Menyambut Sang Fajar di Hanyang

Setibanya di markas, Zhou Zhiruo bermaksud menyuruh orang menyiapkan kamar bagi ketiga orang itu. Tetapi Zhang Yishang berkata, "Furen tidak perlu repot. Kamar kami masih cukup lapang jika ditambah dengan mereka bertiga."

Ah Da, Ah Er dan Ah San minta diri, lalu mengikuti Zhang Yishang ke kamar mereka. 

Setelah ketiganya pergi, Zhao Min berkata, "Para pejabat yang menyumbangkan hartanya itu umumnya setia kepada Xu Shouhui. Mereka hanya ingin memastikan keadaan mereka selanjutnya akan aman, karena itu mereka mendekati kita. Kalau diselidiki, kita pasti akan menemukan bahwa mereka juga berusaha mendekati Chen Youliang, karena dia sekarang yang memegang kendali militer. Pada dasarnya semua pengawal dan prajurit di kota ini sama saja. Mereka belum tahu kepada siapa mereka harus setia, juga belum tentu kepada Chen Youliang."

"Jadi itu yang kau selidiki sejak tadi?" tanya Zhang Wuji.

Zhao Min menceritakan semua pengalamannya malam ini. Ia menambahkan, "Mengingat apa yang kuceritakan tadi, sebaiknya kita memang tidak sembarangan bergerak, apalagi menyerang dan menduduki Hanyang. Kalaupun ada militer yang sekarang ini lebih condong kepada Chen Youliang, mereka tidak akan berani bergerak, karena kita punya pasukan Chang Yuchun yang siaga di luar pintu gerbang kota, dan pasukan itu juga tidak bergerak, karena itu tak seorang pun punya alasan untuk menyerang kita. Dengan kehadiran pasukan Chang Yuchun, baik militer maupun pengawal kota tidak berani melawanmu. Lama kelamaan mereka pasti akan berbalik menjadi pengikutmu. Kalaupun Chen Youliang kembali ke sini, mereka juga tidak akan mendengarkan dia lagi."

Zhang Wuji dan Zhou Zhiruo mendengarkan uraian Zhao Min dengan penuh perhatian. Apa yang tadinya agak membingungkan bagi mereka, sekarang tiba-tiba menjadi jelas dan masuk akal. 

Zhang Wuji menarik nafas dengan lega. "Untungnya aku batal pergi ke Hanyang," katanya. 

"Betul," jawab Zhao Min. "Itu satu hal yang paling penting. Kalau kau menyerang Hanyang dan menyandera selir-selir Chen Youliang, maka kau akan kehilangan simpati rakyat, selain belum tentu menang."

Zhou Zhiruo berkata, "Aku ingin mengunjungi selir-selir itu secara pribadi."

Zhang Wuji menatapnya dengan penuh perhatian, lalu mencium keningnya dengan lembut sambil berkata, "Itu langkah bagus. Terima kasih kau memperhatikan masalah seperti ini."

Zhao Min berdehem, lalu berkata sambil merangkapkan kedua tangannya, "Hambamu tidak berani terlalu lama mengganggu istirahat *Huanghou*. Hambamu undur diri dulu."

Ia berbalik untuk meninggalkan tempat itu dan kembali ke kamarnya sendiri dengan langkah anggun.

Zhou Zhiruo tertawa sambil menyandarkan diri di pelukan Zhang Wuji. Malam itu mereka lewati dengan tenang dan damai. 

Keesokan harinya pagi-pagi sekali Zhang Wuji menulis surat kepada Xu Da untuk memberitahu Jiang He supaya menunggunya sampai ke sini, dan tidak buru-buru pulang setelah menyelesaikan tugasnya. Ia mengutus seorang anggota Kai Pang anak buah Sima Han untuk menaiki kuda cepat ke Hanyang.

Setelah anggota Kai Pang itu berangkat, ia berkemas untuk segera pergi. Tetapi Zhou Zhiruo berkata, "Wuji Gege, untuk urusan ini kalian tidak perlu ikut. Biar aku sendiri yang ke sana bersama beberapa pelayan dan seratus prajurit dari Chang Yuchun. Ini penting, karena salah satu dari kita harus selalu berada di Xiangyang."

Zhang Wuji dan Zhao Min hendak protes, tapi Zhao Zhiruo menambahkan sambil tersenyum, "Kalian jangan lupa, aku bukan perempuan lemah. Sebetulnya para pelayan dan prajurit itu hanya untuk pamer. Kalau bisa aku bahkan tidak akan menaiki kereta. Aku bisa melindungi diri dengan baik, jadi kalian jangan kuatir."

Zhao Min berkata, "Zhou Jiejie, aku tahu kungfumu tinggi, tapi daerah itu tetaplah sangat berbahaya, karena itu adalah wilayah Chen Youliang. Kau tetap harus waspada."

"Aku tahu," jawab Zhou Zhiruo dengan tenang.

Ia segera berkemas dengan dibantu oleh para pelayannya. Ia juga mengutus orang untuk menyuruh Chang Yuchun memilih seratus prajurit yang akan pergi bersamanya ke Hanyang. Setengah jam kemudian ia sudah siap. Zhao Min dan Zhang Wuji mengantar rombongannya sampai ke pintu gerbang.

Seratus prajurit sudah menunggunya dalam barisan yang rapi di sisi kereta. Zhou Zhiruo memberi hormat kepada Zhang Wuji dengan sikap yang anggun di hadapan semua orang, seperti layaknya seorang permaisuri kepada kaisar. Ia juga mencium pipi Zhao Min dengan lembut, seperti sikap seorang kakak kepada adiknya.

Melihat sikap ini, para prajurit dan pengawal yang ada di situ serentak menegakkan sikap tubuh mereka sambil menghentakkan tombak ke tanah untuk memberi hormat, lalu mempersilakan Zhou Zhiruo menaiki keretanya dengan sikap penuh hormat.

Di sepanjang jalan menuju ke pintu gerbang kota, ia melambaikan tangan kepada para penduduk kota yang menyapanya. Beberapa orang ikut mengantar keberangkatannya sampai ke pintu gerbang. Zhou Zhiruo sangat terharu menyaksikan betapa besarnya harapan rakyat kepada mereka.

Dua Puluh Ribu Prajurit Bayangan

Setelah Zhou Zhiruo berangkat ke Hanyang, Zhao Min mengerahkan para prajurit yang mengiringi mereka dari Wudang untuk membersihkan dan mengatur halaman belakang yang sangat luas untuk digunakan sebagai tempat latihan kungfu dan memanah. Kemudian ia memanggil semua pelayan laki-laki dan perempuan untuk berkumppul di situ dan berbaris rapi.

