktu ayah Shi Bangzhu yang sekarang tewas di tangan Cheng Kun dan Chen Youliang, kami bahkan tidak tahu. Entah bagaimana Shi Furen bisa menemukan Nona Yang saat itu," jawab Sima Han.
"Berarti sebetulnya Shi Hongshi tahu di mana dia berada," kata Zhang Wuji. "Masa..."
Kalimatnya terputus. Saat itu ia melihat Zhou Zhiruo tiba-tiba terisak, lalu berkata, "Kenapa sih kau begitu ingin menemukan Nona Yang ini?"
"Zhiruo..." kata Zhang Wuji. Ia lagi-lagi tidak bisa menyelesaikan ucapannya. Zhou Zhiruo langsung memotongnya dengan agak emosi, "Coba pikir, awalnya hanya Xiao Zhao, lalu Yin Li, sekarang tiba-tiba ada Nona Yang. Aku..."
Ia mengalihkan pandangannya ke jendela, dan tidak sanggup meneruskan ucapannya.
Dengan bijaksana Zhao Min mengajak semua orang keluar untuk membiarkan Zhang Wuji sendirian dengan Zhou Zhiruo.
---
Setibanya di luar, Fan Yao berkata, "Kurasa dia tidak jauh dari Hangzhou. Pokoknya di sekitar Shandong."
Zhao Min tertawa. "Kau masih penasaran tentang hal itu ya? Menurutku dia tidak punya tempat tinggal tetap. Dilihat dari sepak terjangnya, dia pasti punya kaki tangan di mana-mana. Jadi kita tidak mungkin melacak jejaknya, kecuali jika dia sendiri yang bermaksud menemui kita."
"Sepertinya begitu," kata Sima Han. "Menurut ketua kami, dia adalah keturunan dari Pendekar Yang Guo dan istrinya, Xiao Longnu. Sepertinya dia memang sangat memperhatikan Kai Pang, karena Huang Rong adalah ketua Kai Pang, dan akhirnya Yelu Qi, menantu mereka, juga menjadi ketua Kai Pang. Yang Guo punya perhatian khusus kepada keluarga Guo Jing dan Kai Pang."
Fan Yao termenung, lalu berkata, "Kalau mendengar cerita orang tentang Xiao Longnu, tepat seperti itulah yang kubayangkan ketika melihatnya bertarung dengan Zhou Zhiruo di Shaolin. Zhou Zhiruo menggunakan cambuk, tapi dia hanya menggunakan selendang panjang. Gerakannya sangat anggun, tetapi mematikan."
Zhao Min tersenyum tipis dan berkata, "Kalau bicara tentang kungfu, dia memang pasangan yang sangat serasi dengan Wuji Gege. Kalau mereka bersatu, tak seorang pun sanggup mengalahkan mereka berdua."
Yang Xiao berdehem, tapi tidak berkomentar. Ia mengalihkan pembicaraan, "Bagaimana kalau kita berkuda ke alun-alun, kurasa sekarang pasukan Jiang He sedang beristirahat. Yang berpatroli adalah pasukan baru dari Chang Yuchun."
"Betul," kata Sima Han. "Kita ke situ sekarang."
Zhao Min sengaja menyuruh Delapan Panah Dewa mengikuti mereka dari jarak agak jauh.
Menjelang senja Chang Yuchun telah selesai memilih satu batalyon pengawal dengan ukuran tubuh yang sesuai dengan seragam yang mereka pinjam. Seragam pasukan yang dipimpin Jiang He tentu saja agak berbeda dengan pasukan tempur yang dipimpin Chang Yuchun. Jiang He mengawal kota, sedangkan Chang Yuchun selalu berada di garis depan, berhadapan langsung dengan lawan. Latihan rutin yang diberikan kepada mereka sangat berbeda.
Setelah latihan bersama di alun-alun, para prajurit yang dipilih Chang Yuchun sudah menyesuaikan diri dengan baik, dan siap melaksanakan tugas baru mereka. Untuk menguji mereka, Jiang He menyuruh mereka mengikuti pasukannya sendiri bertugas mengelilingi kota dalam barisan yang sangat rapi.
Peralihan tugas dengan para pengawal baru itu berjalan dengan sangat mulus. Seorang prajurit yang juga bermarga Jiang, dan selalu dipanggil Bushuo[^bushuo] karena pendiam dan pandai menjaga rahasia, dipilih Chang Yuchun untuk menggantikan posisi Jiang He sebagai komandan. Secara alamiah ia tentu dipanggil 'Komandan Jiang'.