Zhao Min berkata, "Mulai saat ini, tempat ini akan digunakan sebagai tempat latihan. Zhang Yishang dan semua saudaranya akan mengajari semua anak laki-laki memanah. Anak-anak perempuan *mungkin* akan belajar, jika memang berminat, tapi aku tidak akan memaksa kalian. Bagi yang berminat, aku sendiri yang akan mengajari kalian. Tapi kalian semua..." Ia berpaling kepada Zhang Yishang dan yang lain sebelum melanjutkan, "termasuk kalian — *harus* berlatih kungfu, meskipun hanya sebagai olah raga. Ini latihan yang sangat baik bagi kesehatan, dan tidak terlalu sulit dipelajari, meskipun awalnya cukup berat jika kalian belum pernah belajar kungfu sama sekali. Jika aku sedang tidak di tempat, mungkin Zhou Furen atau Zhang Jiaozhu sendiri yang akan memimpin kalian berlatih. Nama kungfu ini adalah Taiji Chuan, yang diciptakan oleh kakek guru Zhang Jiaozhu di Wudang. Aku ingin supaya kalian semua mengenalnya, tak peduli seberapa ahli kalian nantinya."

Setelah itu Zhao Min mulai memperagakan jurus-jurus Taiji dari awal hingga akhir. Semua orang menyaksikan dengan penuh minat dan perhatian. Karena gerakan Taiji itu sangat lambat, mereka merasa tidak terlalu sulit untuk mengingatnya. Dan tidak seperti latihan-latihan kungfu yang pernah mereka saksikan sebelumnya, ketika para prajurit atau pengawal sedang berlatih, latihan ini ternyata sangat lembut, tidak mengandung gerakan-gerakan kasar yang sempat membuat anak-anak perempuan merasa takut begitu mendengar Zhao Min menyebutkan kata 'kungfu'. Beberapa orang dari mereka tanpa sadar mulai mencoba menirukan gerakan Zhao Min.

Setelah mengulangi peragaannya sampai tiga kali, Zhao Min mulai memimpin mereka untuk berlatih dengan tertib. Pagi itu mereka berlatih sampai tiga putaran. Delapan Panah Dewa juga ikut berlatih di pinggir lapangan mengikuti petunjuk Zhao Min. Latihan itu memang terasa seperti sebuah olah raga biasa, tetapi setelah menyelesaikannya anak-anak muda itu merasa tubuh mereka sangat segar dan penuh semangat. Wajah mereka berseri-seri, beberapa orang masih terus mengulangi semua gerakan yang diajarkan Zhao Min dengan penuh semangat.

Zhao Min tersenyum melihatnya, lalu berkata, "Nah, nah, cukup untuk hari ini! Sekarang semua anak laki-laki mulai belajar memanah." Ia berjalan mendahului anak-anak perempuan menuju ke dapur sambil berkata, "Kalian semua ikut aku untuk menyiapkan sarapan bagi semua orang!"

Ia memimpin mereka membuat roti ala Mongolia dan bakpao. Mereka juga merebus telur banyak-banyak, dan membuat sup daging.Hidangan pagi itu memang cukup sederhana, tetapi karena jumlah mereka sangat banyak, kegiatan itu membuat mereka semua sangat sibuk, karena harus disiapkan tepat waktu sebelum Zhang Wuji dan jajarannya memulai rapat harian mereka.

Inilah pertama kalinya Zhao Min memimpin pekerjaan di dapur. Para pendekar dari perguruan-perguruan besar yang sebelumnya mengiringi mereka berangkat dari Wudang masih tetap di situ. Mereka memuji hasil kerja Zhao Min dan semua pelayan perempuan. 

Zhao Min sedang membuat perkiraan tentang biaya yang harus mereka keluarkan setiap harinya, dan mencoba untuk menghemat sebisa mungkin sambil tetap menyediakan segala fasilitas dan hidangan yang layak bagi semua orang. Hari ini adalah hari kedua mereka tinggal di Xiangyang. Kemarin mereka mendapat bantuan dari Hanyang, jadi ia tidak bisa memakai pengeluaran sebelumnya sebagai patokan. Ia mencatat dengan teliti semua bahan makanan yang mereka gunakan berikut harga-harganya.

Diam-diam Zhao Min sudah memperhatikan baik-baik semua pelayan perempuan yang menjadi anak didiknya sejak awal. Ia memilih lima orang yang menarik perhatiannya untuk menjadi calon pemimpin di pos yang sudah dipersiapkannya. Pagi itu ia mengajak mereka berlima untuk pergi bersamanya ke pasar, karena persediaan bahan-bahan makanan yang disiapkan Sima Han kemarin pada dasarnya sudah habis pagi ini. Mulai sekarang mereka harus punya pasokan dari beberapa sumber yang bisa diandalkan untuk mengantarkan bahan-bahan makanan ke tempat ini secara rutin. Untuk ini Zhao Min ingin memilih sendiri di mana mereka akan membeli semuanya itu.

Karena anak-anak ini masih tetap mengenakan pakaian yang mereka bawa sebelumnya dari Chang'an, kemarin Zhao Min sudah menyiapkan lima setelan yang cukup bagus untuk mereka pakai jika bepergian bersamanya. Ia menyuruh mereka semua memakainya pagi itu. Gadis-gadis kecil itu bersorak kegirangan, dan tertawa cekikikan ketika melihat penampilan mereka masing-masing di cermin.

Tidak seperti Zhou Zhiruo yang secara alamiah dipanggil 'Nona Zhou' atau 'Furen' setelah menikah, bukan semua orang memanggil Zhao Min dengan cara yang sama, dan ini masih tetap sama sampai saat ini. Delapan Panah Dewa sama seperti Ah Da dan kedua saudaranya, lebih terbiasa memanggilnya 'Junzhu', karena mereka memang terbiasa dengan panggilan ini selama bertahun-tahun. Adalah sulit untuk mengubah orang-orang seperti Ah Da, atau bahkan Fan Yao, karena itu Zhao Min tidak memusingkan hal ini. Setelah menikah kebanyakan orang cenderung memanggilnya 'Xiao Furen' yang berarti 'Nyonya Kecil'. Zhao Min menyukai panggilan itu dan membiarkannya, meskipun dengan begitu ia seakan-akan berada di bawah bayang-bayang Zhou Zhiruo. 

Tetapi ia secara khusus menyuruh lima orang anak perempuan ini memanggilnya 'Jiejie' ketika mereka sedang bepergian. 

Zhao Min sangat bersyukur ketika menyadari bahwa tak seorang pun dari semua anak-anak perempuan yang dikirimkan kepada mereka sebagai pelayan ini berkaki kecil. Di masa itu suku Han punya kebiasaan membalut kaki anak-anak perempuan dengan kain supaya kaki mereka tetap kecil. Tradisi semacam ini dinilainya sangat konyol. Sebagai seorang pesilat, ia tak dapat membayangkan bagaimana bisa bergerak dengan baik jika kakinya kecil. Zhou Zhiruo dan semua murid perempuan Emei juga tidak mengikuti tradisi ini, apalagi Miejue Shitai. Ia bahkan melihat bahwa Ma Xiuying juga tidak berkaki kecil. Inilah sebabnya ia sangat menyukai Ma Xiuying begitu melihatnya.

Di pasar terdekat mereka segera menemukan pedagang telur yang bersedia memasok keperluan mereka sehari-hari dengan harga murah dan kualitas yang cukup baik. Melihat jumlah yang harus disiapkannya dalam sehari, pedagang itu langsung membungkuk hormat dan berterima kasih karena kepercayaan yang diberikan Zhao Min. Ia berjanji akan selalu berusaha memenuhi memasok pesanan Zhao Min secara rutin.

Tepung terigu, kedelai dan semua biji-bijian adalah bahan makanan yang tidak mungkin mereka usahakan sendiri, meskipun mulai sekarang mereka sudah mempersiapkan lahan untuk itu. Karena itu mereka terpaksa berkeliling kota untuk menemukan pemasok yang tepat seperti yang diinginkan Zhao Min. Setelah bersusah payah akhirnya mereka menemukan seorang pedagang kecil yang biasa dipanggil Ah Guang di sebelah selatan kota. Orang itu mengaku kenal dengan para petani di pinggiran kota yang bisa menyediakan bahan-bahan yang mereka perlukan secara rutin. 

Setelah berpikir sejenak untuk menghitung berapa jumlah yang diperlukannya, akhirnya Zhao Min memutuskan untuk mempercayakan pasokan bahan-bahan penting ini ke tangan Ah Guang. Ia berkata, "Baiklah, mulai sekarang kami akan mengandalkan pasokan semua bahan ini darimu. Tapi untuk keperluan hari ini dan besok kau harus menyediakan beras dan tepung terigu untuk dikirim ke markas kami."

Ah Guang membungkuk berkali-kali sambil mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan Zhao Min. Baginya ini adalah sebuah rejeki besar. 

Dari situ mereka kembali ke pusat kota untuk mencari pemasok daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Hal ini ternyata jauh lebih mudah dari yang mereka bayangkan. Tak sampai satu jam kemudian mereka sudah dalam perjalanan kembali ke markas. Dalam perjalanan pulang Zhao Min mulai membicarakan bagaimana mereka akan mengolah makan siang bagi semua orang nantinya. Kelima anak perempuan itu mendengarkan uraiannya dengan penuh perhatian.

Di dekat alun-alun mereka berpapasan dengan Ah Da yang datang sendirian sambil membawa seekor kuda cadangan. Ia berkata kepada Zhao Min, "Junzhu, Gongzi sedang menunggu di pintu gerbang. Ada urusan penting yang harus segera ditangani."

Zhao Min agak terkejut, tapi sikapnya tetap tenang. Ia menoleh kepada salah seorang anak perempuan yang sepintas lalu tampak agak lamban, tetapi dinilainya paling efisien dan terampil dalam mengerjakan segala pekerjaan dapur. Ia berkata, "Ah Zhu, kalian segera kembali ke markas. Kerjakan seperti yang tadi kita bicarakan segera setelah bahan-bahan makanan tiba di situ. Tidak usah menungguku pulang."

Ah Zhu dan keempat gadis lainnya segera berangkat dengan patuh. Zhao Min menaiki kuda yang dibawa Ah Da sambil berkata, "Ayo kita ke pintu gerbang!"

Setibanya di situ Zhang Wuji segera menyerahkan gulungan surat yang baru diterimanya kepada Zhao Min. Di luar pintu gerbang itu tampak sejumlah besar pasukan militer sedang berbaris rapi dengan seragam yang mirip dengan pasukan Chang Yuchun. 

Zhang Wuji berkata, "Aku akan mengajak sepuluh ribu orang ke arah utara. Setelah selesai, kau harus mengantarkan sepuluh ribu lainnya ke arah selatan melewati kota. Jangan sampai menimbulkan ketegangan!"

Tanpa menunggu Zhao Min selesai membaca surat, ia segera menaiki kudanya sambil menambahkan, "Aku akan mengajak Chang Yuchun menuju ke situ!"

Surat itu ternyata kiriman dari Wang Baobao.

Adik iparku yang baik,

Ayah berpendapat bahwa barak militer di sebelah utara kotamu perlu diredam.

Untuk itu ayah mengirimkan dua puluh ribu orang. Kalian harus bersikap baik kepada 

semua pasukan di utara itu. Usahakan untuk merangkul mereka semua.

Untuk membantu kesulitanmu, Gege sudah mengganti seragam mereka supaya sama dengan 

seragam yang dipakai pasukan Chang Yuchun dan Xu Da. 

Selebihnya kami serahkan ke dalam tanganmu.

Jangan lupa pesanku sebelumnya.