[^bushuo]: Bu Shuo (不说) secara literal artinya 'Tidak mengatakan' atau 'tidak bicara'.
Secara kebetulan hari itu rakyat yang sedang bergembira setelah seharian berkeliling kota bersama dengan rombongan Zhang Wuji masih terus berkeliaran di jalan, dan hal ini membuat suasana kota Xiangyang semakin hidup hingga larut malam. Keramaian ini membuat orang beranggapan bahwa bertambahnya jumlah pengawal yang melakukan ronda malam itu adalah sangat wajar.
Ketika mereka sampai di alun-alun, sebagian pasukan baru itu sedang beristirahat, dan sebagian lainnya sedang berpatroli mengelilingi kota. Mereka tampak sedang mengobrol santai dengan Jiang Bushuo di pinggir jalan. Ketika melihat Zhao Min mereka segera memberi hormat, "Xiao Furen!"
"Komandan Jiang, semuanya aman?" tanya Zhao Min.
"Tidak ada masalah serius," jawab Jiang Bushuo. "Hanya beberapa anak muda sedang mabuk di pinggir jalan. Sudah kami amankan. Mereka diantar pulang tanpa diganggu."
Zhao Min hanya mengangguk. Fan Yao bertanya, "Kalian tidak bertemu dengan pasukan dari kelompok lain?"
"Ada beberapa rumah pejabat lokal, mereka mengawal tempat itu," jawab Jiang Bushuo. "Ada juga barak militer di sebelah utara kota, tapi kami belum sempat menyapa mereka."
"Begitu ya?" kata Zhao Min. "Yang Zuoshi, aku ingin ke beberapa tempat bersama anak buahku. Silakan kalian tetap mengobrol di sini. Aku hanya sekedar berkenalan dengan mereka."
"Junzhu, hati-hati," kata Fan Yao.
Zhao Min mengiyakan, lalu memutar kudanya menuju ke timur bersama dengan Delapan Panah Dewa. Mereka menemukan sebuah rumah mewah milik pejabat yang dikawal ketat. Melihat dari papan nama di atas pintu gerbang, pemilik rumah ini bermarga Li. Ia menyapa para pengawal yang sedang berjaga di pintu gerbang dengan ramah. Para pengawal itu ternyata mengenalinya, karena siang tadi rombongan Zhang Wuji diarak keliling kota dengan meriah. Mereka menyapanya dengan penuh hormat, "Furen!"
Zhao Min dan para pengikutnya turun dari kuda untuk berbasa-basi dengan mereka. Para pengawal itu sempat melihat Zhao Min dielu-elukan ketika berarak keliling kota bersama Zhang Wuji. Mereka sama sekali tak menyangka malam ini wanita itu akan menyapa mereka di sini dengan ramah.
Salah seorang pengawal itu salah menduga maksud kedatagan Zhao Min. Ia berkata, "Furen, kalau ingin bertemu dengan Laoye, sebaiknya besok pagi atau siang. Saat ini Laoye sudah tidur."
"Tidak apa-apa, kami juga belum sempat mengenal Li Daren[^daren]," kata Zhao Min. "Zhang Jiaozhu hanya ingin memastikan bahwa Xiangyang dalam keadaan aman setelah pemberontakan yang terjadi di Hanyang."
[^daren]: Da Ren (大人) adalah istilah yang umum dipakai untuk memanggil seorang pejabat. Secara literal kedua karakter ini bermakna 'Orang Besar'. Di buku-buku terjemahan lama biasanya dipakai istilah 'Pembesar'.
Para pengawal itu tampak agak tegang. Salah seorang dari mereka menjawab, "Saat itu Laoye memang sangat kuatir. Tapi untungnya keadaan kota ini aman. Sebetulnya tadi Laoye sempat bermaksud mengunjungi Zhang Jiaozhu, tapi kami lihat situasi di situ terlalu ramai, jadi Laoye membatalkannya."
Zhao Min mulai mengerti. Rupanya sebagian besar pejabat yang mendekati mereka ini adalah pejabat yang setia kepada Xu Shouhui, karena itu mereka sangat ketakutan ketika pemberontakan meletus. Tetapi Chen Youliang sekarang sudah dianggap sebagai pahlawan oleh sebagian orang, karenanya Zhao Min tidak bisa menyimpulkan apa pendapat mereka mengenai orang itu.Pendekatan mereka kepada Zhang Wuji dan Ming Jiao jelas menunjukkan anggapan mereka bahwa Zhang Wuji bersama Ming Jiao akan bisa melindungi mereka, apapun yang akan terjadi nanti. Hal ini cukup menghibur bagi Zhao Min, setidaknya mereka bukan menggantungkan diri pada Chen Youliang.