Wang Baobao

```

"Ayahku yang hebat," pikir Zhao Min setelah membaca surat itu. Ternyata situasi kota ini telah diketahui dengan jelas oleh ayahnya. Keputusan itu sungguh sangat tepat. Jika mereka bisa menjaga hubungan baik dengan para prajurit Tianwan yang ada di kota itu, maka cepat atau lambat mereka akan berpihak kepada Zhang Wuji, apalagi setelah melihat kedatangan pasukan baru ini.

Dilihatnya komandan pasukan yang ada di hadapannya itu masih cukup muda, tidak lebih dari tiga puluh tahun. Tubuhnya kekar, meskipun tingginya sedang-sedang saja. Dari mukanya jelas sekali ia berasal dari suku Han. Tampaknya Wang Baobao sudah menyeleksi dengan baik siapa saja yang akan dikirim ke sini.

Zhao Min menghampiri komandan itu dan bertanya, "Siapa namamu?"

"Siap, Junzhu! Xiaoren bermarga Zeng — Zeng Banshan!"

"Baik!" kata Zhao Min dengan tegas sambil memutar kudanya. "Komandan Zeng, kalian ikuti aku dengan tertib! Atur pasukanmu baik-baik, jangan sampai menimbulkan kegaduhan!"

"Siap!"

Mereka segera berarak memasuki kota dan melewati alun-alun. Para penduduk sempat terlihat agak tegang ketika melihat sejumlah besar prajurit bersenjata lengkap memasuki kota, tetapi karena mereka melihat sikap ramah Zhao Min yang memimpin di depan, ketegangan mereka hilang. Zhao Min melambaikan tangan kepada para penduduk kota itu sambil tersenyum seperti biasa. Komandan Zeng yang berkuda di sebelahnya segera mengikuti sikapnya. Suasana mulai menjadi santai, dan bahkan para penduduk merasa semakin aman karena yakin bahwa pasukan itu ternyata berpihak kepada rakyat.

Zhao Min memimpin pasukannya keluar lewat pintu selatan, dan menuju ke tanah kosong yang luas di pinggiran sungai. Mereka mendirikan kemah di situ. Zhao Min tahu bahwa para prajurit ayahnya bisa memasak makanan mereka sendiri. Untuk mencukupi keperluan daging, mereka juga bisa saja berburu, tetapi mereka tetaplah memerlukan pasokan beras, gandum dan biji-bijian. Ayahnya tidak membekali pasukan ini dengan bahan makanan sebanyak pasukan Chang Yuchun.

Zhao Min menyuruh Zeng Banshan mengumpulkan pasukannya untuk memberikan pengarahan singkat. Ia berkata dengan suara lantang dan tegas, "Pertama-tama aku ingin menegaskan supaya kalian tidak memanggilku Junzhu di depan umum seperti tadi. Ini bisa menimbulkan kesalahpahaman yang bisa dimanfaatkan orang lain." Ia melihat Zeng Banshan terkejut dan bermaksud minta maaf, tetapi ia segera menambahkan, "Lupakan yang sudah terlanjur terjadi, tapi untuk selanjutnya jangan sampai terulang!"

Zhao Min melanjutkan dengan nada lebih santai, "Jika kalian bertemu atau berpapasan dengan para prajurit dari kelompok lain, atau dengan para penduduk kota ini, usahakan selalu bertegur sapa dengan santai dan bersahabat. Hal ini perlu untuk mengurangi ketegangan akibat pemberontakan di Hanyang. Dan selanjutnya kita memang harus bersikap sebagai sahabat bagi rakyat, _bukan_ sebagai musuh mereka." Ia kemudian melanjutkan dengan nada tegas seperti sebelumnya, "Siapapun yang bersikap tidak bersahabat kepada prajurit dari kelompok lain — apalagi kepada rakyat setempat — akan mendapat hukuman berat dari tanganku sendiri! Perintah ini bisa dimengerti dengan baik?"

Serempak para prajurit itu menjawab, "Siap!"

"Setiap pagi Komandan Zeng harus melapor ke markas, dan membawa pulang bahan-bahan makanan pokok ke sini," lanjut Zhao Min."Wangye tidak membekali pasukan kita dengan bahan-bahan makanan yang cukup karena kita tidak tahu berapa lama kita akan berada di sini. Tapi aku berani memastikan bahwa tempat ini akan menjadi pos kalian sampai lama sekali. Karena itu kalian harus menyisihkan beberapa petak tanah kosong di dekat sungai untuk menambah bahan-bahan makanan bagi kalian sendiri. Ini akan menghemat biaya bagi pasukan kita. Bisa dimengerti?"

"Siap!"

"Beberapa detil peraturan lain yang harus kalian taati akan disampaikan melalui Komandan Zeng," lanjut Zhao Min. "Aku tahu kalian lelah setelah menempuh perjalanan jauh, jadi sekarang kalian bisa beristirahat."

Ia membubarkan pasukan itu, lalu memberikan instruksi kepada Zeng Banshan supaya datang menemuinya di markas menjelang senja nanti. Ketika mendengar ada beberapa prajurit sedang berbicara dalam bahasa Mongolia, ia agak terkejut, lalu berkata kepada Zeng Banshan, "Perintahkan kepada mereka semua untuk selalu bicara dalam bahasa Han. Ini termasuk kalau sedang berbicara di antara mereka sendiri di barak ini. Sebisa mungkin kita harus menghindari kecurigaan yang mungkin timbul, terutama sekali jika berdekatan dengan pasukan Chen Youliang."

Setelah itu ia segera menaiki kudanya untuk kembali ke pusat kota. Ketika tiba di markas, ia segera memeriksahasil kerja Ah Zhu di dapur. Saat itu memang sudah mendekati jam makan siang. Semua hidangan yang direncanakannya telah siap untuk disajikan. Hanya sejumlah kecil kari daging domba ala Mongolia — yang memang disiapkannya bagi orang-orang yang sudah terbiasa dengan hidangan itu, seperti Delapan Panah Dewa dan semua orang yang bekerja bagi ayahnya — yang masih belum cukup matang. Hidangan itu memang membutuhkan waktu agak lama untuk dimasak.

Sesuai harapannya, teryata Ah Zhu melakukan tugas pertamanya dengan sangat baik. Zhao Min merasa puas. Memang ada detil-detil kecil yang kurang sempurna, tetapi secara keseluruhan hidangan siang ini pasti akan disukai semua orang.

Seperti dugaannya, ketika makan siang diantarkan ke ruang kerja Zhang Wuji, semua orang yang menghadiri pertemuan di situ memuji-muji masakan Zhao Min. Tetapi Zhao Min dengan rendah hati berkata, "Kalian semua sangat berlebihan. Tadi aku sama sekali tidak sempat ikut menyiapkan semua hidangan ini. Jadi kalaupun ingin memuji, maka yang paling pantas menerimanya adalah Ah Zhu ini." Ia menarik tangan Ah Zhu yang sedang berdiri agak jauh untuk mendekat.

Gadis kecil itu tampak tersipu. Ia segera berkata dengan muka memerah, "Ah Zhu hanya mengikuti petunjuk dari Xiao Furen. Sebelumnya Xiao Furen sudah mengajarkan semuanya ketika kami dalam perjalanan pulang. Sebagian besar dari kami memang sudah terbiasa bekerja di dapur sebelumnya, karena itu kami bisa bekerja dengan cepat."