Para pengawal di beberapa rumah pejabat lain yang dikunjunginya malam itu juga mengatakan hal yang serupa.
Zhao Min menyuruh Qian Erbai dan Wang Bashuai membeli makanan kecil banyak-banyak di sebuah kedai, dan membagikannya kepada para pengawal di setiap rumah yang mereka kunjungi sebelumnya. Dalam hati ia sudah bisa menduga hasil apa yang akan mereka dapatkan dari kunjungan Jiang He ke Hanyang. Hanya satu keraguan kecil yang masih ada di benaknya. Untuk membuktikannya ia harus pergi ke Hanyang sendiri, tetapi setelah memikirkan untung ruginya, akhirnya ia memutuskan untuk menunggu kabar selanjutnya. Ia segera pulang ke tempat kediaman mereka bersama dengan Delapan Panah Dewa.
Sampai di depan ruangan pribadi Zhang Wuji dilihatnya tempat itu gelap. Lilin-lilin dimatikan, dan ketika melihat ke arah kamar pribadi Zhou Zhiruo yang sebelumnya terang benderang, ternyata juga sama.
Zhao Min tersenyum sendiri. Ia berpikir, "Setidaknya Zhou Jiejie menikmati malam pengantinnya sekarang. Entah bagaimana cara Wuji Gege mengatasinya tadi. Semoga besok pagi mereka bangun dengan suasana baru, dan dunia kembali menjadi damai."
Ia berjalan ke arah kamar pribadinya sendiri yang sampai saat itu masih dibiarkan terang benderang. Kamarnya berseberangan dengan kamar Zhou Zhiruo, tetapi jarak di antara keduanya cukup jauh, di tengah-tengah ada sebuah taman bunga kecil yang rimbun. Tampaknya taman kecil itu sempat ditumbuhi tanaman liar, dan sekarang telah dirapikan. Malam itu aroma bunga tertiup angin sepoi-sepoi mengusik hidung Zhao Min. Ia menghirup udara segar banyak-banyak sambil memejamkan mata untuk menikmati suasana malam yang hening itu.
Udara sekarang cukup dingin, tetapi Zhao Min sama sekali tidak merasa terganggu. Tubuhnya sekarang dilindungi oleh Jiu Yang Shen Gong yang telah dilatihnya dengan baik. Meskipun latihannya masih jauh dari sempurna, tetapi jika ada orang yang dengan sengaja ingin mencelakainya dari arah belakang, mereka pasti akan kaget.
Zhao Min duduk di sebuah batu besar di tengah taman, lalu mulai mengatur pernafasannya dan bermeditasi di situ. ia terlarut dalam latihan itu hingga dua jam. Tiba-tiba telinganya mendengar suara sangat halus dari atap di seberangnya, kira-kira di atas kamar pribadinya. Ia membuka mata dengan waspada, lalu mulai mendengarkan dengan cermat.
Tak terlihat ada sesuatu yang mencurigakan di sekitar atap kamar-kamar mereka. Beberapa saat kemudian ia mulai berpikir bahwa sebelumnya ia salah dengar. Ia tetap diam tak bergerak untuk beberapa saat lagi. Lalu ia melihat pintu kamar Zhou Zhiruo dibuka dengan sangat hati-hati, dan Zhang Wuji muncul dari dalam diikuti oleh Zhou Zhiruo. Begitu melihat Zhao Min, mereka hendak mengatakan sesuatu, tetapi Zhao Min segera meletakkan telunjuk di depan mulutnya.
Dari sudut matanya Zhao Min melihat sesosok bayangan hitam sedang mengendap-endap di atas atap ke arah belakang bangunan itu. Ketika bayangan itu berkelebat turun dari atap ke arah bagian luar areal ini, secepat kilat ia melompat ke atas atap, lalu langsung mengejar ke arah belakang. Ia melihat bayangan itu kabur di antara ilalang yang tinggi-tinggi di tanah kosong mereka.
Zhao Min mengejar buruannya dengan mengandalkan qinggong-nya yang saat itu sudah mendekati tingkat Zhou Zhiruo. Orang itu terlihat sedang menuju ke arah barat, melewati kolam air jernih yang mereka pakai untuk mandi.
Seharian tadi Zhao Min sudah mengamati bangunan ini dengan cermat. Dari tempat itu hanya ada satu jalan keluar, yaitu tembok sebelah barat, yang jika dilompati akan membawa orang sampai ke jalan besar yang terdapat banyak kedai.Ia langsung mengambil jalan pintas melalui pintu samping yang saat itu dijaga ketat oleh Delapan Panah Dewa. Dari kejauhan ia melemparkan sebutir kerikil ke arah Zhang Yishang yang sedang lewat di dekat tembok, lalu memberinya isyarat untuk melompati tembok itu, sementara ia sendiri berlari sekencang-kencangnya untuk mengejar ke arah yang sama.Di belakangnya, Zhou Zhiruo dan Zhang Wuji sedang berusaha mengimbangi kecepatannya karena mereka sempat tertinggal.
Di bawah sinar bulan purnama, Zhao Min melihat Zhang Yishang memberi isyarat bahwa orang itu mengambil arah ke kiri. Tanpa membuang waktu Zhao Min memotong jalan lagi, melompati atap rumah terakhir yang membawanya ke jalan besar. Ia langsung belok ke arah kiri tanpa mengurangi kecepatannya, lalu mengambil sebuah tongkat kayu dari pinggir jalan, dan langsung melemparkannya ke arah orang yang sedang berlari di depannya.
Ia melemparkan tongkat dengan menggunakan tenaga dalamnya yang belum sempurna, tetapi lemparannya sangat akurat. Tongkat itu berhasil mengenai titik akupuntur di bahu sebelah kanan belakang, yang membuat orag itu mengaduh, tapi karena lengan kanannya tiba-tiba kesemutan ia agak kehilangan keseimbangan. Zhao Min yang melemparkan tongkat sambil melompat ke depan sekuat tenaganya berhasil menotok titik akupuntur kedua dengan jari telunjuknya. Sekarang lengan kiri orang itu juga tidak dapat digerakkan. Ia kehilangan keseimbangan dan gagal menghentikan langkahnya secara mendadak. Ia kemudian jatuh terjungkal ke atas tanah dan mengaduh kesakitan.
Zhao Min mencengkeram kerah baju bagian belakang orang itu dan mengangkatnya secara paksa hingga berdiri, lalu ketika ia siap untuk melontarkan tinjunya, tiba-tiba ia menjerit tertahan karena mengenali muka lawannya, "Ah San!"
Ia berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah sambil berteriak dengan suara tertahan saking kesalnya, "Apa yang kau lakukan tengah malam begini? Siapa yang menyuruhmu mencariku di sini?"
Secara berturut-turut Zhang Wuji, Zhou Zhiruo dan Zhang Yishang tiba di situ dan semuanya terkejut ketika mengenali Ah San. Melihat Ah San tidak dapat menggerakkan kedua lengannya, Zhang Wuji segera membebaskannya dari totokan sambil tersenyum lega. Ia bertanya, "Ah San, bagaimana kau menemukan kami?"
Ah San menggerak-gerakkan kedua bahunya yang masih sakit akibat totokan Zhao Min. Ia tersenyum, lalu berkata, "Kungfu Junzhu sekarang luar biasa. Ah San tidak sanggup menandingimu lagi."
Zhang Yishang menyeringai lebar sambil berkata, "Kau terlalu meremehkan Junzhu!"
Lubang hidung Zhao Min agak mekar karena bangga. Ia berkata sambil menepuk-nepuk bahu Ah San, "Kau belum menjawab pertanyaan kami."
"Wangye menyuruh kami kembali ke Henan, tapi setelah sampai di situ, Xiao Wangye langsung menyuruh kami bergabung dengan Junzhu dan Zhang Gongzi di sini," kata Ah San. "Tadi aku hanya ingin memastikan bahwa Junzhu memang ada di tempat ini."
"Mata-mata ayah sungguh luar biasa," pikir Zhao Min. "Jarak dari Ruyang Wang Fu ke sini sangat jauh, tapi mereka sudah tahu kita sedang menuju ke Xiangyang, dan langsung mengirimkan Ah Da, Ah Er dan Ah San ke sini, padahal kita baru hari ini tiba di Xiangyang." Tapi berikutnya ia teringat. "Ah, tentu saja, ini perintah dari Bibi Qi. Tapi sungguh gila, padahal dia masih berada jauh di selatan, tapi beritanya bisa sampai ke Suzhou dan kembali ke sini dengan luar biasa cepat! Entah bagaimana Bibi Qi mengatur semua ini?"
"Kenapa Wang Baobao menyuruhmu bergabung dengan kami?" tanya Zhou Zhiruo heran.