"Bagus, bagus," puji Zhang Wuji. "Tapi kari ini terlalu sedikit. Minmin, mengapa kau tidak membuatnya lebih banyak?"

Zhao Min berkata sambil tertawa, "Karena aku kuatir hanya kau dan Fan Youshi yang menyukainya. Kupikir kalian tidak banyak yang menyukai daging domba atau kambing."

Tetapi Zong Weixia, Tang Wenliang dan Chang Jingzhi dari Kongtong Pai berkata hampir serempak, "Tapi kami menyukainya!"

Reaksi ini menimbulkan tawa, dan suasana menjadi hangat. Ban Shixian, istri He Taichong berkata, "Aku sendiri juga menyukainya. Kau harus mengajariku bagaimana cara membuatnya. Kelihatannya bumbu yang dipakai agak sulit didapat."

"Ah, tidak," jawab Zhao Min. "Semua itu banyak dijual di pasar."

Ia kemudian menyuruh para pelayan perempuan untuk kembali ke dapur dan istirahat sambil makan siang. Setelah mereka pergi, ia berkata, "Bicara soal makanan, aku hanya ingin melaporkan bahwa pasukan yang baru datang ini ternyata tidak membawa cukup banyak bahan-bahan makanan, jadi kita harus menyediakannya bagi mereka, setidaknya untuk sementara. Aku memang sudah memikirkan jalan keluar, tapi itu masih membutuhkan waktu beberapa bulan."

Yang Xiao berkata, "Setelah meneliti laporan keuangan kita, aku yakin selama setengah tahun pertama pasti tidak akan ada masalah. Kita pasti bisa mencukupinya."

Zhao Min berkata, "Itu memang betul. Tapi menurut perhitunganku persediaan makanan yang dibawa Chang Yuchun bulan depan pasti sudah habis, dan ini akan menjadi tanggungan kita. Berarti untuk saat ini kita harus berpatokan bahwa kita sedang menanggung sekitar empat puluh ribu prajurit. Itu belum termasuk untuk kita sendiri yang menghuni tempat ini." Setelah berhenti sejenak, ia menambahkan, "Aku punya firasat jumlah ini masih akan terus bertambah."

Semua orang yang hadir di situ bisa melihat betapa teliti dan mendetilnya uraian Zhao Min. Mereka baru menyadari betapa besarnya biaya yang harus ditanggung Zhang Wuji dan jajarannya dalam sehari, padahal saat ini jumlah pasukannya masih di bawah seratus ribu orang. 

Setelah hening beberapa saat, Zong Weixia berkata, "Laofu bisa melihat biaya yang kita butuhkan memang sangat besar. Tetapi melihat aliran dana yang masuk sampai saat ini, Laofu yakin bahwa untuk selanjutnya kita masih akan terus menerima sumbangan semacam ini, meskipun Laofu tidak berani memastikan berapa jumlah yang akan masuk."

"Ini sangat masuk akal," kata Zhao Min. "Xiaonu dan Zhou Furen juga berpikir begitu. Tetapi saat ini kami punya masalah kecil yang cukup mengganggu. Nama-nama yang memberikan sumbangan itu selengkapnya tercatat di sini." Ia membuka sebuah gulungan kertas berisi daftar nama yang diberikan oleh Sima Han, dan daftar itu sudah bertambah satu nama yang dicatatnya sendiri semalam. Ia mengedarkan daftar itu, supaya bisa dibaca semua orang yang hadir. Kemudian ia melanjutkan penuturannya, "Untuk nama-nama yang tercatat sebagai pejabat di kota ini, kami sudah punya kesimpulan bahwa mereka mendekati kita adalah untuk mendapatkan perlindungan jika terjadi sesuatu seperti yang terjadi di kota Hanyang sebelumnya. Meskipun belum tentu semuanya sama, tetapi Qianbei bisa yakin rata-rata seperti itu, dan nyaris tidak ada alasan lain bagi mereka untuk mendekati kita."

"Nah, tapi di sini banyak juga nama-nama pejabat dari wilayah lain," sela Ban Shuxian sambil terus membaca daftar itu.

"Tepat sekali," kata Zhao Min. "Dan kami semua boleh dibilang tidak mengenal nama-nama itu. Xiaonu yakin, sebenarnya kita *perlu tahu* tentang maksud mereka menyumbangkan harta benda sebanyak ini."

"Oh, sekarang aku mengerti maksudmu!" kata Ban Shuxian lagi. "Kau takut nantinya orang-orang ini — atau tepatnya sebagian dari mereka — akan menekan kalian untuk melakukan hal-hal yang tidak kalian inginkan. Begitu, kan?"

"Kira-kira seperti itu," jawab Zhao Min.

Zhao Min bisa melihat bahwa mulai saat itu Ban Shuxian memandangnya dengan cara lain. Jika sebelumnya masih tersisa sedikit permusuhan atau kecurigaan di hatinya, sekarang tiba-tiba lenyap.

"Kau masih muda, tapi ternyata sangat bijaksana," kata Ban Shuxian. "Aku juga merasa hal ini penting."

Zhang Wuji berkata, "Sima Zhanglao, apakah Shi Bangzhu dan salah satu orang terdekatnya mengenal nama-nama ini?"

"Setahu Zaixia tidak," jawab Sima Han. "Biasanya jika ada sesuatu yang harus diperhatikan secara khusus, Shi Bangzhu atau penasihatnya pasti akan memberitahu kami."

Fan Yao tiba-tiba menyela, "Kurasa hal ini tidak perlu kita pusingkan. Mereka yang memberikan dengan sukarela, kita tidak memintanya. Kalaupun mereka mencoba memeras kita untuk melakukan sesuatu, kita bisa saja bilang bahwa kita tidak mau. Dan mereka juga tidak akan bisa berbuat apa-apa." Ia tertawa terbahak-bahak dengan sikap santai.

Zhao Min tidak berkomentar, tetapi kedua ujung bibirnya seolah-olah sedang tersenyum, padahal ia sama sekali tidak tersenyum. 

"Betul," kata He Taichong. "Xiao Furen terlalu hati-hati."

Zong Weixian juga berkata, "Aku setuju dengan Fan Youshi!" Dan kedua saudaranya yang lain juga mengikutinya.

Ding Minjun dan Bei Jinyi adalah dua orang yang diutus Jingxuan Shitai untuk mewakili Emei dalam perjalanan mereka dari Wudang Shan. Mereka selama ini lebih banyak diam, karena beranggapan bahwa Zhou Zhiruo sudah bisa dianggap mewakili kelompok mereka, meskipun saat ini Zhou Zhiruo sudah tidak lagi menjabat sebagai ketua Emei, dan bahkan sudah diterima menjadi bagian dari Wudang setelah menikah dengan Zhang Wuji. Tetapi keduanya pada hari ini diundang untuk mengikuti rapat harian Zhang Wuji.

Kali ini untuk pertama kalinya Bei Jinyi seperti ingin buka mulut, tetapi kemudian membatalkan niatnya.

Zhang Wuji yang sempat melihat reaksinya berkata, "Bei Shijie, kalau kalian ingin memberikan pendapat, harap jangan ragu-ragu. Dalam rapat seperti ini semua orang boleh bicara dengan bebas."