"Sebetulnya kami kembali ke Henan untuk membawa surat panjang dari Wangye, dan setelah membacanya Xiao Wangye menyuruh kami segera berangkat ke sini," kata Ah San sambil menyerahkan sebuah gulungan kertas kepada Zhao Min.
Isi surat itu cukup pendek.
```text
Ada perubahan besar, Huanghou memerintahkan supaya kita bergabung.
Jangan sembarangan bertindak tanpa ada isyarat dari Huanghou.
Wang Baobao
```
Setelah membacanya, Zhao Min menyerahkan surat itu kepada Zhang Wuji dan Zhou Zhiruo. Ia sendiri bertanya kepada Ah San, "Tadi kau selalu bilang 'kami', berarti Ah Da dan Ah Er juga ada di sini?"
Ah San menyeringai lebar sambil berkata, "Kami datang sebagai penjual makanan. Mereka berdua masih menunggu di dekat alun-alun. Tadi kami sempat melihat Junzhu sedang berpatroli bersama mereka ini." Ia menoleh kepada Zhang Yishang sambil tertawa.
"Baiklah, cepat panggil mereka ke sini," kata Zhao Min sambil tersenyum lebar.
Tapi saat itu mereka melihat dua orang penjual makanan sedang mendorong gerobak berisi dagangan ke arah mereka. Ah Da melambaikan tangan sambil tersenyum kepada Zhao Min. Setelah mendekat, mereka membungkuk hormat sambil menyapa mereka bertiga.
Sambil berjalan kembali ke kuil yang menjadi markas Ming Jiao, Zhang Wuji berkata, "Kudengar Zhang Sicheng bermaksud menduduki Suzhou, mengapa Wangye diperintahkan kembali ke Henan?"
"Soal ini Zaixia tidak tahu persis, tapi Wangye pasti tahu. Menurut Wangye kalian semua pasti lebih mengerti ketimbang Wangye sendiri," kata Ah Da.
Mendengar nada bicaranya yang sopan, Zhang Wuji merasa Ah Da sama sekali tidak menyimpan dendam setelah ia mengalahkannya di Wudang. Ia bisa melihat lengan kanan Ah Da tidak bisa dipulihkan seperti semula, dan dalam hati ia menyesali tindakannya dulu. Ia sempat mendengar nama Ah Da sebenarnya adalah Fang Dongbai, dan dulunya ia adalah anggota Kai Pang. Usia orang ini kurang lebih sama seperti ayahnya sendiri jika masih hidup. Ia berkata dengan halus, "Fang Qianbei, nanti aku akan berusaha mengobati lenganmu."
Ah Da menggeleng sambil tersenyum dan berkata, "Ah, Gongzi jangan memikirkan masalah lama. Ini sudah resiko menjadi pesilat di Wulin. Rasanya Gongzi juga jangan memanggilku 'Qianbei', kurang pantas jika didengar orang lain di sini."
Zhang Wuji hanya tersenyum, tetapi tidak menjawab. Dalam hati ia bertekad untuk mengobati lengan Ah Da. Kalau gagal, ia akan melatih Ah Da memainkan pedang dengan tangan kiri.
Zhao Min bertanya kepada Ah San, "Sekarang ini Wangye ada di mana?"
"Terakhir kali kami bertemu Wangye adalah ketika Wangye mengutus kami untuk mengantarkan surat. Saat itu Wangye masih di Suzhou, tapi sedang bersiap untuk kembali ke Henan. Setelah itu Wangye pasti memilih jalan melalui utara, jadi kami tidak tahu sekarang ini Wangye ada di mana," jawab Ah San. "Junzhu ingin bertemu dengan Wangye?"
"Ya, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya," kata Zhao Min. "Kami harus tetap tinggal di kota ini. Dari sini ke Shanxi cukup jauh, kami tidak bisa seenaknya pergi ke situ. Bahkan seandainya ayah ada di Ruyang, kami juga tetap tidak bisa pergi."
Ah Er menanggapi, "Wangye menyuruh kami membawa dua ekor merpati yang bisa membawa surat kembali ke Suzhou. Ini berarti meskipun Wangye pergi dari situ, pasti ada orang-orang kita yang ditinggalkan di situ untuk menerima surat. Junzhu bisa saja menitipkan surat melalui mereka."
Zhao Min menggeleng. "Jarak dari sini ke Suzhou juga tidak terlalu dekat," katanya. "Burung merpati pun akan memerlukan waktu lebih dari setengah harian untuk mencapai Suzhou. Kurasa aku akan menunggu waktu yang lebih baik."