Bei Jinyi adalah sahabat setia Zhou Zhiruo. Pada saat semua orang menekannya, hanya Jingxuan dan Bei Jinyi yang masih berai mengambil resiko membelanya. Ketika Miejue Shitai memaksa Zhou Zhiruo membunuh Zhang Wuji di hadapan semua orang, hanya Bei Jinyi seorang yang bisa melihat alasan Zhou Zhiruo mencintai pemuda itu. Sekarang ia merasakan sendiri bahwa Zhang Wuji sangat menghargai pendapatnya, dan memanggilnya 'Ding Shijie' menirukan Zhou Zhiruo. Ini membuktikan kebaikan hatinya, seperti apa yang dilihat oleh Zhou Zhiruo sejak semula. Meskipun Bei Jinyi tidak bisa menjelaskan secara gamblang pendapatnya sendiri, tapi akhirnya ia memutuskan untuk buka mulut. "Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya," katanya dengan hati-hati. "Aku hanya merasa bahwa kita akan salah jika mengabaikan kebaikan orang lain begitu saja."

Zhang Wuji tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Bei Shijie. Pendapatmu sungguh sangat berharga." Ia menoleh kepada Ding Minjun, lalu bertanya, "Ding Shijie, kau juga sama?"

Selama ini Ding Minjun hampir tidak pernah bicara. Ia sudah lama berubah menjadi sangat hati-hati dan menyesali segala tindakannya kepada semua saudara seperguruannya yang lain ketika Zhou Zhiruo secara mengejutkan membuatnya sama sekali tak berkutik, sampai akhirnya Zhou Zhiruo menjadi ketua Emei tanpa bisa dibantah oleh siapa pun. Di dalam hatinya, Ding Minjun masih menyimpan rasa tidak nyaman setiap kali harus berhadapan secara langsung dengan Zhou Zhiruo.

Ding Minjun dulunya juga selalu mengatakan hal-hal buruk untuk menyudutkan Zhang Wuji di depan umum. Tetapi saat ini ternyata pemuda itu sama sekali tidak menyimpan dendam, bahkan dengan ramah memanggilnya 'Ding Shijie', hal ini membuatnya semakin merasa tidak nyaman. Ia merasa pandangan semua orang saat ini sedang tertuju kepada dirinya, dan ia terpaksa menjawab dengan sejujur mungkin, "Terus terang saja, sebetulnya pendapatku kurang lebih sama seperti Fan Youshi. Jadi agak lain..."

Zhang Wuji tersenyum lagi, lalu berkata sambil termenung, "Berarti hanya Ban Furen dan Bei Shijie yang punya pendapat kurang lebih sama seperti aku sendiri."

Ding Minjun duduk tepat di sebelah kanan Zhao Min. Saat itu Zhao Min sempat mendengar ia mendesah dengan kecewa. Bukan meremehkan pendapat Zhang Wuji, tetapi lebih mirip kecewa dengan dirinya sendiri. Zhao Min tahu, selama ini Ding Minjun berusaha keras untuk memperbaiki segala kesalahannya dulu. Pendapat Zhang Wuji yang ternyata sama dengan Bei Jinyi itu membuatnya kembali merasa bahwa ia masih belum juga berhasil memperbaiki diri. Karena itulah ia kecewa.

Zhao Min tiba-tiba merasa kasihan melihat Ding Minjun, meskipun wanita ini selalu memanggilnya Iblis Betina Cilik. Ia diam-diam menggenggam tangan kiri Ding Minjun dengan lembut sambil berkata kepada Ban Shuxian, "Ban Furen, sebetulnya sejak tadi Xiaonu ingin bilang bahwa Xiaonu tidak layak menerima pujian Ban Furen tadi. Sejujurnya saja, tadinya Xiaonu juga berpendapat sama seperti Fan Youshi. Tetapi semalam Zhou Jiejie menyadarkan Xiaonu bahwa jika kita menganggap remeh nama-nama itu, bukan tidak mungkin nantinya akan berakibat fatal bagi kita."

Zhao Min merasa Ding Minjun saat ini sedang memandangnya dengan penuh rasa terima kasih, dan ia juga merasa bahwa tangan kiri Ding Minjun yang sedang dipegangnya di bawah permukaan meja itu mempererat pegangannya sedikit. Tapi Zhao Min pura-pura tidak tahu. Ia menoleh kepada Yang Xiao untuk bertanya, "Yang Zuoshi, bagaimana menurutmu?"

Mereka baru sadar bahwa selama ini Yang Xiao tidak mengemukakan pendapatnya. Sejak tadi ia hanya diam dan mendengarkan pendapat semua orang lain dengan seksama sambil berpikir dalam. Padahal ia adalah seorang tokoh Ming Jiao yang sangat penting. Bahkan ketika Yang Dingtian menghilang, ia dengan berani mengambil alih pimpinan, yang kemudian menimbulkan masalah besar bagi Ming Jiao. Hal ini bukan karena ia sendiri tidak punya pendapat atau sedang memancing pendapat orang lain. Di ruangan itu hanya Fan Yao dan Zhang Wuji yang memahami watak Yang Xiao dengan baik. 

Yang Xiao sejak tadi berpikir keras, karena ia telah melihat di sini ada dua kelompok besar yang sebenarnya harus dinilai *sama-sama benar*, tetapi dalam konteksnya masing-masing. Ia sedang memilih kalimat yang tepat untuk menjelaskan apa yang dilihatnya tanpa harus menyinggung salah satu pihak. Setelah Zhao Min menyebutkan namanya, ia berdehem, lalu mulai bicara dengan sangat berhati-hati, "Saudara-saudaraku, dalam hal ini Yang Xiao sungguh tidak berani membuat keputusan sendiri. Yang Xiao hanya berusaha untuk memperjelas apa sebenarnya yang sedang kita hadapi di sini, karena saat ini perjuangan kami bersama Jiaozhu sudah bukan lagi milik Ming Jiao sendiri, tetapi adalah perjuangan kita semua. Lebih tepatnya adalah *perjuangan rakyat*."

Ia menarik nafas panjang dan memperhatikan semua orang sebelum melanjutkan penuturannya, "Kita sejak jaman kuno mengenal dua karakter penting yang menjadi pertimbangan utama bagi semua Kaisar dan pemimpin lain dalam jajarannya setiap kali akan mengambil keputusan. Karakter itu adalah Fa (法) dan Yi (義). Karakter pertama dengan mudah bisa dimegerti sebagai 'hukum' atau 'peraturan', sedangkan yang kedua bisa bermakna benar, adil atau bahkan setia. Di sini Yang Xiao tentu saja bukan bermaksud mengajari atau merendahkan kalian semua — " Ia berhenti sejenak untuk berdiri sambil membungkuk hormat kepada Zhang Wuji, lalu melanjutkan, "apalagi menggurui Jiaozhu."

Ia lagi-lagi menarik nafas panjang dan berkata lambat-lambat dengan kening berkerut, "Sejak dulu semua kaisar dan para pemimpin lain selalu mengalami kesulitan dengan kedua hal yang kusebutkan tadi. Kaisar Wu dari Dinasti Han terpaksa menjatuhkan hukuman kepada Permaisuri Wei Zifu yang sangat dicintainya, dan akhirnya ia menyesalinya, karena keputusan tersebut terbukti salah. Tetapi di saat lain Kaisar Wu juga menjatuhkan hukuman kepada sejumlah orang lain yang pernah membantunya ketika masih berjuang untuk menentang neneknya sendiri, yaitu Ibu Suri Dou, dan keputusan ini rata-rata harus Yang Xiao nilai benar. Jika Kaisar Wu ragu-ragu dalam mengambil keputusan di saat kritis, maka Yang Xiao yakin, orang lainlah yang akan memaksanya mengambil keputusan yang nantinya akan terbukti salah, dan _pasti_ akan sangat disesalinya di kemudian hari. Keputusan-keputusan tersebut mengandung kedua karakter yang kusebutkan sebelumnya."

Yang Xiao sekali lagi membungkuk kepada Zhang Wuji sebelum melanjutkan, "Bagi kita yang hanya memperhatikan karakter 'Fa', Yang Xiao ingin mengingatkan bahwa kemarin kita telah menerima sumbangan makanan yang sangat besar, yang ternyata datang dari pihak Chen Youliang. Dan bagi kita yang hanya memperhatikan karakter 'Yi', aku hanya ingin mengingatkan, jika dalam keadaan terdesak kita tidak juga mau menggunakan uang yang ada, mungkin kita akan terpaksa membubarkan semua pasukan yang saat ini sudah ada di tangan kita, bukankah semua usaha kita akan menjadi sia-sia?"

Zhang Wuji berpikir, "Kadang-kadang Yang Xiao bisa sangat menjengkelkan. Ini kan sama saja dengan tidak mengatakan apa-apa?" Ia kemudian bertanya, "Uraian Yang Zuoshi membuka pikiranku, tapi saat ini aku sendiri sangat ingin mendengar pendapatmu, tidak peduli apakah itu salah atau benar."

Setelah terbatuk beberapa kali, Yang Xiao menjawab, "Sebenarnya pendapat Zaixia tidak berbeda jauh dengan pendapat Fan Youshi. Zaixia hanya ingin mengingatkan Jiaozhu dan kita semua yang ada di sini bahwa keputusan ini tidak bisa diambil hanya berdasarkan pendapat yang terbanyak tanpa dengan serius mempertimbangkan kedua karakter yang tadi Zaixia sebutkan. Akhirnya kami semua tetap bergantung kepada keputusan Jiaozhu."

Zhang Wuji mengomel dalam hati, "Setelah berputar-putar, ternyata sebenarnya kau juga ingin memakai uang itu begitu saja. Tapi kau tidak mau disalahkan jika ternyata keputusan itu keliru, dan melemparkan semuanya ke kepalaku."

Merasa semua orang sedang menatapnya lekat-lekat dan menunggu keputusannya, ia jadi gelisah, dan berharap Zhao Min membisikkan sesuatu ke telinganya untuk membereskan urusan ini. Ia merasa Zhao Min yang duduk di sebelah kanannya sedang menuliskan sesuatu dengan jari di punggungnya, tetapi ia tidak bisa menangkap apa yang ditulisnya. Akhirnya ia hanya bisa berusaha mengingat semua yang dikatakan Zhao Min sejak awal pembicaraan ini. Ia memutar otaknya dengan cepat, dan tiba-tiba ia teringat bahwa Zhao Min tadi mengatakan sesuatu tentang minta bantuan semua orang, dan sebelumnya ia pernah mengatakan bahwa saat ini mereka masih punya waktu. Tiba-tiba sebuah gagasan melintas di benaknya. Ia memaksa diri untuk menemukan kata-kata yang cukup sopan untuk menjawab mereka semua saat itu.

Zhang Wuji dan Zhao Min sama-sama cerdas. Dalam keadaan terdesak mereka sudah sering saling mendukung dalam mengambil keputusan penting tanpa harus bicara. Kali ini Zhang Wuji hanya perlu waktu dua detik sebelum akhirnya berdiri dan berkata dengan suara sangat meyakinkan, "Saudara-saudara, saat ini kita masih punya cukup waktu, tapi kita harus bekerja cepat. Karena itu tadi Minmin mengatakan bahwa kami sangat membutuhkan kerja sama dari semua pihak. Tapi kami tidak bisa memaksa siapapun yang tidak menyetujui keputusan ini. Dari nama-nama yang ada di daftar tadi, para pejabat lokal di kota Xiangyang untuk sementara boleh kita abaikan, karena kami sudah bisa meraba maksud mereka. Tetapi orang-orang yang berasal dari wilayah lain *harus* kita perhatikan. Kami berharap kalian yang ingin mengulurkan tangan untuk membantu sudi memilih sendiri nama orang yang bisa kalian kunjungi. Selebihnya akan kami usahakan sendiri bersama dengan para anggota Kai Pang yang selama ini telah membantu kami. Semua kebaikan saudara-saudara sangat kami hargai dan pasti tidak akan kami lupakan."

Ia kembali mengedarkan daftar nama yang ditulis oleh Sima Han itu.

Tanpa pikir panjang lagi, Ban Shuxian berdiri dan berkata, "Zhang Jiaozhu sangat memperhatikan 'Yiqi'[^yiqi]. Kami pasti akan membantu tanpa syarat, ini adalah tanggung jawab kita kepada rakyat di negeri ini!" Ia melirik kepada He Taichong, lalu berkata dengan nada agak mendesak, "Bukankah begitu, Sayang?"

[^yiqi]: Yi Qi (義氣 atau 义气) dalam konteks ini bermakna 'Kesetiaan' atau 'Setia Kawan'.

He Taichong tampak agak kaget, lalu tergagap, "Eh... hmm... betul, betul — Yiqi!" Ia mengulurkan tangan untuk mengambil kertas yang diletakkan Zhang Wuji tepat di tengah meja, di dekat piring berisi bakpao yang masih tersisa beberapa potong. Tanpa sadar ia juga mengambil sepotong bakpao, lalu menggigitnya sambil memeriksa daftar itu dengan teliti.

Hanya tiga detik kemudian ia menunjuk-nunjuk sebuah nama dengan jarinya sambil berkata, "Ini, ini, ini dan ini! Serahkan saja Xi'an, Fengxiang, Chengdu dan Chongqing kepada kami." Ia menyerahkan daftar itu kepada Sima Han untuk ditandai.

Setelah meneliti semua kota yang disebutkan itu, Sima Han berkata, "Seluruhnya ada lima belas nama yang berasal dari empat wilayah itu. Ketua He yakin ingin menangani sebanyak ini? Maksudku..."

Ban Shuxian segera menyelanya, "Aku bahkan merasa jumlah itu masih lebih banyak dibandingkan jumlah murid kami yang saat ini ada di sini! Coba kulihat daftar itu." Ia mengulurkan tangannya untuk mengambil keras itu dari tangan Sima Han. Setelah membacanya ia berkata, "Kau bisa menambahkan Shaanxi, di situ ada sepuluh nama lagi!"

He Taichong tampak ingin menyela, tapi Ban Shuxian tidak memberinya kesempatan. Ia berkata dengan agak ketus, "Xihua Zi dan Wei Siniang *pasti* bisa menangani Shaanxi! Yang lain bisa membantu kita di selatan!"

Mendengar nada bicaranya, He Taichong tidak berani membantah lagi. Ia mengunyah bakpaonya sambil mengambil seekor udang dengan sumpitnya.

Ketika mendengar Ban Shuxian menyebutkan nama Xihua Zi, Zhang Wuji tertawa dalam hati, tapi ia tidak ingin mencampuri urusan internal Kunlun Pai, jadi ia diam saja. Ia sempat melihat Xihua Zi bersama rombongan Kunlun Pai, tapi orang itu sekarang berubah menjadi pendiam.

Sima Han dengan gembira menandai dua puluh lima nama di daftarnya.

Setelah itu Tang Wenliang berkata, "Kami kebetulan punya sedikit urusan di sekitar Jiangnan. Kalau ada nama-nama yang ada di daerah itu, biarlah semuanya menjadi bagian kami."

Kedua saudaranya langsung menyetujui usulan itu. Sima Han dengan cepat menemukan semua nama yang berkaitan dengan Jiangnan. Tetapi sebelum ia bicara, Zhao Min berkata, "Sima Zhanglao, kita bisa mengabaikan Zhangsun Qian, karena kita sudah punya jawaban tentang dia, kan? Aku yakin dia tidak bermasalah."

Zhang Wuji buru-buru menimpali, "Mengenai Zhangsun Xiansheng memang sudah beres. Orang itu sebelumnya mengirimkan uangnya melalui Nona Yang, dan Nona Yang menyuruhnya mengirimkan langsung kepada kita. Kita tahu jelas siapa Nona Yang ini, jadi kurasa tidak perlu kita selidiki lebih jauh lagi."

"Siapa Nona Yang itu?" tanya Tang Wenliang.

Ban Shuxian segera menyahut, "Aku tahu siapa dia. Ketika di Shaolin dia tiba-tiba muncul bersama banyak gadis-gadis muda,anak Shi Huolong yang menjadi ketua Kai Pang yang sekarang memanggilnya 'Yang Jiejie'." Ia berhenti sejenak karena tidak ingin menyebutkan tentang pertarungan wanita itu dengan Zhou Zhiruo. Sedetik kemudian ia menyambung kalimatnya, "Waktu itu dia memakai baju berwarna kuning."

"Ah, rupanya dia," kata He Taichong sambil menepuk keningnya sendiri. "Di mana dia sekarang?"

Ban Shuxian tampak agak jengkel. "Ah, Sayang! Kita tidak perlu tahu sekarang dia ada di mana! Dari kata-katanya saja kita langsung tahu dia bisa dipercaya!" Ia berpaling kepada semua orang lain, lalu bertanya, "Bukankah begitu, Saudara-saudara?"

Kebanyakan orang langsung menjawab, "Betul, betul! Dia bisa dipercaya."

Sima Han berdehem, lalu berkata, "Di sini ada beberapa nama yang diberi catatan bahwa mereka adalah kenalan Zhangsun Xiansheng dari Shandong, apakah ini berarti mereka semua juga tidak perlu kita selidiki?"

"Mereka semua juga tinggal di Shandong?" tanya Zhang Wuji.

"Sepertinya mereka tinggal saling berjauhan," kata Sima Han setelah meneliti catatannya. Ia menyodorkan catatan itu kepada Zhang Wuji.

Zhao Min ikut membaca catatan itu dengan teliti. Orang-orang yang disebutkan itu ternyata tinggal di Xiliang, Xining, Guangzhou, Taizhou, Taiyuan, Dadou, dan bahkan ada yang tinggal di Pyongyang dan ada juga yang di Shangdu. Setelah berpikir sejenak, Zhao Min berkata kepada Sima Han, "Sima Zhanglao, semua orang di daerah sekitar Shangdu, Dadou, dan Taiyuan akan kita tangani sendiri. Aku punya cara untuk menyelidiki mereka dengan cepat. Begitu juga Goryeo itu."

"Bukankah Goryeo sama sekali bukan urusan kita?" tanya Zong Weixia.

Zhao Min berkata, "Saat ini Goryeo adalah bagian dari Dinasti Yuan. Jika berhasil mengalahkan mereka, bukankah wilayah itu akan menjadi tanggung jawab kita juga?" Saat itu ia merasa Zhang Wuji sedang memegang tangan kirinya.

Zhang Wuji berkata, "Urusan Goryeo ini bisa kita bicarakan nanti. Sebaiknya saat ini kita memusatkan perhatian pada Zhongyuan." 

"Baik," kata Sima Han. "Kembali ke Jiangnan. Setidaknya di sini ada dua puluh orang yang berasal dari Jiangnan, dan tidak ada kaitannya dengan Zhangsun Qian."

"Kalau begitu tandai semuanya sebagai urusan kami," sahut Zong Weixia.

Yang Xiao mengambil selembar kertas dan kuas, lalu mulai menyalin semua nama yang berkaitan dengan Zhangsun Qian, berikut tempat tinggal dan catatan mengenai mereka. Fan Yao menyalin nama-nama yang baru dipilih oleh Kongtong Pai supaya segera bisa dibawa ke Jiangnan. Ban Shuxian dan He Taichong menyalin sendiri nama-nama yang mereka pilih, karena ingin membagi-bagi semuanya menjadi kelompok kecil supaya memudahkan mereka membagi tugas dengan murid-murid Kunlun Pai.

Sebenarnya mereka bisa mengerjakan semuanya dengan lebih cepat, tetapi karena seringkali terjadi perdebatan sengit dan timbul pertanyaan yang tadinya tidak terpikir oleh Zhao Min maupun Zhang Wuji, pembagian tugas itu memakan waktu sangat panjang. 

Setelah menyelesaikan catatan mereka sendiri, Ban Shuxian tidak berminat tinggal lebih lama lagi untuk berdebat dengan Fan Yao mengenai hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan Kunlun Pai. Ia mendekati Zhao Min, lalu berkata, "Xiao Furen, terima kasih untuk kepercayaan yang kalian berikan. Kami harus segera berangkat mengurus semua ini. Kita akan terus berhubungan melalui burung merpati. Tapi kurasa kita perlu menentukan tanggal untuk bertemu kembali bagi semua orang."

Zhang Wuji berkata, "Betul, kita tetapkan saja Festival Pertengahan Musim Gugur[^zhongqiu] tahun ini sebagai tanggal pertemuan kita berikutnya di tempat ini. Jika terjadi perubahan, kami pasti akan memberi kabar."

[^zhongqiu]: Festival Pertengahan Musim Gugur, atau Zhongqiu Jie (中秋節) dalam bahasa mandarin adalah perayaan terpenting di kalangan masyarakat Tionghoa, biasanya jatuh pada minggu kedua September hingga minggu kedua Oktober.

Fan Yao berkata, "Mungkin saja kami akan bepergian ke daerah lain, karena daftar itu sangat panjang dan cakupannya cukup luas. Tetapi tempat ini sendiri tetap akan dibuka seperti sekarang, dan juga markas kami di Hangzhou. Saat ini Pendeta Zhang Zhong yang memimpin Hangzhou."

"Baik, kalau begitu sampai ketemu lagi," kata He Taichong.

Ketika mereka saling berpamitan, Ban Shuxian memeluk dan mencium kedua pipi Zhao Min sambil berbisik, "Aku tidak salah menilai, kau memang sangat bijaksana."

"Terima kasih, Ban Furen memujiku," kata Zhao Min. Ia memanggil Sima Han dan membisikkan sesuatu. Kemudian ia menarik tangan Ban Shuxian agak ke samping dan berkata, "Ban Furen, kami sedang menyiapkan sedikit bekal untuk menemani perjalanan kalian. Aku memang menyuruh para petugas di dapur untuk membuat lebih banyak makanan. Sima Zhanglao akan mengantarkannya di pintu gerbang."

Ban Shuxian ingin menolak, tetapi Zhao Min menambahkan, "Setidaknya kami harus ikut menanggung sedikit biaya perjalanan kalian. Kami tidak boleh membiarkan Kunlun Pai menanggung semua biaya sendiri."

"Baiklah, terima kasih kalau begitu. Sampai jumpa," kata Ban Shuxian. Ia lalu mengajak rombongannya meninggalkan tempat itu.